Sabtu, 26 Januari 2013

How To Love - Part 8

Re-post 
...:: How To Love ::... 
Part 8

Story by @BieberLSIndo


***


- Justin's POV -

Seperti rebutan peta harta karun di Manchuria antara tentara Jepang, bandit Manchuria, dan Tentara Bad, Good, Weird di film laga koboi Korea, Justin sedang mengancang-ngancang berpura-pura menjadi tentara, yang sedang menyusun strategi agar si musuh jatuh tergeletak tak bernyawa sampai titik darah penghabisan.
Jadi, dalam suasana masih mendidih itu. Justin mulai mempersiapkan perlengkapan perang tak kasatmata. Sekutu-sekutu sudah dihubungi dan menyanggupi. Pelatuk sudah ditarik meskipun moncongnya tidak dikokang terlalu tinggi. Ranjau pun telah di ladang-ladang tak terduga untuk melumpuhkan siapapun yang berusaha mendekati daerah sipil mereka. Sekedar melumpuhkan ya, bukan mematikan.
Ingat saja, harimau yang ditangannya meregang, nyawa musuh luar benua yang ditaklukan dengan gagah, Karena terkadang, kemenangan sempurna bukanlah melihat musuhmu tergeletak tak bernyawa, melainkan membiarkannya mendeklarasikan kekalahan dengan berlutut di hadapanmu untuk sepotong jiwanya.
Justin pun berpura-pura menjadi agen rahasia yang sedang merencanakan misi pembalasan dendam sambil membentangkan peta kekuatan lawan diatas panel pelacak imajiner dan tombol peluncur nuklir khayalan. Mereka mempelajari teknik ampuh untuk memenangkan pertempuran.
Seperti malam ini, Justin memandangi ponselnya yang baru saja berdering menandakan pesan masuk. Justin melengos mendapati siapa yang mengirim pesan itu.

To: Jasmine

I'm going to meet you tmrw.

From: Jasmine

Do you miss me? Miss ya too <3

"Ck...." Decak Justin kesal, sambil mengangkat kedua alisnya.
Disisi lain, tepat disamping kanannya, perempuan berkaos abu-abu polos, bercelana pendek tengah duduk bertopang dagu sambil memencet tombol remot secara asal.

To: Jasmine

You think? Hemm what time's school over?

From: Jasmine

About 1pm, I know you miss me so badly :)

Justin tersenyum licik saat melihat pesan elektronik yang baru saja diterimanya.
Sementara itu, gadis disebelahnya benar benar sudah merasa tak lagi dianggap keberadaannya, mungkin Shara sekarang sudah berubah menjadi satu dari ratusan patung-patung batu raksasa di Pulau paling misterius didunia, Easter Island.
"Pacaran aja terus sama hapenya...yuhu" sindir Shara sambil mengerucutkan bibirnya sambil berdecak malas.
Justin melirik kearah, gadis sebelahnya, seperti mendengar beberapa kata keluar dari mulut dewi hatinya.
"What did you say about? Sorry I didn't hear" ucap Justin tapi masih memfokuskan jarinya dikeyword layar touchscreen iphonenya.
"Heem.. Nothing" ucap Shara sambil mematikan tivinya, menyimpan remotnya dan meringkak bangun beranjak dari sofa tempat ia bersandar.
Justin yang mengetahui Shara mulai merasa tidak mood lagsung mempercepat ketikan jemarinya.

To: Jasmine

Whatever, see ya tmrw.

Dan langsung mengalihkan pandangannya dari layar iphonenya, kearah punggung Shara yang tertutupi rambut hitam bergelombang yang panjang, Justin melihat gadisnya dari belakang dengan langkah kancil Justin langsung meraih pergelangan tangan Shara dengan kasar yang membuat sekali tarikan tubuh Shara berbalik jatuh ke sofa. Lagi.
Punggung Shara kini terjatuh ke sofa, wajahnya sekarang terjatuh diatas paha Justin, yang lebih menyebalkan saat Shara mencoba membenarkan posisinya, bangun dari paha Justin, badan Shara malah dikunci oleh tangan Justin sehingga tubuhnya tidak dapat bergerak.
Justin mendekatkan wajahnya ke wajah Shara yang berada dipahanya yang membuat wajah Justin dan peri hatinya hanya berkisar 5cm.
Justin menyisirkan belaian rambut yang menutupi wajah pesona Shara kebelakang kuping Shara sambil menatap bola mata Shara yang pekat, Justin bertanya sangat lembut,
"Where are you going, babe?" Ucap Justin sambil tersenyum simpul dan manis.
Desiran darahnya tak bisa dipungkiri, Shara terdiam saat Justin sedang menatapnya lekat-lekat. Tanpa sadar sedari tadi Justin mendekatkan wajahnya, Tanpa melepas pandangannya, Justin menggenggam tangan Shara.
deg-degan. Mau apa nih si Justin? mana disini sepi banget.
Justin mendekatkan wajahnya ke wajah Shara, membuat jantung Shara berlompat-lompat lagi. Justin menatap Shara hingga gadis itu tenggelam dalam sepasang matanya.
“Shar..” ucap Justin lagi. Shara merasa bulu kuduknya meremang. Hingga akhirnya Shara mengerjapkan mata.
"Ihhhh" ucap Shara sambil menampar jauh wajah Justin dari atas wajahnya, lalu ia bangunkan wajahnya disandaran paha Justin.
Justin tertawa kecil.
"Whyyy?” tukasnya lalu melayangkan tangannya untuk merangkul Shara dari samping, yang langsung dicegah si empunya bahu.
Shara langsung kembali mengerucutkan bibirnya lalu mengikat rambutnya secara asal dan berantakan.
Justin mengangkat sebelah alisnya “what?” Ucap Justin
“I wanna go sleeping, tomorrow I. Have to go to school” ucap Shara
“No. no. no. How about ur friends disturb you again?" Ucap Justin penuh khawatiran.
“Iiiih Justin! Tomorrow agatha will perform in The annual music festival School, I want to see her, no matter what" ucap Shara memaksa.
Justin memandang Shara heran.
Shara bergidik lalu berbicara sebelum Justin menjawab pernyataannya.
"Alright, byeee, good night babe!" Ucap Shara sambil tertawa, menjawil pipi Justin dan berlari ke kamarnya.

***

- Jasmine's POV -

Siang hari yang terlihat biasa. Matahari masih bersinar, rerumputan masih bergoyang dan Andhika masih vokalis kangen band. tepat pukul 11.00 pesan mendarat dihandphonenya.

From: Justin

Arrived @ ur school. Meet me now!

Jasmine ternseyum penuh misteri, bola matanya penuh keramat, dengan sigap ia bangun dari bangkunya beranjak meninggalkan ruangan aula yang sudah mulai tenang karna sebentar lagi akan diselenggarakan The annual music festival school setiap bulannya.

***

Jasmine sudah baru saja bersandar di ranger rover milik Justin seorang, dia tersenyum memikat ke arah Justin, Padahal dia tidak tahu Justin sedang berusaha membutakan matanya.
"So, where are we going now?" Ucap Jasmine tersenyum sarkatis ke arah Justin.
Justin tidak membalas, dia hanya tersenyum curiga lalu melajukan mobilnya.
Jasmine kini berceloteh soal Shara.
"I've told you, Shara is blablabla" katanya penuh kemenangan dan tersenyum licik lalu baru menyadari Justin menatapnya penuh curiga.
Jasmine beridik melihat Justin memicingkan mata. Tanpa tahu Justin tertawa dalam hati. Gadis ini tentu tidak tahu bahwa ia sedang dibawa ke tempat eksekusinya. Ke lokasi pemakamannya sendiri. Ironis.
“What will we do here” Pekik Jasmine. Menyadari mobil Justin menjejak area pinggiran tak jauh dari lokasi sekolahnya. Jalan yang ditempuhnya agak sepi dan masih berusaha kawasan tanah merah.
“Justin? Where are we going?” Jasmine mulai bergerak gelisah di joknya. Ia melirik Justin yang tengah serius menyetir. Tatapannya tampak menyeramkan.
Jasmine langsung menangkapi kelebatan bayangan yang melayang di otaknya. Jangan-jangan, Justin ini aslinya psikopat gila pemutilasi orang kayak Ryan Jombang, makanya dia dibawa ke tempat sepi.
Justin menepuk punggung tangan Jasmine
“Calm down babe” Katanya sambil tersenyum. Berhasil. Jasmine terdiam karena setruman yang dirasakannya saat Justin menyentuhnya.
Kini mobil Justin mendarat di depan sebuah gedung tua dengan tampilan kusam dan beberapa kaca jendela yang menghilang, tiga bulldozer mati tersebar di sekitar gedung bobrok itu, di sekeliling gunungan pasir dan batu kerikil.
“Justin?” pekik Jasmine meminta penjelasan.
Justin turun dari ranger rovernya lalu memutar ke intu penumpang dan membukakannya untuk Jasmine.
“Come on?”
Apa ? turun ? turun ke tanah merah lembek kotor yang entah sudah bercampur dengan unsur jorok apa saja itu ? Jasmine memandangi black pump heels-nya. Sorry saja ya.. dia tidak sudi membenamkan hak cantiknya ke tanah bau itu. No. no .no
Justin mengulurkan tangannya “cmon Jasmine...” Katanya manis.
“No”
“Cmon babe”
Jasmine mendelik mendengar kata terakhir Justin, dia menyambut uluran tangan Justin, lalu memutar tubuhnya menghadap pintu. Ia mengangkat dagunya tinggi lalu menjulurkan kedua kakinya keluar. Syyyuuuut.. ia meluncur mulus dari jok kulit licin itu hingga menjeka tanah. Sempurna. Tak kurang suatu apapun. Tak perlu melompat segala.

***

Jasmine diajak oleh Justin naik ke atap gedung tersebut. Bagian atapnya berupa balkon terbuka dengan dinding-dinding setinggi kepala. Untuk naik kesini, mereka harus menggunakan lift jelek yang terus berderit mengerikan setiap kali bergerak, lalu menaiki tangga kecil dan memasuki pintu besi. Jasmine tampaknya terlalu memikirkan keamanan lift yang digunakannya hingga tidak curiga.
Jasmine berjalan mendahului Justin. Merasakan angin meniupi tubuhnya dan memperhatikan sayap matahari. Justin membawanya hanya utnuk melihat ini ? Bagus sih, tapi biasa banget. Terkesan kampungan malah.
Justin ini kalau mau ngajak kencan ke tempat yang elitan dikit kenapa? ngapain jauh-jauh kesini? Gaya pacaran jaman kapan nih?
"Are you dating me?" ia membalikkan badan lalu menikmati tatapan tajam Justin yang terkesan berbahaya.
“You're usually the same girl here huh? Iuuh. A big no. No wonder anyway, surely the girl who invites you here. He's still the same match. Just the same slum. (Kamu biasanya sama cewek itu kesini ya? Iuuh. A big no deh. Ga heran sih, Pasti cewek itu yang ngajak kamu kesini. Cocok sih sama dia. Sama sama kumuh)” Jasmine tertawa lalu terdiam. Ia mundur teratur. Justin masih menatapnya bukan dengan tatapan tadi, tapi dengan tatapan yang lebih mematikan. Mampus. Salah ngomong kayaknya dia.
Pikiran soal pemutilasian kembali melayang di otaknya. Kalau mau teriak disini kayaknya juga ga guna deh. Paling Cuma angin dan debu yang bakal menyahuti.
Jasmine sudah terpojok di salah satu dinding. Keringat dingin membanjiri wajahnya karena Justin benar-benar mengerikan. Ditambah salah satu haknya putus waktu dia berjalan mundur dan tersandung.
Justin berjalan mendekati Jasmine lalu mengurung tubuh mungil itu diantara kedua lengannya
“You're a little devils who can't see people's happy" ucap Justin.
“I know, you who spread garbage lo it, dear. (Aku tahu km yang nyebar artikel sampah itu, sayang)"
Jasmine tidak pernah membayangkan sedekat ini dengan Justin. Pernah sih, di mimpinya. Tapi bukan dalam konteks dia mau dicincang cincang begini.
“So? What do you want?” Tantang Jasmine.
Justin melancarkan tatapan membunuhnya
“Shara a thousand times more precious than you! (Shara seribu kali jauh lebih berharga dari km!)” bentaknya membuat Jasmine kian mengerut.
Justin melepas kurungannya
"If I hear you bother Shara again.... You're dealing me and I tell you once again, Don't ever bother me and Shara coming back! (Kalo aku denger kamu mengganggu Shara lagi, kamu berurusan denganku dan sekali lagi aku bilang jangan pernah mengganggu aku dan Shara lagi!)" Justin mendesis geram sambil mengancam Jasmine, ia beranjak pergi, bergerak cepat, keluar dari balkon lalu menaiki elevator menuju lantai dasar.

***

- Shara's POV -

sudah sekitar setengah jam yang lalu acara bulanan festival musik sekolah diadakan. Shara kini duduk dibaris tengah diantara ratusan banku sekolah yang sudah menatapi stage destival didalam ruangan Aula yang besar.
Mr. Ferdy, guru musik sekolah ini sudah mulai memanggil satu persatu calon kandidat peserta festival. Shara tak henti hentinya menggeleng geleng takjub. Ada yang memainkan saxophone, bermain akordion yang tingkat kesulitannya tinggi, memainkan gitar akustiknya sambil menyanyikan lagu ‘Somewhere Over The Rainbow’ dengan aransemen jazz yang keren, dan ada yang menyanyikan pekikan demi pekikan lagu2 raja rock legendaris, Freddie Mercury secara memukau dengan gitar elektriknya.
“Ooooh Shara!! I'm so nervous” kata Agatha dari sebelahnya.
"Oooh Cmon Agatha, your voice is amazing, don't be nervous sweety" ucap Shara sambil memandang stage yang dihiasi perempuan bermainkan violin lalu mulai memainkan lagu Tombigbee Waltz dengan indah.
"Emm.... I wanna go toilet" ucap Agatha yang gerasak gerusuk meninggalkan bangkunya dan berlari keluar aula yang sedang sunyi.
“Agatha” kata Mr. Ferdy menyadarkan Shara dari pikirannya.
“Mampus Agatha kan lagi ke toilet!” pikir Shara.
"Agatha" panggilan ke dua dari Mr. Ferdy
Shara berdiri dan berteriak agak lantang,
"Agaha is going to toilet, she gets stomachache" ucap Shara yang membuat isi aula agak lebih bising apalagi anak kelas mereka yang ketakutan pasti jika tidak ada satu perwakilanpun dari kelasnya, kelas Shara akan didiskualifikasi dan tidak mendapat nilai ujian dalam pelajaran seni musik.
"emm we can not wait much longer, if there is no representation from 10a-class, this class will be disqualified (emm kita tidak bisa menunggu lebih lama, jika tidak ada perwakilan dari kelas 10a, kelas ini akan didiskualifikasi)" ucap Mr. Ferdy.
Shara celingak-celinguk, tidak tertampak pula sosok Agatha.
"One...."
"Two...." Ucap Mr. Ferdy
Dengan rasa percaya diri Shara berdiri dan berbicara lantang
"Sorry sir, I'm going to be a substitute for (Agatha aku akan menjadi pengganti agatha)" ucap Shara sambil mengacungkan tangannya yang berhasil membuat orang orang menuturkan tujuan bola mata mereka hanya pada diri Shara seorang, dengan tatapan cemooh dan mengerikan.
"Ooooh that bitch will sing? She will pollute our school stage"
"Bitch You Can Not Sing."
"I'll fuck that bitch, make her sing to me HAHAHA"
"Don't break our ears with ur worts voice jark girl!"
Begitu cemooh yang Shara tangkap saat dirinya mencoba berjalan kearah tangga panggung dengan lemparan kata kata kotor dan terpaan genangan kertas yang teman teman coba lemparkan ke arahnya.
Tapi lagi lagi Shara harus berusaha mentulikan telinganya, membutakan pandangannya dan dengan percara diri dia melangkah pelan ke arah keyboard, yang terletak di sebelah kiri panggung. Shara menge-set mic tepat di depan mulutnya. Shara mendesah pelan, mengambil nada pertama dari intro lagu ‘Reflection’.
“Tau ah bodo .. reflection aja .. tanggung ..”pikirnya
Shara mulai mengambil nada untuk bernyanyi, lagi pula lagu ini seperti sedang menggambarkan dirinya dari cemoohan dunia.

“Look at me,
You may think you see
Who I really am,
But you'll never know me.

Everyday,
it's as if I play
A part.

Now I see,
If I wear a mask,
I can fool the world,
but I cannot fool my heart.

Who is that girl I see?
Staring straight,
Back at me.
When will my reflection show
Who I am inside?

I am now,
In a world
Where I have to hide in my heart,
and what I believe in.

But somehow,
I will show the world what's inside my heart,
And be loved for who I am.

Who is that girl I see,
staring straight
back at me?
Why is my reflection someone I don't know?

Must I pretend that I'm
someone else
for all time.
When will my reflection show,
who I am inside?

There's a heart that must be free
to fly
That burns with a need to know
the reason why

Why must we all conceal
What we think
How we feel?

Must there be
a secret me
I'm forced to hide
I won't pretend that I'm
someone else
for all time.

When will my reflection show
who I am inside?“

Shara menarik nafas tepat saat sebuah silet pintu aula terbuka mendecit membuat seluruh mata menghadap pintu yang mengublisasikan diri Justin Bieber disana.
Sontak wajah ekspresi orang orang tidak lagi terpungkiri saat Justin berjalan kearah panggung ke arah dimana peri hatinya berada.

“When will my reflection show
who I am inside ..” Shara mengambil falset dengan sempurna.

Justin terpaku, nafasnya tertahan, sarafnya menegang. Bukan hanya karena lirik lagu itu menggambarkan diri Shara saat itu, tapi, cara Shara bernyanyi, memainkan nada, mengambil falset hingga mengaransemen nada di alat musik yang dimainkannya, benar benar luar biasa. Tak pernah disangka seorang Shara bisa memainkan alat musik dan bernyanyi dengan sempurna.
Shara menutup permainan keyboardnya dengan closing yang indah. Lalu ia bangun dan meninggalkan keyboardnya kearah Justin dengan tatapan sejuta tanya.
Seluruh penduduk aula berdiri dan bertepuk tangan dengan keras.

***

Justin mau segalanya tuntas setuntas-tuntasnya. Walaupun Shara meronta-ronta minta dilepaskan, Justin tetap menggandeng gadisnya itu sampai ke podium aula besar, dimana sekarang semua warga sekolah Shara.
“You know me and you know her" Justin meraih mic lalu mengacungkan tangan Shara yang digenggamnya.
“She's my girlfriend and she stays at my home cos her father is going to work in another country .If there are not trust and received clarification about me, please raise your hand.” Hening. Tidak ada yang bergerak bahkan bersuara.
“If until I know there are bother Shara, both verbally and non verbally. It will face with me (Kalo sampe aku tahu ada yang ngeganggu Shiara, baik secara verbal maupun non verbal. Berhadapan sama aku !)” Justin meninggalkan podium sambil menggeret Shara, mengacuhkan tatapan terperangah seluruh aula.
Bisa ditebak, tak ada yang mengusik mereka lagi setelah itu.
apapun masalah yg mereka hadapi, tak menggangu hubungan mere yg sudah terjalin, justru harus semakin erat.

***

"JUSTIN!" Dengan rontahan yang kasar dan suara yang lantang, Shara mencoba menarik perlegangan tanganya yang sedari tadi diseret Justin dari atas podium hingga mereka sekarang menginjak pelataran parkir sekolah.
Justin menghentikan langkahnya, membalikkan pergelangan kepalanya namun tidak bersama dengan badannya, matanya ia letakan pada mata Shara ia menatap Shara dengan kosong namun menyeramkan. Sepertinya hawa dirinya sedang mendidih.
"What?" Tanya Justin dengan 'cukup' lembut.
Shara membalas tatapan Justin, entah magnet daya tarik menarik apa yang disulap Justin sehingga kutub utara dan selatan daya saling menolak energi yang ada, ini seperti pelajaran fisika yang membual otak berlapis lapis hingga bagian terkecil bukan? Tapi sebenarnya inti dari bualan pelajaran fisika itu adalah Shara terpaku. Tidak bisa membalas jawaban Justin, kaku dan menolak untuk balasan bentakan Justin.
"Are you done?" hardik Justin lalu kembali berjalan tanpa menunggu Shara untuk menjawab dan masih tetap menepakan telapak tanganya dipergelangan tangan Shara dengan lebih dari erat.
Disisi lain, Shara hanya bisa terpaku mengikuti kemauan laki-laki yang bisa merebut hatinya, ia diam memandang tubuh Justin dari belakang sambil merenyitkan alis dan hidungnya.
Tiba-tiba Justin memberhentikan langkah kakinya mendadak sehingga Shara yang sedari tadi menunduk terkaget dan menabrak punggung Justin.
"Aaah Jus..." Ucapan Shara terputus ketika mendapati Justin dan Jasmine berhadapan.
Shara menatap sekujur tubuh Jasmine yang terlihat bukan seorang Jasmine yang 'sempurna', dia terlihat kusam, kucal, dan kotor. Rambut hitam mempesona ala stylist Derek J yang terkenal di dunia itu sudah berantakan, baju ala designer paris Alberto Pinto sudah kotor dan polesan make up dari jejeran merk termahal didunia yang melebihi kilatan menajubkan dari bulu mata antyseptic Syahrini sudah hilang diterpa badai. Dari mana ratu yang satu ini? Apa dia baru pulang mengitari colombiana rise planet? Dan para E.T disana telah berhasil memporak-porandakan kecantikan Jasmine?
Dan saat yang bersamaan tangan kiri Justin tetap menuntun pergelangan tangan Shara namun tangan kanannya menengkuk pipi Jasmine dan Justin membisikan seuntai kata yang mungkin hanya bisa didengar oleh Jasmine sendiri, Tuhan dan malaikat.
Blammm... Kaca hati Shara agak meretak melihat kekasihnya menenguk pipi perempuan lain dan berbisik sangat halus dihadapannya, namun itu semua dengan sekejap melesat pergi saat Jasmine mengangguk lalu tersenyum ke arah...... Shara. Tidakkah salah? Seorang ratu pujangga nan sempurna yang bernama Jasmine Villegas yang menjadi tautan aling-aling semua siswa yang bertekuk lutut padanya itu tersenyum ke arah Shara? Apa tadi Justin menebarkan mantra tak kasat mata yang membuat Jasmine tunduk? Harusnya senyum Jasmine ini dimasukan kedalam plakat emas.
Tak berselang waktu yang lama, Justin melangkahkan kakinya kembali menuntun Shara, meninggalkan perempuan si ratu cabai itu.
Akhirnya, mereka memasuki mobil hitam Ranger Rover yang gagah berani terparkir disudut istimewa parkiran sekolah.
"Oke, Justin! Tell me what happened? What did you do to Jasmine and Why are you here?" tegas Shara saat baru menduduki jok dibarisan sebelah supir.
Justin melirik ke arah Shara namun tidak menjawab sepatah pertanyaan yang dilontarkan Shara, Justin tetap fokus memasang sit belt-nya lalu menstarter mobilnya.
"Justin..... I still don't understand about today, about why you're at my school and told to everyone that I'm ur girlfriend, I don't understand about why Jasmine smiled at me aaaah it all make me confused!!!" Ujar Shara panjang lebar.
"Don't, you don't have to understand about what happened today" gumam Justin sesantai mungkin.
Shara memandang Justin penuh kejengkelan, mulutnya bergelombang dongkol. Sepertinya Shara sekarang menjadi salah satu wanita korban perang Gaza dan Israel yang dipojokkan demi sebuah keselamatan.
"Okey okey.. Shar I'll explain" ujar Justin menyerah
"Heeem" decak Shara acuh tak acuh sambil terus memainkan hpnya.
"First, why I went to ur school? Cos I do not want to see over and over again get bullying that isn't real, I saw while you were going to stage, ur friends judged you whereas they hadn't seen you perform. Oh ya, your perform was amazing. I love it, next time I want you to sing just for me, okey babe? (kenapa aku ke sekolah kamu? karena aku gamau ngeliat kamu terus-terusa di ejek yang ga bener, aku liat pas kamu jalan ke stage buat nyanyi, mereka meremehkan kamu padahal mereka belum liat penampilan kamu, oh iya, penampilan kamu bagus loh aku suka banget, nanti kamu nyanyi buat aku ya syg?)" Ucap Justin pajang lebar sedetail detailnya.
Shara meneguk ludah, begitu perhatian dan gentelman seorang Justin, berani sekali membela martabat seorang Shara didepan teman-teman Shara.
"I know, you've tried hiding ur emotional with your sweet smile" ucap Justin lagi sambil menyentil hidung Shara.
Shara tertawa kecil mendengarnya lalu terdiam lagi, Justin Justin selalu saja bisa meredam emosi Shara, racun pembunuh apakah yang selalu berhasil meronggoh emosi para wanita agar tidak marah dengannya?
"And second, what happened with Jasmine? I just gave little warning so she doesn't disturb you again" ujar Justin.
“Ha? What did you do?" Ucap Shara penasaran.
"just brought her to an empty place and and then discussed and leaved her alone" ucap Justin dengan santai semarak jiwa taruna.
Mata Shara melotot dan membulat. 'hanya membawa dia ke suatu tempat kosong lalu membicarakan dan meninggalkannya'. Shara meneguk ludah saat mencerna perkataan Justin barusan.
"Didn't you really evil, Justin? Emm... She's still a girl (Jahat banget ga sih kamu? Gitu gitu dia kan cewek ..” kata Shara serius.
Justin melirik Shara heran
“We're talking about Jasmine, are you sure she is a girl? (Yang kita omongin ini Jasmine loh. Kamu yakin dia cewek?” Ucap Justin meremehkan.
Shara terpekik senyum dan menonjok bahu Justin pelan saat mendengar kata kata dari mulut Justin.
“She's already embarrassed you in front of hundreds of people but I just embarrassed her in front of God, me and her own self. (Dia tuh udah mempermalukan kamu di depan ratusan orang. Lah dia cuma dipermaluin di depan Tuhan, aku dan dirinya sendiri)” ujar Justin.
“fortunately not acting transmissivity ehm (untung aktingnya ga keterusan ehm)” Shara bergidik.
“Jealous?” Tanya Justin
“Noooo, uuu”
“You want I bring to an empty place?”
“Noooo wuuuu Bweeeek” Shara menjulurkan lidah.
Justin tertawa kecil melihat perempuannya kembali tertawa dan tersenyum, dengan sedikit jahilan Justin menggelitikan jemarinya diperut Shara.
"Iiiih Justin!!! Enough"
Dengan andeng-andeng menyetir Justin lalu melirik ke arah Shara yang masih menutupi wajahnya karena tertawa dengan waktu yang singkat Justin menjawil pipi kanan Shara dengan semangat.
"Jusssstiiin! It's siiick!" Ujar Shara sambil mengelus pipi yang dijawil Justin.
"Hahaha you know something wrong in you face" ucap Justin.
"Ha? What?"
"It's very very beautiful" ujar Justin sambil tersenyum.
Isssh!" Shara mengendus malu pasti pipinya sekarang memerah. Lagi.

***

Saturday, June 20 2011

Mereka, sepasang kupu yang bertemu di taman lengang, terbang berdua mengecup kuntum-kuntum kuncup, memekarkan kelopak cinta karena ceria mentari bantu asa melawan ngilu, hangatnya mengurangi sesak di dada. Tuhan telah memberi hari hari yang indah.
“Everything is still fine, no one disturbs me” Ucap Shara pelan. Malam itu, Ia bersama Justin sedang membenamkan kaki mereka ke dalam kolam renang berukuran gigantis beberapa hari setelah klarifikasi heboh Justin disekolah Shara.
“Because of me” kata Justin tak acuh.
“Whatever” Shara memutar bola matanya
“Yeah, Because of you, babe” tambah Shara.
Shara mulai menelaah beberapa hari terakhir ini. Semua baik-baik saja di sekolah. Meskipun Agatha sekarang sering tidak masuk. Sementara itu, beberapa orang di rumah tampak mulai mengendus hubungan mereka tapi tidak ada yang berkata banyak.
Shara mengambil cangkir teh Darjeeling yang terletak diantaranya dan Justin, lalu menyesapnya. Sementara Justin terpekur menatapi langit berbintang di atasnya. Setelah Shara meletakkan cangkirnya di sisi lain. Justin menggapai tangannya tanpa mengalihkan pandangan dari langit.
Lalu, Justin memandang Shara seperti mau menelannya bulat-bulat.
Shara mengernyit.
“What?” kata Shara lalu menutupi wajah dengan tangan satunya yang diperban.
“Just thinking” gumam Justin lalu mengalihkan pandangannya sementara tangannya masih menghangatkan jemari Shara sambil memainkannya.
“What are you thinking about?” Tanya Shara.
Justin menatap Shara lagi.
"You.. Yeah You will always be the answer, when somebody asks me what I'm thinking about (kamu.. Yeah kamu akan selalu jadi jawaban saat orang bertanya apa yang sedang aku pikirkan)"
Shara tekikih kecil.
“Why does my heartbeat always get fast if I see you? why do I always want to have beside you? while you were captious, fierce... (Kenapa aku selalu deg-deg an kalo liat kamu? kenapa aku selalu mau ada di samping kamu? padahal kamu itu bawel, galak..)" Tambah Justin lagi.
Shara mencibir. Terus saja mencelanya.
“It's love isn't it?” Tanya Justin, lebih kepada dirinya sendiri.
“Love is like a war..easy to start, difficult to finish, and imppossible to forget.” Justin berucap lagi.
Shara mengangkat alisnya. Tidak mengerti kicauan Justin.
“Love starts with a smile, grows with a kiss and ends with a tear” jawab Shara sambil mengangkat bahunya.
“No, who said that? I would start love you with smile, grow with a kiss but never ending and never make your tear falls from your eyes” ucap Justin tersenyum sambil menuding dadanya dan menatap Shara penuh arti.
"i'll always try to take care of your heart and i'll never make you cry.. Keep my promises with you" ucap Justin lagi dan Shara tersenyum bingung.
“I'm talking too much, you got it?”
Justin melengos.
Shara menggeleng jujur lalu tertawa geli. Justin menghela nafas. Gadis ini benar-benar deh.
“Uh ..” Justin merapatkan dirinya pada tubuh Shara lalu merangkulnya dengan paksa, padahal Shara meronta-ronta minta dilepaskan.
"You are a dream come true to me.." Ucap Justin.
"Hahaha" Shara tersipu malu.
"Stay mine forever.. Shar" Ucap Justin lalu mencium rahang bawah Shara dan menumpukan kepalanya untuk bersandar dibahu Shara.
"Hem.. Just.."
“Ssst Quite or kiss me” Justin mengancam.
“Ck .”. Decak Shara menyerah
“Justin?” kata Shara.
“sssst. It's a romantic you know”
Shara memutar bola matanya dan sepenuhnya membiarkan Justin menyandarkan diri dibahunya dan tanganya melingkar dipinggang Shara.

***

Sudah beberapa menit mereka berlakon. menikmati angin malam dan melihat bintang dilangit yg bernari-nari kelap kelip sambil duduk diatas kolam berenang, sesekali mereka tertawa saat mencoba menghitung taburan bintang, melihat dunia sibuk dengan dirinya dan hanya ada mereka berdua, Justin dan Shara.
Sesekali Justin mengeliat tapi Shara tetap asik memainkan rambut Justin yang lembutnya mengalahkan Sutera termahal didunia.
Tiba-tiba Shara tersentak saat mendengar suara di belakang mereka.
“Justin... Shara”
Shara langsung mendorong tubuh Justin dan bergeser sejauh dua meter. Aduh aduh. Shara menunduk dan menyusupkan beberapa anak rambut ke belakang telinganya. Lalu melirik ke arah belakang.
Dan mata Shara kini menangkap sesosok lelaki, Ryan ternyata. Ryan cuma mengangkat alis dan berpura-pura tidak melihat adegan tadi. Ia tidak mau mencampuri privasi sahabat dan wanita disebelahnya.
"Sorry... I've disturbed you guys. Me, scooter pattie and wilson just got home" ujar Ryan sambil tersenyum.

***

- Justin's POV -

Bintang bintang yang menari dikelabunya itu adalah saksi satu satunya. ketika jendela mulai tertutup dan angin perlahan menjauh. hanya ada Justin, Shara dan malam. Malam akan semakin larut, Justin duduk dlm persinggahannya dg hati yg kalut, bingung mengapa sesosok lelaki yang dulu pernah membayangi Shara kini datang? Tapi Justin akan merawat putih dan harum kasih yang Shara beri. Dia benamkan dalam relung hatinya. Sampai sang waktu menghentikannya.
“Ryan? How could?” Tiga kata itu meluncur otomatis dari bibir Justin. Pemuda itu mengernyitkan dahi sambil merutuk dalam hati. Mereka mau pulang kok ga bilang-bilang.
Ryan tersenyum singkat sejenak. Ngapain dua orang ini malam-malam di pinggir kolam?
Dari sisi mata Ryan, Shara kini sudah banyak berubah dari yang dijumpainya di bandara terakhir kali. Rambut gadis itu sudah memanjang dan wajahnya pun sudah terbentuk menjadi terlihat lebih dewasa.
Entah kenapa, karena sebuah dorongan kuat, Ryan melangkah pelan ke arah gadis yang masih menatapinya lekat-lekat lalu mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri. Tak sadar, bahwa Justin melotot melihat perlakuan Ryan pada Shara. Ia pun mendapat sebuah guratan aneh yang dirasanya pernah terlihat di mata gadis itu.
Ryan tersenyum saat Shara menyambut bantuannya. Yang ia tidak tahu, Shara menikmati kehangatan yang menelusup ke jemarinya saat tangan kokoh Ryan menggenggamnya.
Justin mengangkat kakinya dari air, berdiri sendiri karena tidak ada yang membantunya bangun. Mengenaskan. Ia memperhatikan wajah Ryan lalu wajah Shara, dan kedua tangan mereka yang masih bertautan. Justin berdecak dalam hati lalu berdehem keras.
Ryan tersenyum lalu melepaskan tangan Shara.
Seakan menjawab pertanyaan Justin, tiba-tiba sebuah suara berat menyapa dari belakang.
“Halo”
Dan justin betul-betul terpana menyaksikan sosok 2 lelaki dengan tubuh makin berisi dan berkumis tipis, seorang perempuan yang selalu menjadi bidadari hatinya dan lelaki yang tinggi juga kurus putih itu dibelakang berdiri dibelakang mereka.
Sementara itu mereka semua tersenyum lalu memperhatikan Justin dan Shara yang masih tercengang akan kedatangan mereka.
"Hai dude!" Ujar Scooter yang mendekat ke arah Justin.
Justin meraih pergelangan Scooter sebagai tanda penyambutan dan Shara berlari ke arah ayahnya.
"Dadyyyy" ujar Shara sambil memeluk badan yang sudah sangat dirindukannya.
"Hay pattie" ujar Shara sambil memeluk Pattie.
"Hay sweety, how are you?"
"Really fine" ujar Shara tanpa melepas pelukan Pattie.
Shara benar-benar merindukan pelukan Pattie, karna menurut Shara, Pattie sudah menjadi ibunya saat ini.
"Hey hey hey, enough" ujar Justin sambil mencekal bahu Shara untuk melepas pelukan Pattie.
"Iiih Justin" ujar Shara.
"You hug my mom longer than you hug me" ujar Justin.
"Soooo it means you guys have a relationship?" Ujar Wilson memasuki percakapan tanpa permisi.
"Oh jadi anak Daddy udah punya pacar" ujar wilson sambil menggelitik kecil perut gadis satu-satunya.
"Nooo, don't believe what Justin said" ujar Shara sambil tertawa geli yang membuat ronggaan tawa pecah dari setiap orang.
"Okey okey come in, we can talk inside" ujar Scooter sambil berjalan memasuki rumah diikuti Pattie dan Wilson, dan disalah satu sisi tertinggal Ryan, Justin dan Shara.
“I just want to say hallo...” kata Ryan seakan memberikan penjelasan pada Justin.
"Haaay dude" ujar Justin bersusaha menutupi selaput dihatinya.
Ryan tersenyum lalu berjabat sahabat seperti biasa.
“Okey, I wanna go room, Nice to meet you again guys...” katanya lalu melemparkan senyum lagi dan beranjak.
Justin mencibir lalu baru sadar Shara masih diam terbengong-bengong melihat kepergian Ryam. Ia berusaha mengusir kecemasan mendadak yang melandanya.
“Hey!” katanya sambil menowel Shara.
Shara sedikit terperanjat lalu buru-buru membenahi ekspresinya.
“Ha? Emm.. ha.. I'm sleepy” ujar Shara acuh tak acuh.
Justin mengangkat alis
“Sleepy? Really? It's not about Ryan?”
Shara mengernyit,
“Iiiih what do you mean? You're just jealous” sindir gadis itu.
Justin mengulum bibirnya lalu tiba-tiba menangkap ide iseng yang beterbangan di benaknya.
“Really? Sleepy?”
Shara menoleh ke arah Justin.
“Yesss!!!”
“Oke, you have to take a medicine. Now, Close your eyes"
“What?"
"Close your eyes, babyyyy" perintah Justin lagi.
“Ck..” decak Shara lalu menutup matanya. Justin ternyata menggandengnya berbalik ke arah kolam renang.
Justin mendekatkan wajahnya ke wajah Shara lalu mendaratkan kecupan kilat di bibir gadis itu.
“That's a medicine for sleepy (itu obat ngantuknya)"
“JUSTIIIIN IH” Shara membelalakan matanya lalu memukuli lengan Justin secara pelan.
Justin menjauhkan diri dari pukulan gadisnya sambil tertawa-tawa
“Look? You are not sleepy again”
Shara meraba bibirnya.
“Wooo” katanya lalu manyun dan terdiam.
“Huaaah. Wanna go my room, wanna join?" Ujar Justin.
Shara berpikir sejenak. Merasakan pergolakan batin di hatinya lalu memutuskan
“No, I'm sleepy. wanna go sleeping” Kata Shara, menafikkan hatinya yang meronta minta bertemu sosok lain itu lagi.
Justin mengerutkan alis saat Shara malah berjalan mendahuluinya sambil berjalan bingung. Ada apa sih dengan gadis itu?

***

Justin memasuki kamar Ryan tanpa permisi. Ia menyapukan pandangan lalu mendapati sosok itu sedang duduk di sofa ruang tamu kamar, menekuni macbooknya.
Justin memutar bola matanya lalu menutup pintu lalu berjalan mendekati sofa yang diduduki Ryan.
Justin menghempaskan tubuhnya di samping Ryan lalu merentangkan tangannya di kepala sofa.
Ryan menatap Justin penuh arti.
“What were you and shara doing when I arrived?” Tukas Ryan.
Justin melotot yang langsung ditanggapi dengan semburan tawa oleh Ryan.
“So? You and Shara...”
Justin memasang tampang malu.
“Dude.. Shara is more beautiful than past, isn't she?” Ujar Ryan lagi menaik-turunkan kedua alisnya iseng sambil menutup macbooknya.
“You mean? She is mine. Don't disturb her” ujar Justin agak galak. Lagi-lagi Ryan tertawa menanggapi gelagat kecemburuan Justin yang terlihat kekanakan.
"Haha! I sleep first, night dude" ujar Ryan lalu bersampir kekasurnya.

***

Kegelisahan itu menghantui dan mengendap dalam hati. Rasa sayang yang terlalu besar kini berubah menjadi takut kehilangan.
Sejujurnya, kepulangan Ryan membuahkan dua perkara dalam benak Justin. Perkara-perkara kegalauan yang muncul setelah ia berpikir cukup jauh. Lega dan cemas. Lega karena ternyata ia kangen pada sosok sahabatnya yang terkadang kelewat perhatian itu. Dan cemas, kalau-kalau kepulangan Ryan akan membuat hati Shara bersemai lagi. Tidak mudah melupakan waktu-waktu sulit gadis itu beberapa saat lamanya setelah keperegian Ryan dulu. Toh juga, Justin tak pernah tahu dan tak pernah sampai sejauh itu berpikir soal dimana benih perasaan Shara untuk Ryan itu terpendam sekarang.
Benarkah benih itu sudah hilang tersaput angin atau hanya mengendap di tanah dan tertimpa akar-akar lain? Kalau yang kedua itu benar, bagaimana kalau kepulangan Ryan memupuki benih itu dengan air dan sinar matahari yang cukup? Hingga benih itu kembali bertunas dan menyulur liar menerobos hal lain yang menutupinya selama ini?
Justin takkan pernah tahu dan karena itu kini otaknya masih sibuk berpikir.

***

Justin meneguk air dalam botolnya dengan rakus. Pemikiran ini menimbulkan efek kelelahan dan kehausan yang luar biasa seperti yang dirasakannya kini. Belum lagi, embusan angin malam yang bukannya menyejukkan malah membuat sekujur tulangnya ngilu.
Justin tau Ryan menyambut baik kedatangan gadis-gadis. Gadis-gadis yang memandangi sahabatnya dengan tatapan penuh pemujaan. Tapi nampaknya mereka semua kelewat lelah. Karena pada dasarnya Ryan bersikap manis kepada semua orang, bukan hanya kaum hawa.
Justin sedang melangkahkan kakinya menyusuri lorong sebuah kamar. Ia bru tiba beberapa menit yang lalu dan memutuskan mencari penyejuknya. Shar.
Perlahan, Justin membuka pintu kamar Shara. Gadisnya sedang tidur memunggungi pintu. Ia mengenakan piyama putihnya.
Dalam keremangan, Justin berjalan mendekati gadis itu. Ia berdiri di depan Shara yang tertidur manis lalu tersenyum. Penyejuknya adalah Shara dengan keadaan seperti ini, tidak sadar. Karena kalau Shara terjaga, repetan mulutnya kadang-kadang malah membuat Justin kesal sendiri.
Justin menarik bangku di pojokan lalu meletakkannya di depan Shara. Ia duduk dan memperhatikan Shara, memperhatikan setiap sudut wajah gadis itu, layaknya orang buta yang baru melihat matahari terbit pertama kali. Tiba-tiba pikiran-pikiran cemas itu kembali berkecamuk di benaknya. Bagaimana kalau suatu saat nanti Shara menyadari benih lain itu sudah tumbuh menerobos tanah yang digemburnya ?
Justin mendesah pelan. Ia berdiri lalu menarik selimut di bagian bawah ranjang hingga melapisi tubuh Shara. Ia mengusap rambut Shara dan menarikan telunjuknya di dahi, ujung hidung dan sudut bibir gadis itu, lalu mengelus pipi gadisnya berkali-kali. Dorongan untuk tidak mau kehilangan Gadis-nya. Gadis yang sudah diperjuangkannya mati-matian.
Justin berbisik ditelinga Shara.
“Shar, I just want you to know that I love you and miss you and think about you everyday. I'll live with you. Love you tonight. Whenever you are lost I'll be there for you. Never let you go." Ujar Justin.
Setelah itu Justin mengusap rambut Shara lagi lalu kembali duduk dan memandangi gadis itu lama sekali. Menyusupkan sedikit kedamaian dalam otaknya yang sedang riuh dengan cara ini ternyata menyenangkan juga. Tak berapa lama, Justin memutuskan untuk berdiri dan beranjak ke kamarnya sendiri.
"Good night my love..You keep me smiling when I want to cry, I love you Shar" ujar Justin sambil mencium kening Shara.
Ia beranjak tanpa tahu, saat ia menutup pintu, Shara membuka matanya dan mendengar semua ucapan Justin.
Shara membuka mata, saat mentari terjaga, inginnya diam, tapi tidak mungkin diam, pikiran Sharapun berlari, tanpa tujuan, ingin berteriak keras,menembus batas tapi dirnya ikut Dalam hatinya Shara ikut berdoa.
“Aku juga berharap tidak akan ada yang berubah, I love you too Justin” ujar gadis itu.
Lalu Shara mencoba menutup matanya lagi. Berusaha membohongi dirinya sendiri soal perubahan hatinya itu dalam mimpi. Berusaha mengenyahkan getar-getar lain yang bertalu terlalu keras di jantungnya.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar