Sabtu, 26 Januari 2013

How To Love - Part 7

Re-post 
...:: How To Love ::... 
Part 7

Story by @BieberLSIndo


***

 
- Justin's POV -

Malam mengubah segenap kisah menjadi bunga, dan pagi menyempurnakannya. Bening asa, bagi cita, juga cinta. Tarian pendar mentari, begitu ceria menyambut pagi, orang-orang sedang bergegas menata hati, bersiap menapaki hari. Sentuhan tetes-tetes embun, menempel di ujung daun. ketika lembar-lembar mimpi, terkelupas dari bibir matahari pagi itu di sudut kota sejuta malaikat.
Lelaki yang berambut coklat baru saja membuka kamar gadisnya tanpa permisi pada sang empu, lelaki itu melirik ke arah kasur yang berukuran besar tak jauh menepi, dirinya tersenyum simpul seketika mendapati sebuah objek sedang tertidur disana. Gestur tubuh Shara masih terpaku diatas sebuah kasur dalam damai, sesekali tubuhnya bergoyak sambil menggeliat kecil, Shara masih tidur dalam buai nafas yg teratur.
Tidak memakan waktu yang lama, Justin langsung berjalan mendekat ke arah kasur yang berada dipojokan kamar, dirinya langsung menyimpan serumpun sarapan yang tertata rapi diatas sebuah baki ke atas meja disamping kasur tersebut. Setelah selesai, Justin kembali beranjak mendekati perempuan yang tengah tertidur pulas diatas kasurnya, Justin datang mendekat, membungkungkan badannya dan mengecup sambil menepuk ujung kening Shara sambil tersenyum, betapa rasa bahagia dan damai saat Justin bisa melihat Shara terpaku sangat mempesona.
tidak memakan waktu yang lama, Justin kembali berjalan ke luar ruangan milik gadisnya.

***

- Shara's POV -

"Hoaaaaaam"
Sambil mengerjap kedua matanya pelan-pelan, menggoyakan tubuh, dalam riak menghela nafas panjang, Shara mencoba mengangkat tubuhnya, mengangkat tangannya ke atas dan menguap besar. Shara kembali mengerjap dan mengucak matanya, ia edarkan pandangannya kesekeliling kamar, ternyata binar-binar cahaya kalap pagi itu sudah membangunkan jiwanya.
Tiba tiba mata Shara tersontak berhenti pada menu sarapan pagi yang sudah terdampar di samping kirinya tepat diatas meja kecil sebelah kasurnya. Disana sudah tersaji segelas susu coklat, nasi goreng, sepucuk surat dan setangkai mawar putih.
Shara mengangkat sebelah alisnya, lalu meraih baki itu ke atas pahanya, dia mengambil setangkai bunga yang terdampir disana, mencium dengan nafas dihidungnya yang dapat merasakan wangi mawar putih yang menyerbak, lalu Shara mengamit sepucuk surat dan membacanya.
"Good Morning Beautiful, I know you're smiling and that smile is elegant :) Love ya ♥ - Justin"
Begitulah serumpunan kata-kata yang tertulis cantik tergores diatas sepucuk kertas berwarna putih yang dengan selamat sentosa berhasil membuat wajah Shara berbinar.
Dalam hitungan detik Shara memeluk kertas putih itu sambil tersenyum dan tawa geli.
Tak berapa lama berselang, Shara langsung menyuap beberapa nasi goreng dan menegelak susu coklat untuk asupan sarapannya pagi hari ini. Setelah selesai semua, Shara langsung menyimpan kembali bakinya kesamping tempat tidurnya lalu beranjak dengan membawa surat dan bunga mawar putih ditangannya, dirinya berlari keluar sudut kamarnya.

***

Shara berjalan cepat dikoridor rumah Justin sambil menimbrungi isi rumah yang sepi, tak lama dirinya sudah berhadapan dengan sebuah pintu yang dengan gagah berani melototi dihadapannya. Shara menghela nafas, lalu mengetok pintu itu dengan perlahan.
"Tok..tok...tok.."
Setelah berhasil mengetukan jemarinya dipintu coklat itu, Shara terdiam berdiri sambil memutar mutar surat dengan sebelah tangannya.
"Come in..." Teriak seseorang dari dalam ruangan yang Shara tuju.
Tanpa pikir panjang Shara langsung membuka pintu, Shara mengedarkan pandangannya sambil melangkah maju menuju kamar Justin, namun sosok lelaki yang memiliki tinggi badan lebih tinggi dibandingnya tak enggan ia jumpai, dengan buru buru Shara menutup pintu, tak sengaja saat Shara membalikan badannya, Shara menabrak seorang pemuda dihadapannya.
"Ouch!" ujar Shara sambil mengintimidasi sosok dihadapannya.
Shara meneguk ludah, ternyata Justin lah yang baru saja mengagetkannya, Mata Shara membulat saat melihat Justin berdiri dihadapannya dengan celana jins selutut, sendal rumah dan sekarang sedang bertelanjang dada atau bisa dibilang shirtless.
Shara langsung terlihat grogi, dan langsung membuang pandangannya mecoba untuk menetralisir hatinya yang sedang gugup karena kepergok melihat Justin seperti ini dengan jarak yang dekat.
"Why, babe?" Ucap Justin.
"Em.. Just.. Em.. Good Morning too justin, thanks for breakfast's menu and this" ucap Shara sambil memperlihatkan surat dan bunga pemberian Justin lalu tersenyum manis.
"Anytime, babe" ucap Justin sambil memberantakan poni gadis dihadapannya perlahan dan tersenyum.
"Shar? Can you wait there? I want to go to bathroom not long time" ucap Justin sambil menunjuk balkon kamarnya.
Shara mengangguk mengerti lalu berjalan ke arah balkon sembari menunggu Justin.

***

Shara sedang menatap langit biru dan awan putih di atas sana sembari tersenyum lebar mengingat kejadian pagi hari ini.
"Where's Justin? He takes long time" gumam Shara risau.
Tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan menumpukan dagunya di bahu kanan Shara. Siapa lagi kalo bukan Justin.
"Eh.." ucap Shara kaget.
"You're looking at Justin, aren't you? Justin is hugging the most beautiful girl, don't be jealous okey? (Lagi nyari justin ya? Justin lagi memeluk cewek paling cantik, jadi jangan cemburu ya)" Untuk kesekian kalinya Shara dibuat blushing sama Justin.
"ISssh Justin, you make my checks become red hahaha"
"Haha, don't care, I like it, you look beautiful. Look at me now!"
"Nooo" Tegas Shara sambil menggelengkan kepalanya.
"Pasti gue tambah diledekin deh." Lanjut Shara dalam hati.
"Justin.." katanya pelan.
"Hmm ?" Justin mendehem kecil.
Shara menghela nafas, tahu mungkin perkataannya ini akan terdengar sangat bodoh untuk Justin.
"I... I always think about them” ujar Shara akhirnya.
"Them? Who?"
"My friends at school, my family, your fans, your family, you crews and world, what shell I do if they know about our relationship?" Ucap Shara sambil menunduk dan merasakan nada suaranya mengecil hingga di akhir kalimat.
Justin melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Shara sehingga menghadap kepadanya. Lalu ia meletakkan kedua tangan Shara melingkar di pundaknya. Dan, ia pun memeluk erat pinggang Shara. Justin menghela nafas, lalu meletakkan kedua tangannya di pipi Shara, mengangkat wajah gadis itu
"Shara.. I love you, I love us, I'm happy with you, it's the most important, we don't have to hear what they say because they don't know how much I love you..." Ucap Justin mengelus pipi Shara, hingga gadisnya itu mengangguk dan menggumamkan
"Sorry.. I'm not perfect.. Actually I'm far from it. Just forgiven.. Every single day. I thank God for His perfect love, Justin" ucap Shara
Justin yang mendengar kembali memeluk Shara lagi, lalu melepas pelukannya dan memutar tubuh gadis itu, mengarah ke depan lagi. Memperhatikan keindahan langit dikala siang hari ini. Justin merangkul gadis-nya lagi. Sambil tetap menatap ke depan Justin berkata
"At least,don't worry about it.. I fall in love with you all over again everytime I look into your eyes.. And I love you more every single day" ucap Justin sambil menatap gadis dalam rangkulannya lekat-lekat. Mengisyaratkan kedalaman kata-kata yang baru dirancangnya secara serius.
Justin tersenyum kecil, menunggu reaksi macam apa yang akan dilontarkan gadis itu. Setelah seharian penuh berlakon dengan jurus-jurus romantis hasil didikan gurunya, Justin yakin kata-kata tadi akan membuat gadis ini tersenyum manis atau mungkin malah tersipu malu-malu.
Shara nampak serius mencerna kata-kata Justin. Ia mengerjapkan mata dua kali, menggembungkan pipi lalu tiba-tiba....
tertawa sambil menggelengkan kepala tak percaya. Dan Justin terheran dan melotot.
Apa-apaan ini? benar benar tidak sesuai dengan estimasi yang diramalkan guru cintanya. Tidak ada balasan tundukan malu-malu, pipi memerah atau sebangsanya. Malah kini kata-kata romantisnya ditertawakan seakan ia baru menyampaikan lelucon aneh.
Justin melepas rangkulannya, bersedekap menatap langit lalu mendelik cepat pada gadis yang sedang mengontrol tawa di sebelahnya.
"Oke, so where's funny?" ucap Justin tersinggung. Astaga. Gadis ini benar-benar menghancurkan atmosfir romantis yang dibangunnya susah payah sedari tadi.
"Sorry.." kata Shara sambil mencolek-colek lengan Justin yang sedang memelototi langit. Justin menoleh sekilas kea rah Shara lalu membuang pandangannya ke depan lagi.
"Just... You acted more romantic than before, where did you learn it?" Shara meledek dan masih berusaha membekap mlutnya yang tak bisa berhenti terkikik
"I'd love it... But.."
Justin mengangkat sebelah alisnya. Gadis ini benar-benar tidak tahu perjuangannya, ya?
Dan usaha dahsyat semacam itu, yang dilakukan oleh seorang Justin Bieber hanya demi seorang gadis harusnya dibuat plakat penghargaan atau seklain dicatat dalam Guiness Book of Record. Bukan malah ditertawakan seperti ini.
"But... I like you just the way you are .." ucap Shara meneruskan
"the snob one ..” Shara menaik-turunkan alisnya secara jenaka.
"Yeah, whatever" sambar Justin keburu keki, lalu meninggalkan gadis sendiri di balkon.
"Justin... Wait mee, don't be mad hahaha!!" ucap Shara sambil tertawa dan mengerang dibalkon. Sendiri.

***

- Jasmine's POV -

Gadis itu tersenyum culas dan puas. Melihat email kiriman laki-laki yang menjadi suruhannya. Gadis itu lalu meraih ponselnya, hingga orang yang dihubunginya menjawab pada deringan pertama.
"I want all of you send it via email in large print and publish it at my school. Every corner in my school! And make this news as famous as possible. Pay producers infotainment anyone to mix seasonings. Although, this news was just outstanding in my neighborhood school. i do not mind, Next week, on Monday it had to be tacked neatly. And do not leave any trace! (Aku mau semua yang kamu kirimkan via email itu di cetak besar-besar dan di-publish di sekolahku. Di Setiap sudut sekolah. Dan buat seheboh mungkin. Bayar produser infotainment siapa saja untuk meracik bumbunya. Meskipun, berita ini cuma beredar di lingkungan sekolahku. Aku tidak perduli, Minggu depan, hari senin semuanya sudah harus tertempel rapi jangan ada yg tertinggal, sedikitpun!)" Klik. Gadis itu memutus pembicaraan di ponsel barunya lalu tersenyum lagi dan mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
Ia berkata sarkatis pada lelaki di benaknya "you are so stupid, Justin! Believe in me that i will let you have a stupid relationship with Shara?? Oh gosh, never!" Gadis itu membatin. Tidak ada satupun di dunia ini yang tidak bisa didapatkan seorang Jasmine Villegas. Jika ia tidak bisa memilik Justin, berarti Shara pun tidak. Cepat atau lambat akan Jasmine tumbangkan sang juara. Tinggal tunggu tanggal mainnya.

***

Waktu pun menipu, berlari tanpa ragu dengan jurus terjitu kemudian berlalu. Hitungan detik sudah mencapai angka enam.
Di langit nan jauh, lembayung fajar melengkung di celah bukit. Mentari yang masih tersenyum malu-malu kini telah membangunkan sesosok gadis yang tengah mengintari pulau mimpinya, dirinya mengerang saat cahaya matahari kini mencuri masuk meeawati sela sela tak tertutup. Shara akan kembali kepada rutinitas membosankan namun penting yang harus dihadapi.
Senin pagi ini, kediaman keluarga Justin nampak lebih tenang dari biasa. Para pelayan dengan seragam hitam andalan mereka tidak tampak berlalu-lalang di sekitar ruangan-ruangan rumah yang dibilang sangat mewah ini.
Shara telah siap untuk berangkat mengamit hari dengan beberapa mata pelajaran super duper membosankan. Shara keluar dari kamarnya turun dan berjalan sekediap menuju ruang makan yang berada dilantai dasar rumah disudut kota Los Angeles.
Shara mengedarkan pandangannya, tidak terlihat batang hidung seorant pun disini, kemana semua orang? Shara menghela nafas dan kembali berjalan menghampiri meja besar yang berhadapan langsung dengan taman belakang.
Shara merenyit heran, biasanya jam jam segini Justin sudah berteriak teriak didalam rumahnya, bercanda gurau bersama Kenny, tapi sampai detik ini wajahnya belum juga menampakan diri. Entahlah, tak ada waktu untuk memikirkan Justin, yang harus diperbuatnya sekarang hanya sarapan dan kembali ke sekolah sebelum bel menghalau duluan sebelum dirinya menginjakan kaki digerbang sekolah.
Shara sedang menghias roti tawarnya dengan selai berwarna merah dengan rasa strawberry, Tepat pada saat itu, sesosok tubuh tinggi berjalan mendekat dari belakang tubuh Shara.
Shara yang mendengar dentaman suara kaki dengan sengaja memutarkan tubuhnya dan, Sosok itu tersentil sikut Shara dengan keras.
Shara melotot takut sambil berusaha menahan tawanya
“Sorry ..” ucap Shara, lalu mengigit bibir bawahnya ketakutan.
Shara langsung merasa sarapannya itu butuh sekali diperhatikan sehingga ia meneruskan pekerjaannya dengan tampang tak bersalah.
Justin merengut. Ia menyandarkan pinggangnya pada meja marmer hingga posisinya kini berlawanan arah dengan Shara, sambil memperhatikan gadis itu dengan tekun menghias roti tawarnya.
Shara memajukan wajahnya, berniat melahap roti yang sedari tadi dihiasnya, sempurna. saat tiba-tiba sepotong tangan, iseng mengambil roti yang akan dilahapnya.
Shara mendengus ke arah Justin, yang sedang melahap rotinya tadi tanpa rasa bersalah.
“Why?” Tanya Justin sambil mengangkat alis. Justin melahap sisa roti lalu terbatuk pelan. Ia membersihkan tenggorokannya lalu berkata agak lantang
“No one gives me a drink?”
Shara menatap Justin tidak percaya. Dasar orang gila. Shara menghentikan pekerjaannya sejenak, lalu melihat sekelilingnya.
Akhirnya Shara mengambilkan sekaleng moccacino dari dalam lemari es yang tidak jauh dari sisi meja makan.
Justin mengambil sekaleng moccacino dingin dengan angkuhnya, saat minuman itu disodorkan ke hadapannya. Justin membuka penutup kaleng, menyesapnya sedikit lalu memandang Shara
“Want ?”
Shara tersenyum masam, lalu memutuskan untuk mengambil tasnya yang tersampir di meja makan dan melangkah pergi.
"Where do you wanna go?" Ucap Justin sambil menarik lengan Shara.
"School"
"Alone?" Tanya Justin
Shara mengangguk.
"Oke" ucap Justin sambil melepas angkuh tangan Shara dengan cepat.
"Huh! Dikira mau nganter" Shara menggeram pelan.
Shara manyun. Semenjak kemarin kejadian Shara meremehkan Justin dibalkon, Justin kembali agak bersikap angkuh sedikit, mungkin masih kesal dengan Shara. Dia dan Justin pun kembali pada aktivitas adu mulut mereka.

***

Shara turun dari taxinya, membetulkan posisi ransel hitam andalannya lalu berjalan meninggalkannya. Shara melangkah memasuki gerbang lalu berhenti sebentar beberapa meter setelah melewatinya. Ia melirik cepat ke kanan dan kiri, lalu tanpa kentara mengecek atasan bajunya, celana dan sepatunya, Bahkan dia pun memakai sepatu yang benar di kedua kakinya. Tidak tertukar yang mana kiri dan kanan.
Lalu, kenapa dong semua orang menatapnya seakan-akan ia adalah alien yang baru turun dari piring terbang perak miliknya untuk menginvasi bumi?
Shara berjalan cepat sambil menoleh ke sekelilingnya dengan curiga. Tarik nafas, Shara .. batinnya. Gerombolan cewek disana tidak sedang berbisik-bisik membicarakanmu dan kumpulan cowok yang bersandar di depan kap Volkswagen klasik itu TIDAK MUNGKIN menyiulimu. Memangnya siapa kamu? Lindsay Lohan?
Shara menarik nafas, lalu berjalan ke dalam gedung. Ia memasukkan student card nya ke mesin absent lalu bergegas menuju elevator yang sudah diisi gerombolan cewek lain, menggenapkan jumlah 8 orang dari total maksimal yang bisa diangkut elevator ini.
Shara memasuki elevator dan tiba-tiba gerombolan cewek itu terdiam. Shara membalikkan badannya, menghadapi pintu elevator yang hampir menutup tepat saat sepotong tangan berhias gelang Swarovski dengan kasar memencet tombol ‘open’ di dekatnya.
Shara bisa mendengar kasak-kusuk di belakangnya. Sebuah suara manja, sepertinya pemilik tangan yang masih menahan tombol itu, berbisik pada teman-temannya
“she's here” menekankan kata kedua agak keras
“I don't want to be the same elevator with her.. Iyuuuuh”
Shara mengerutkan kening lalu merasa gadis-gadis di belakangnya mulai meringsek maju dan menyenggolnya kasar untuk keluar dari lift. Hingga kini hanya dirinya yang tersisa di dalam lift.
Serius? Apa semalam orang-orang planet Mars menculiknya lalu merubah mukanya hingga sekarang ia tampak seperti E.T ?
Hal terakhir yang dilihat Shara dalah pandangan penuh kejijikan yang dilemparkan kepadanya melalui celah pintu lift yang kian mengecil.

***

Ini hari apa sih? Apa ada hari nasional baru ya di kalender? Hari Mari-menganggap-Shara-terkena-kusta-dan-menjauhinya-beramai-ramai? batinnya sarkatis. Shara masih ingat tampang cowok pembawa buku fisika super tebal yang hampir memasuki elevator di lantai dua tadi.
Hampir. Karena saat melihat Shara yang tersenyum mempersilakannya masuk, cowok itu tiba tiba menggaruk kepala, mundur menjauhi elevator dan bergumam samar
“I wait an another elevator..”
Shara mendengus lalu keluar dari elevator di lantai kelasnya berada. Ia menegakkan tubuhnya. Sebodo deh sama orang-orang, pikirnya.
Namun ternyata Shara tidak bisa berpura-pura tidak peduli. Di lantai ini, ocehan sana-sini terdengar lebih lantang ditujukan ke dirinya. Sial, kenapa kelasnya harus terletak di ujung lorong sih.
“Ha? That's bitch comes?”
"i hate that girl! She's such a bitch!"
“May be, she just wants famous or money haha!”
"I ficking hate this bitch she wants to switch and goes through all the trouble and now she's fucking jerk!"
“She plays village shaman doesn't she? Haha Village shama usually be original science! So it's working haha (Maenan dukun kampung dia kali. Dukun kampung kan biasanya ilmunya asli, jadinya manjur deh!)”
Shara menggigit bagian dalam bibirnya sambil berjalan memasuki kelasnya. Meski sekarang dia sadar semua omongan aneh itu mengarah ke dirinya, dia masih tidak tahu apa jelasnya yang mereka bicarakan.
Suasana kelas yang agak gaduh mendadak hening saat ia masuk. Shara menunduk dalam, menyadari semua mata terpaku menatapnya. Ia berjalan menyusuri lorong barisan kursinya. Langkahnya terhenti karena penghapus seorang teman yang duduk di depannya terjatuh.
Secara otomatis, Shara mengambil dan menyerahkan penghapus itu pada sang empunya yang kini menatapnya cengo.
“Eerh .. It's for you fucking bitch” kata gadis itu sambil meringis geli.
Celetukan cewek itu mengundang gelak tawa seisi kelas, kecuali satu orang. Agatha. yang sekarang memandangnya miris. Shara menghel nafas pelan, lalu melanjutkan langkah menuju kursinya, tepat saat bel masuk berbunyi.
Shara menghempaskan tubuhnya ke kursi. Tak berapa lama, Mr. Refdal masuk ke kelas dan menyuruh mereka semua mengerjakan evaluasi bab lima sementara ia sendiri mengoreksi hasil ulangan kelas sebelah.
Shara membuka bukunya, lalu berusaha memecahkan soal nomor satu. Tapi, saat ini satu-satunya soal yang harus diselesaikan otaknya adalah : Kenapa sih semua orang ini ?
Agatha yang duduk disebelahnya mencoleknya, Agatha melirik ke kanan-kiri lalu menyelipkan sepotong kertas di dalam buku cetak Shara lalu menyerahkannya pada si empunya.
Shara mengerutkan kening melihat selipan Agatha yang kini tengah menggumam
“Read that! That has published in school. Every corner in school!"
Shara menurut lalu membuka bukunya. Kertas dari Agatha sepertinya adalah selembar fotocopyan dari sebuah artikel yang aslinya mungkin seukuran surat kabar lalu diperkecil,
Shara melotot membaca headline dan isi artikel tersebut.

"A FILTHY FACT ( and a Scummy Scandal) Between a big superstar and an ordinary fucking girl!

Los Angeles, 23/09- Who don’t know Justin Bieber ? an amazing superstar And who DO know this unwell-known slave girl named Shara Syafira ? (No one, actually). But, is this FOR REAL that both of them are DATING out ? Let's see..."

"In fact, in the soap opera-game-mixed-fairy-dragon-fakeness there-all the nuts who played one of our private television was, there never was a story about the relationship of a crown prince and a slave. At least, Cinderella is actually a child a nobleman who chastened by her stepmother. No matter how ugly Cinderella, she still had the status of the carry anywhere. Meanwhile, the slave girl we brought nothing, just her and a butnelan full of germs, bacteria and perhaps also various science astray when entering the Justin family mansion. Reportedly, her own mother had died at the hands of a girl who is his own daughter is . In order to meet his dirty desires, his mother also had to sell her (Bahkan, di sinetron-laga-campur-dongeng-ada-naga-boongannya-segala paling kacangan yang diputar salah satu televise swasta kita pun, tidak pernah ada cerita mengenai hubungan seorang putra mahkota dan seorang budak. At least, Cinderella pun sebenarnya adalah anak seorang bangsawan yang didera oleh ibu tirinya. Seberapapun compangnya Cinderella, ia masih punya status yang dibawa kemana-mana. Sementara, slave girl kita ini membawa tak lain, hanya dirinya dan sebuah butnelan penuh kuman, bakteri dan mungkin juga berbagai ilmu sesat saat memasuki istana keluarga Justin. Dikabarkan, ibunya sendiri menemui ajal di tangan gadis yang merupakan anaknya sendiri ini. Demi memenuhi keinginan kotornya, ibunya juga terpaksa menjual dir…)"

Shara menggeram rendah. Artikel SAMPAH macam apa ini ? Sial. Sharaa mengetukkan jemarinya lalu memindai artikel itu dengan cepat (ada foto dirinya bersama Justin, bahkan .. Yang dia saja lupa kapan itu terjadi). Ia menemukan banyak kata-kata ‘nakal’ yang tersirat secara verbal, sekan dirinya bukan wanita baik-baik. Gila, semua masa lalunya tertulis disini, walau dengan mayoritas fakta yang diputaralikkan.
Shara menjauhkan kertas itu, seakan-akan ada kuman terlihat di sekujur permukaannya. Sorry saja ya, batinnya, artikel ini TIDAK AKAN mengusiknya, silakan melucu dan tertawa sendiri sana.

***

Dan lagi-lagi Shara tidak bisa berpura-pura tidak peduli. Dua hal lain terjadi beruntun pada jam pelajaran terakhir siang itu, pelajaran kosong, karena sebagian besar guru sedang rapat. Dua hal yang menyulut lalu meledakkan emosinya.
Hari itu, Shara memang tidak pergi ke kantin. Ia sudah terlalu lelah menghadapi tatapan dan ocehan sinis dari seluruh warga sekolah. Saat Shara sedang membuat lukisan benang kusut di buku tulisnya, tiba-tiba sebuah kantong plastic hitam mendarat di mejanya.
Shara menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tampaknya semua orang disini patut dicurigai. Dengan waspada, Shara membuka bungkusan itu. Ternyata isinya sebongkah roti berjamur dengan olesan cairan entah apa yang berlendir dan berbau menyengat.
Secarik kertas terselip disana, membuat kemarahan Shara mencapai ubun-ubunnya.
"Starving ? Don’t be greedy ! Share it with your F’in mother in hell. LOL (Kelaparan? Jangan serakah! Berbagi dengan ibu kamu di neraka. Lol)"
Shara membuang kantong hitam itu ke lantai, diiringi tawa anak sekelas yang ternyata memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi.
“Ets! do not throw garbage bitch! (jangan nyampah kamu, pelacur!)”
“If you want trash, dispose of all with ur self! BUAHAHAHA (Kalo mau buang sampah, buang aja sekalian diri kamu! BUAHAHAHA)”
Shara mendengus lalu kembali menekuni lukisan benangnya yang makin kusut. Hal kedua itu menghantam egonya tanpa jeda. Seorang temannya sedang membagi selebaran kecil ke meja-meja. Ia juga memberikannya pada Shara dengan kasar.
Apa-apaan lagi ini ? Kalu sampai artikel tadi … Shara mengambil dan membaca selebaran itu.

"School Charity Fundraising

Date, Time : Today, after school – onward
Place : backyard
About : Today’s Charity Fundraising is dedicated to helping our scummy lil’ slave of the month, Ms. Shara Syafira. You can collect everything to our founder team. Trashy clothes, holey flip-flop even your old underwear (ooopsla). Don’t miss the fun ! See ya ! (Penggalangan dana ini didedikasikan untuk membantu budak kami berbuih Ms. Shara Syafira Anda bisa mengumpulkan segala sesuatu untuk tim pendiri kita. Sampah pakaian, berlubang flip-flop bahkan pakaian lama Anda (ooopsla). Jangan lewatkan! menyenangkan! Lihat ya!)"

Ini sudah keterlaluan. Shara menangkap kalimat kecil di bagian bawah selebaran itu (Founder is below name of Villegas & Co. Ltd), lalu mulai menyatukan puzzle dalam otaknya. Ternyata nenek sihir itu dalangnya.
Shara mengepalkan tangan. Tidak menghiraukan seruan ejekan di belakangnya, ia bergerak menuju nenek sihir busuk itu.
Shara membanting pintu dengan emosi yang sudah membakar jari-jari kakinya. Seisi kelas itu hening saat ia masuk, lalu entah darimana mulai terdengar siulan tidak sopan dari penjuru kelas.
Shara berusaha menulikan telinga lalu menyapu pandangan ke seisi ruangan. Nenek sihir sialan itu tidak terlihat dimanapun, tapi Shara bisa menjumpai konco-konconya sedang cekikikan persis banshee.
Shara mendekati gerombolan itu dan berkata keras
“Where's Jasmine ?” Tidak ada jawaban. Seakan pertanyaannya adalah angin yang berlalu.
Shara menginjak kaki seseorang dari gerombolan itu tanpa tampang bersalah, hingga si pemilik kaki meringis dan memelototinya. Shara bertanya lagi dengan tenang “Where's Jasmine?” bersiap-siap menginjak kaki siapapun lagi jika tak ada yang menjawabnya.
Seorang gadis bertampang sok imut dengan bando merah mencolok, yang duduk di dekatnya berdiri menjawab
“Are you talking with us, BITCH?” Ucap cewe itu.
"We don't know!" Ucapnya lagi
Shara menatap garang gadis itu, lalu mendorong gadis itu dengan kasar. Suara heboh mulai membahana lagi.
“Wooooow I'm scaryyyyyyy, that bitch is so dangerous uuuu”
Sejuta kali sial. Shara memelototi gadis yang sedang dianiayanya, meminta jwaban yang dibutuhkannya
“She... She.. Is in the bathroom!” ucap gadis itu akhirnya.
Shara menyentak tubuh gadis itu lagi dengan kasar lalu melangkah keluar kelas berisik itu.

***

Jasmine baru saja memandangi cermin panjang yang tertempel di tembok kamar mandi itu untuk mengecek kerapihan pulasan bibirnya saat ia menangkap sosok bayangan lain di belakangnya. Jasmine tersenyum culas, meneruskan touch-upnya. Cermin bertinggi 1 meter lebih yang terletak di dekat wastafel ini berguna sekali. Cukup untuk memuat hampir seluruh refleksi dirinya yang cantik.
“uuuh .. since when waste had legs made its way into the toilet (Uuuuh .. sejak kapan yaaa sampah punya kaki buat jalan ke toilet) ?” ucap Jasmine pelan sambil menata rambutnya.
“Since when is also the daughter of trash with a brain for making so cheap gossips (Sejak kapan juga putri sampah punya otak buat bikin gossip murahan begitu) ?” Shara memicingkan mata ke pantulan wajah Jasmine
“I don't like the way you are!” Ucap Shara.
Jasmine mengangkat sebelah alisnya
“None of my business, that is exactly what will happen to everyone who get in my way..” Ucap Jasmine dengan tatapan angkuh.
Shara berjalan mendekati Jasmine, sambil menahan amarah yang menggelegak di hatinya. Kalau di film-film kartun, pasti kepalanya sudah berasap sekarang.
Jasmine memandangi siluet yang mendekatinya. Dalam hati ketar ketir juga. Tahu gadis itu bisa sangat brutal terhadapnya, apalagi ia SENDIRIAN disini.
“I told you .. don’t even care to play with me ..” kata Jasmine sok tenang, masih berpura-pura sibuk berkaca
“and YOU stole my boy ..” Tambahnya.
Shara tertawa kecil
“So the problems's Justin?”
Jasmine membalikkan badannya sambil berkomat kamit dalam hati agar dirinya bisa pulang dengan keadaan utuh.
“Of course bitch!” Ucap Jasmine.
Shara yang mendengarnya tersenyum sinis
“Even Justin was still picking me that 'junk' is compared to rotten like a witch. The way you tacky! (Bahkan Justin pun masih memilih aku yang ‘sampah’ ini dibanding nenek sihir busuk sepertimu. Caramu... kampungan)” Shara menekankan kata terakhirnya dalam 3 silabel berjeda.
Jasmine membalas senyum Shara tak kalah sinis
“who are YOU, anyway ? Criticize the way of my evil act..” Ucap Jasmine.
Shara yang mendengarnya, pura-pura terkejut
“Ah .. You admit it .. If you are the devil child huh? I've already suspicious anyway.. (Ah .. kamu mengakuinya .. Kalo kamu memang anak setan ya ? selama ini aku udah curiga sih)"
Jasmine mengulum bibirnya, memuntahkan peluru terakhirnya “I've also suspicious of why are you so cheap anyway? Maybe because ur mother was also a bit.. (Aku juga udah curiga kenapa elo begitu murahan sih ? Mungkin karena ibu km yang udah mati itu juga seorang pela...)”
Sebelum kata-kata tidak sopan itu meluncur, Shara sudah terlebih dahulu meringsek ke arah Jasmine, menyudutkan gadis itu hingga punggungnya beradu dengan cermin panjang tadi.
Catat ini, semua orang BOLEH menghinanya. Tapi tidak sekalipun, tidak ada ejekan SEKECIL apapun soal almarhumah bundanya yang boleh keluar dari mulut-mulut hedonis itu. Shara melayangkan tinjunya ke permukaan cermin tepat di sebelah telinga kanan Jasmine, hingga cermin itu berderak pecah, kini serpihan kaca menyusup dan merobek kulit tangannya.
Jasmine terkesiap, mendengar suara pecahan kaca itu tepat di dekatnya. Ia menatap buku-buku jari Shara yang kini mengucurkan darah.
Shara mendesis ke arah gadis yang sedang bergidik ketakutan
“Do not let me hear you talk about my mother like that again, or pieces of glass will be Your Beauty facial peel layer by layer (Jangan sampai aku mendengarmu membicarakan ibuku seperti itu lagi, atau serpihan kaca ini akan menguliti wajah cantikmu selapis demi selapis)” Shara mengaungkan punggung tangannya yang tersusup potongan kaca.
Shara mendengus lalu merobek lapis terbawah rok tumpuk Burberry Jasmine. Ia membalut tangannya yang terluka dengan carikan kain mahal itu lalu menghentakkan kaki keluar tepat saat bunyi bel pulang terdengar. Shara bergegas melangkah ke kelas untuk menyambar ranselnya, mengacuhkan ejekan yang kini terasa makin memualkan lalu berjalan menjauhi mimpi buruknya.
Shara terus melangkah kaki. walau dalam terpaan badai gelap nya hari ini. Tak tau bagaimana cerita ini akan berujung nanti, Shara tidak tahu... Namun sesungguhnya Shara bukanlah Pohon kaku yang mudah patah, namun Shara tipe orang seperti Bambu yang tahan melengkung menghadapi terpaan angin yang berat.

***

"Heeey gils! Look at her... She's alone uuuuu poor her hahaha" ucap seorang gadis blonde yang tengah memberhentikan mobilnya disamping Shara.
"Oooouh no one picks you honey??? Ups I forget you're a bitch, who wants having friend as bitch as her? Ihhh" cemooh lain datang dari gadis dalam mobil yang sama.
"Hahaha enough girls, don't have much time to speak with this a jark girl" ucap dari ketua konco konco yang kini menatap Shara penuh kejijian, siapa lagi kalo bukan gadis sipembuat berita itu, Jasmine.
Lalu ia membuka kaca mobilnya lebar-lebar dan melontarkan sebuah air kotor dari dalam mulut manisnya ke arah Shara.
Sontak Shara merijit agak menjauh, untung saja air ludah itu tidak menyentuh dirinya. Se.di.kit.pun.
Setelah itu Jasmine tersenyum kecut dan mobil yg ditumpanginya kini melejit cepat meninggalkannya.
Tersisa Shara, gadis ini menatap mobil itu dengan amarah yang menggebu, tangannya mengepal keras dan dirinya menjegut rambutnya sendiri.

***

Seperti jauhnya langit diangkasa, seperti ada tembok cina yg memisahkan, seperti halangan dan rintangan mulai muncul satu persatu.
ada saatnya, segala yg musim berhamburan dari langit matanya, tapi Shara pasti tahu, bagaimana caranya bernafas, dan melegakan dada.
Tiba tiba Suara decitan motor kini terdengar keras di gendang telinga Shara yang langsung membuyarkan isi kepalanya yang sedang kusut seperti benang tak terurus.
suara itu yang memaksanya untuk menoleh ke arah sumber suara, ke arah kirinya.
"Cccccciiiiiitttttt!" suara Motor itu, motor Himano Alivio hitam, rakitan termahal tercanggih dan terbaru kini berhenti mendadak didepannya, yang mungkin hanya berjarak tak lebih dari 5cm dari Shara. Jantung Shara kini berdegup kencang berlari-lari seperti atlit dan berlompat-lompat seperti pocong rasanya ingin copot. Muka Shara kini putih pucat lemas letih dan lesu yang terpancar. Ternyata motor yang berbudget yang bisa mencapai ratusan juta itu hampir saja menabraknya yang sedang melitaskan kakinya di tengah jalanan tak jauh dari jarak sekolahnya.
“I'm sorry, I really didn't see” jawab Shara sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Tak lama kemudian, seorang laki-laki yang mengatur stir motor yang hampir menabraknya, kini memarkirkan motornya, membuka helm lalu berjalan mendekati Shara.
“Are you okey, Shar?” tanya laki-laki itu lagi sambil memegang bahu Shara.
Shara mencoba menyungging senyum, menggangkat kepalanya dan menatap tatapan siapa yang baru saja berbicara.
”Devon? Yeah, I'm okey” ujar Shara sambil membalas tatapan penuh cemas dari Devon, teman sekolahnya.
Devon kembali menatap Shara.
“Where are you going? Alone?!” ujarnya.
Shara hanya mengangguk kecil, "yeah.. Going to home" ucap Shara.
"Better you go with me? Cmon.."
"No.."
"Come on, Shar...." Ucap Devon memaksa sambil merangkul bahu Shara saat berjalan menuju motor.
Devon langsung mengamit kembali motornya, dan memberikan sebuah helm pada Shara.
"Thanks" ucap Shara sambil menaiki jok belakang yang sekarang dipunggungi Devon.
Sekarang kendaraan beroda dua itu sudah melintas untuk mengantarnya hiingga sampai tujuan.
Shara yang menjadi penumpang lalu bersandar dipunggung Devon, lirih dan hanya bisa memandang jalanan kota itu dengan senyuman yang kecut, dan tatapan yang kosong.

***

Hanya dengan waktu yang bergulir belasan menit, motor besar berwarna hitam ini sudah berhenti mendarat didepan gerbang rumah yang menjadi sandarannya.
Shara bergegas melepas rangkulan dipinggang Devon yang sedari tadi menjadi tumpuan perjalanannya lalu turun dari motor itu.
"Thanks" ucap Shara sambil melepas dan memberikan kembali helm kepada sang empunya.
"Welcome" ucap Devon sambil mengambil helmnya.
Shara membalas senyum dan beranjak mutar tubuh untuk memasuki bangunan bercat putih.
Tiba tiba dengan sekali tarikan pergelangan tangan kirinya, Shara berbalik menghadap Devon kembali.
"What?" Ucap Shara sambil melirik pergelangan tangan yang kini tersentuh telapak tangan Devon.
"No..I just want to ask, I've read the rumors about you. Is it true?" Ucap Devon.
Shara menatap kosong, kenapa-harus-di-bahas-lagi.
"Emm..."
Tiba tiba suara gebrakan pintu dari arah rumah terdengar, sontak membuat Shara melirik kearahnya, sesosok punggung yang bidang baru terlewat dari jendela besar. Pasti itu Justin.
"Sorry, see you tomorrow" ucap Shara langsung melepas tangannya dan berlari kecil ke arah rumah Justin.

***

Shara mencari sosok Justin. pikirnya kini hilang melayang. Pasti Justin menganggapnya macam-macam.
"Justin????" Ucap Shara sambil mengedarkan pandangan bola matanya yang mengintai pedar retinanya untuk mengintimidasi sosok pemuda bernama Justin itu.
"Hemm" jawaban deheman kecil dari balik sofa.
Ternyata Justin sedang duduk menghadap tivi yang tidak ia fokuskan untuk menonton, tapi fokusnya kini beralih ke iphone ditangannya.
Shara langsung duduk diatas sofa yang sama lalu menghela nafas panjang.
Setelah memakan beberapa menit, Shara dan Justin tidak juga membuka bahasan topik. Shara melirik ke arah Justin, ia masih sibuk dengan iphonenya.
"Justin?" Panggil Shara sambil mendorong pelan bahu kekasihnya.
Namun bukan balasan yang ia dapat malah kegaringan yang sangat sangat garing lebih garing dari kerupuk yang baru dimasak.
Sigh. Shara menghela nafas jengkel, percuma sudah Shara disini, toh Justin tetap mematungkan diri, lebih baik dia beranjak dari pada harus menjadi objek patung wax figure yang tak berarti disini.
Tiba tiba saat Shara beranjak menuju kamarnya suara sahutnya kini terdengar.
"Who is he? Your new boyfriend? He lookes too much care with you, do you love him?" Ucap Justin.
Pasti kan. Pasti ini akan terjadi. Pasti Justin mengintimidasi Shara penuh kecurigaan.
"No, I just have one boyfriend and I will be faithful with him, no matter what (tidak, aku hanya punsa satu orang pacar dan aku akan setia kepadanya, apapun yang terjadi)" ucap Shara menghentikan langkahnya.
"Who is he?" Balas Justin
"Don't ask me that stupid question! Absolutely you know, He's here, he's sitting in front of tv but for now, I seriously feel like i dont have a boyfriend anymore, I feel like he's not here" ucap Shara lalu melanjutkan langkah kakinya kearah kamarnya. Sudahlah. Sudah cukup untuk bertenggar atau beradu mulut, toh itu hanya membuat beban bukan melegakan perasaan Shara sekarang.
Disisi lain, Justin menatap punggung Shara. Menatap penuh kecemasan, seperti 'ada apa dengan Shara' 'dengan lelaki itu' jangan sampai dirinya kelihangan gadis yang sangat itu cintainya untuk kedua kalinya.

***

Shara duduk dimeja belajarnya, menopang dagu sambil memutar mutar handphonenya. Bosan sekali. Akhirnya mata Shara kini tertuju pada macbook putih yang kini sudah merindukan belaian sentuhan jemari Shara.
Shara menghela nafas, lalu meraih macbooknya, membuka dan memilih untuk mengkoneksikan dengan jaringan internetnya menuju Twitter, jaman sekarang siapa yang tidak kenal twitter? Twitter adalah sebuah situs web yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog. Sangat rindu gadis ini dengan acc twitternya.
Masukan Id dan password lalu.. Sign in, yup telah berhasil dan sekarang macbooknya menampilkan layar sidebar home pada profilnya, And heck yes.
followers Shara meranjak naik dan setiap menit masuk beberapa mention.
"What the hell..." Ucap Shara sambil menscrolling dan langsung mengklilk 'mention' dan... Jengjengjeng.

"@: Let me just say, I fucking hate And everything about it. I kinda hate VA, too... but, less so"

"@ GET OFF BITCH! JUSTIN BIEBER IS MINE! I FUCKIN HATE YOU, "

"@ I HATE YOU SLUT !!! YOU DONT DESERVE HIM!!! Fuckyou"

(Those are random names)

Segitulah beberapa rinci mention yang ia dapatkan, separah itukah? Batinnya Shara kini mengeruak gerang.
Shara kini membenturkan kepalanya kemeja, memejamkan mata dan sedikit mengeluarkan tangisan sedu.
Shara tidak pernah menyangka semuanya akan seperti ini..
Andai Justin disini, disamping Shara mencium ubun-ubun kepalanya, menyandarkan kepalanya pada bahunya dan mengelus punggungnya untuk menenangkannya.
Tiba tiba gebrakan pintu tanpa permisi terbuka merefleksikan diri Justin dibalik daun pintu.
Shara mengangkat kepalany dan berdiri, menutup macbook juga menyembunyikan tangannya yang terluka di balik punggung.
“Justin?" Ucap Shara terkesiap mendapati sosok tinggi yang berdiri. Shara menyembunyikan tangannya makin rapat.
“What happened at school today?” Tukas Justin dengan nada teramat tenang.
“What? Nothing” jawab Shara sedikit gelisah.
Justin menghela nafas pelan, lalu memperhatikan Shara dan posisinya yang aneh.
“What are you hiding from me?” tanyanya curiga
"No.. I'm not hiding anymore" ucap Shara lalu berjalan menuju bibir kasurnya.
"Shar? What do you have treated me as? You said you just have one boyfriend, and that's me? If I'm ur boyfriend, Don't lie Shar!" Ucap Justin.
"I've told you that nothing has happened at school! I just tired" ujar Shara lalu duduk beralih dibibir ranjangnya.
Justin mendekat ke arah Shara lalu meraih tangan Shara dari belakang punggungnya dengan kasar.
Justin kini memegangi ujng-ujung jemari Shara, memperhatikan buku-buku jarinya yang masih bernoda darah.
Justin menatap Shara lelah
“Who made your hand like this? It named nothing huh?” Ucap Justin dengan lantang.
yang dijawab Shara dengan gelengan kepala.
Justin melepas tangan Shara perlahan. Ia menghela nafas, merogoh kantong celananya, meraih ponselnya lalu menunjukkan layar lebarnya pada Shara, yang membuat gadis itu mengerutkan kening.
“Plebeian news was also spread on the mailing lists of your school! Who knows what will happen with you because of this news (Berita kampungan itu tersebar disekolah kamu kan? Siapa yang tahu apa yang bakal terjadi sama kamu karena berita ini) ?” Ucap Justin yang entah berantah dapat berita ini dari mana.
Shara menunduk dalam mendengar Justin mengomel panjang sambil mondar-mandir
“We have to do something, we have to do one an exclusive interview"
"You don't have” kata Shara.
Shara mendesah lelah
"Yes I do"
"Justin...."
“My lawyer can handle this news”
“Justin!” Shara berkata keras, hingga Justin menoleh kaget ke arahnya. Shara merasa suaranya nyaris histeris saat berucap
“Look at me! this is me and myself! Not the news was all true, you know it, Should you also want to accept me as I am, as I am (Lihat aku ! ini aku dan ini diriku ! Berita itu ga semuanya benar, kamu tahu itu, Harusnya kamu juga mau menerima aku apa adanya, sebagaimana adanya aku)" ucap Shara.
Shara melanjutkan lirih,
“Should you dare to show the world if I'm me, and that you dont embarrassed about it (Harusnya kamu berani menunjukkan pada dunia kalo aku itu adalah aku dan bahwa kamu ga malu sama hal itu)” Shara mengakhiri ucapannya dan mendesah panjang.
Justin berjalan mendekati Shara lalu bergumam
“Sorry ..” Ia menggigit bibirnya
“But ... it still should be straightened out okay? Maybe go towards a better, more just to the right thing .. how? (Tapi … hal ini tetap harus diluruskan oke ? Mungkin buka ke arah yang lebih baik, hanya ke hal yang lebih benar .. gimana ?)”
Shara mengangguk pelan.
“And I have to pursue this libel spreader person .. You know who it is (Dan aku harus mengejar oknum penyebar fitnah ini .. Kamu tahu siapa orangnya) ?” Tanya Justin, mulai mondar-mandir lagi.
Shara belum sempat menjawab apapun hingga akhirnya Justin menepuk jidatnya sendiri lalu menggumam
“Jasmine, isn't she?”
Justin tersenyum misterius ke arah Shara.
Shara hanya membalas tatapan cemas dan heran.
"Oke, give your hand I will treat it.." Ucap Justin sambil duduk dibawah dan Shara diatas kasurnya.
Shara mengibaskan tangannya yang terasa perih sambil memperhatikan lekuk tangan yang Justin obati, Darah sudah mulai merembes ke carikan kain yangmembalut buku jarinya. Justin mulai mencabuti serpihan kaca di buku-buku jarinya dengan pinset yang sudah disterilkan alkohol sambil meringis. Ada beberapa serpihan yang tertanam terlalu dalam, hingga ia harus mengorek kulitnya sedikit untuk menarik serpihan itu keluar. Justin meletakkan semua serpihan kaca itu di sebuah mangkok perak.
Semua serpihan kaca sudah tercabut, dan Shara mulai membersihkan noda di sekitar lukanya dengan air hangat.
"Done" ucap Justin sambil mengecup pergelangan Shara yang sudah dibaluti perban putih.
Justin menegak ke arah wajah Shara yang lebih tinggi darinya, melihat peri cantiknya kembali tersenyum lalu Shara mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Justin dengan cepat.
"I'm sorry for my bad today and thank you" ucap Shara.
"Welcome, my Shara" ucap Justin sambil tersenyum manis.
Cinta itu anugrah yang tidak mungkin mudah untuk melepaskannya, walau musuh didepan langkah, walau seribu rintangan menghadang langkah. Shara tau sungguh, Justin bersamanya.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar