Re-post
...:: How To Love ::...
Part 5
Story by @BieberLSIndo
***
Sebuah pesan datang menghampiri handphone Shara yang sedang tersudut paku dikolong meja kelasnya.
from: Ryan
Shar, after school times i want to take you to someplace, i’ll pick you at school. See you soon :)
Shara tersenyum lalu melirik sebentar ke arah Mr. Lil yang sedang
menjelaskan materi American Hitory dengan membara di depan papan tulis.
Shara tersenyum sendiri, menyadari bahwa ia sedikit merindukan kehadiran
Ryan yang sangat ramah. Shara terus melihat ke arah jam dinding,
berharap pelajaran ini segera berakhir. Lima menit .. sepuluh menit ..
lima
belas menit .. akhirnya bel pun berdering. Tak lama setelah Mr. Lil
beranjak, Shara mencium kelebatan wangi yang familier di hidungnya.
Ternyata Jasmine lah yang baru saja melesat ke luar pintu. Shara
mendesah, lalu memutar bola matanya sedikit kesal.
“shar, do you go home with me?” Tanya Agatha.
Shar mengangkat wajahnya,
“ha? Emm.. no i... someone picks me up” ujar Shara.
“hemm... who’s that? Hahaha Justin?” Agatha tersenyum kecil sembari menggoda Shara.
“hell no!” ucap Shara.
“okey, i go first... bye” kata Agatha mengganguk lalu menepuk bahu Shara sebentar lalu beranjak ke luar pintu kelasnya.
Tanpa disadari, Shara kini sendiri di dalam kelasnya. Ia menghela nafas,
lalu bergegas turun melalui elevator. Ia tersenyum lagi saat mendapati
sebuah mobil berbentuk jazz hitam terparkir di depan gedung sekolahnya.
Shara melangkah ringan dan mengetuk kaca jendela penumpang.
Ryan membuka kaca jendela penumpang. Tersenyum mendapati Shara yang tersenyum juga.
Shara tertawa, lalu membuka pintu mobil Ryan dan masuk ke dalamnya. Ryan menoleh kearah Shara.
“hows ur school?” tanya Ryan.
“hemm... kinda boring as usual” ujar Shara jujur.
“so? Where are we going now?” sambunya.
“just follow me” ujar Ryan lalu tersenyum simpul.
***
Jadi di sinilah mereka. Di kawasan Monterey Park. Kota di bagian timur
Los Angeles atau di daerah lembah San Gabriel ini meskipun secara resmi
bukan daerah pecinaan atau China Town, tetapi banyak restoran China dan
Asia lainnya seperi Vietnam, Malaysia, dan Indonesia berlokasi di sini.
Dan Ryan baru saja membawa Shara masuk kedalam salah satu restoran berwawasan Indonesia “Rumah Makan Sederhana”.
“waw ..” kata Shara.
Ia bergegas turun dari mobil dan melangkah ke masuk kedalam restoran,
dan mengambil 1 buah bangku untuk Shara dan Ryan duduki. Ia memejamkan
mata dan menghirup wangi masakan-masakan yang sangat ia rindukan yang
entah kenapa mengingatkannya lagi pada suasana negeri tercintanya,
Indoneia.
Ryan melangkah ke sebelah dan duduk disebelahnya.
“welcome...” ucap sang pelayan.
“hai mba, aku orang indonesia loh!” ucap Shara sedikit memamerkan keIndonesiaannya.
“oh, orang Indonesia? Tinggal disini? “ jawab sang pelayang dengan bahasa yang sangat fasih.
“yup! Heh bentar ya saya liat menunya dulu”
“silahkan mba, kalo sudah siap panggil saja saya” ujar pelayan tersebut sangat sopan.
“whar are you talking about her?” ujar Ryan yang mungkin kebingungan karna Shara berbicara bahasa yang tidak ia mengerti.
“hahaha dont think about that, just choose what you want to eat?” ucap Shara.
Akhirnya Shara menetapkan nasi timbel komplit yang akan dimakan untuk
makan siangnya hari ini dan Ryan memilih makanan nasi goreng setelah
lidahnya belibet ngomong nasi goreng secara fasih.
“so? How about you and Justin?” ujar Ryan.
“ha? About what?”
“yeah, i’ve known all of the love stories between you and Justin” ujar Ryan.
Tatapan Shara tiba tiba mengeras. Ia sebenarnya tidak mau membahas hal
ini. Ia menghela nafas, merasakah kegalauan kebimbangan serta keraguan
itu datang menusuk pikiran dan hatinya saat ini. Jujur sejujurnya, Shara
rindu Justin dan mungkin dirinya telah jatuh dalam perangkap lobang
cinta di hati Justin, ia telah merasakan deburan dahsyat menghantam
tubuhnya saat mendengar nama Justin.
“you know, he loves you, he isnt afraid to tell you that he loves you,
he’s just not ready to hear your response (kamu tau, dia cinta kamu, dia
tidak takut untuk bilang klo dia cinta kamu, dia hanya takut mendengar
jawabanmu)” ujar Ryan.
“ha? Reponse?” tanya Shara bingung.
“yup, like 2 weeks ago....” ujar Ryan.
“he likes you, i know you like him too, why does it have to be so
complicated? (dia suka kamu, kamu suka dia, knp ini harus rumit?)” ujar
Ryan menambahkan.
“you dont know Ryan! you do not know how depressed i am! When i see him
with Jasmine, i try to hide what i feel inside, (kamu gatau Ryan! Kamu
gatau betapa tertekannya aku! Saat aku melihat dia sama Jasmine aku
mencoba untu menyembunyikan perasaanku)” ujar Shara tertekan.
“if you just want to know my response.... yeah i’m totally Jealouse and i
love him, i love Justin so much! (kalo kamu mau tau jawabanku.... aku
sangat cemburu and aku mencintai dia, aku cinta Justin sangat!)” ujar
Shara meneruskan.
Saat itulah kesadaran itu menghantam Ryan. Menurut Ryan, Shara sekarang
tampak seperti anak kecil yang tengah bimbang karena tidak tahu
bagaimana cara membuat balon menggelembung.
“calm down Shar, someday you and Justin will be together no matter what... “ ucap Ryan tersenyum.
Tapi sepertinya Shara menyadari, Ryan akan selalu ada membantunya menyimpan perasaan ini tentang Justin.
***
- Justin POV –
Jasmine menatap sosok di sebelahnya dengan sedikit kesal. Ia mengeratkan
tangannya yang sudah bergelayut manja di lengan Justin sejak tadi. Dan
sejak tadi pula Justin tak berkata sepatah katapun. Ia hanya memandang
langit senja di luar yang mulai memudar. Jasmine menyandarkan kepalanya
dibahu Justin. Membiarkan dirinya sendiri nyaman dengan posisi itu.
Tanpa bertanya si empunya bahu suka atau tidak diperlakukan seperti itu.
Justin menatap langit melalui kaca jendela dalam diam. Dia tahu Jasmine
lagi seeenaknya bersandar sandar di tubuhnya. Ia tidak melakukan apapun.
Menghela nafas pun tidak. Ia tidak berkomentar apa apa.
Ranger Rover dibawah kendali supir mulai membelah kemacetan petang di
kota LA. Hari ini mereka berdua akan menghadiri sebuah pesta ulang tahun
dari sahabat dekat Justin, Christian. Jasmine merengut. Bukan ini yang
diharapkannya. Bukan Justin yang INI. Bukan Justin yang bertingkah
seperti Zombie. Yang kerjaaanya sehari hari Cuma diam, melamun dan
ketika ditanya akan menjawab dengan datar dan tanpa intonasi. Justin
tetap tampan seperti biasa. Dengan jas berekor hitam ala kerajaannya
apalagi. Jasmine sungguh beruntung bisa datang bersama Justin menghadiri
pesta ulang tahun malam ini.
Tapi, kemanakah senyum charming yang sejak dulu dimiliki lelaki itu ?
atau paling tidak , senyum yang memikat .. pergi kemana semua itu ?
Sejak dua minggu lalu, mereka mulai dekat –dalam pandangan Jasmine
pastinya, Jasmine tak lagi menjumpai senyum itu. Apa ada hubungannya
dengan perempuan perusak hubungan orang itu? Jasmine sempat bertanya
Tanya, namun sepertinya tidak mungkin, sanggahnya sendiri.
Jasmine menatap ke arah kaca di sebelah kirinya, yang dengan sempurna
merefleksikan bayangan dirinya. Ia tampak cantik dengan gaun bermodel
kemben dan rok megar bernuansa vintage yang dipesannya langsung dari
desainer ternama. Rambut dan make up yang sempurna. Apa lagi yang kurang
dari dirinya ?
***
Shara tertawa mendengar ucapan Ryan yang sebenarnya tidak bermaksud
melucu, ucapannya menjadi lucu sendiri karena ekspresi dan kepolosan
Ryan mengatakannya.
Shara menatap Ryan yang tertawa lepas di sebelahnya. Cowok ini begitu
hidup. Ia mengutarakan isi kepalanya tanpa ragu dan takut. Membiarkannya
berjalan mengikuti waktu. Tidak peduli apa kata orang.
Shara tertegun. Mungkin dia harus belajar untuk menjadi seperti Ryan. Lagi pulda sudah lama ia tidak tertawa selepas ini?
Shara tertawa lagi. Dan tawa itu kini terkonversi menjadi angin, yang
mengantarkannya kepada sesosok tubuh lain yang baru saja memasuki
ballroom.
Entah kenapa, begitu Justin memasuki ballroom, tempat acara pesta
diadakan dia datang bersama Jasmine yang menggelayutinya, otaknya
langsung memerintahkan kepalanya untuk menleh ke kanan. Ke arah sosok
yang baru saja mengeluarkan tawa renyahnya.
Justin tahu Shara telah pergi dahulu sebelum dirinya pergi, Namun yang
membuatnya tidak percaya adalah Shara yang dilihatnya kini mengenakan
model gaun kemben, rok diatas lutut berwarna silver yg dipadu rambur
berombak dan dikuncir satu tinggi.
Justin tertegun. Gadis itu cantik sekali, namun Justin merasakan ada
deburan kehidupan yang bergerak di jantungnya. Siapa lelaki yang ada di
sebelah Shara? Ryan? Mengapa lelaki itu bersama Shara? Bahkan Justin
tidak tahu kalo Ryan telah kembali ke LA, apa apaan pula
ia menggamit Shara ? dan kenapa Shara tertawa sangat lepas bersamanya.
***
- Shara POV -
Shara memejamkan matanya sejenak. Berusaha menetralisir perasaanya. Ryan
menangkap sikap Shara dan aura kecemasan yang tiba tiba timbul dari
gadis di sebelahnya.
“why ?” Tanya Ryan.
“hah ?” Shara menoleh ke arah Ryan yang tersenyum.
“no....” jawabnya.
Ryan tahu ada kebohongan dari mata gadis di sebelahnya. Justin dan Jasmine dibalik itu semua.
“just enjoy this party, okey?” kata Ryan sambil menatap Shara.
“ya...” jawab Shara tersenyum.
***
Shara mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Berusaha mematuhi
saran Ryan. Pesta diadakan di ballroom paling besar disebuah restoran
ternama di Atlanta. Di bagian paling depan adalah sebuah panggung megah
dengan band dan DJ set. Di depan panggung ada meja meja bukat berisikan
kurang kebih 10 bangku yang tertata rapi hingga tengah ruangan. Di
samping paling pinggir barisan meja itu ada sebuah meja panjang berisi
makanan prasmanan dari menu yang dapat disantap saat waktu makan malam.
Pukul tujuh tepat acara dimulai. Acara dibuka dengan parade gadis gadis menari dan memeriahkan acara di atas panggung.
tak sengaja mata Shara menurbruk sesosok Justin yang hanya memandanginya
tanpa ekspresi, namun Shara melihat jelas ia sempat mengangkat alis
saat melihat tangan Shara yang digamit oleh Ryan.
Ryan pun tersadar kehadiran sahabat dan perempuan yang dijinjingnya dibelakangnya, ia tersenyum melihat Justin dan Jasmine.
“halo .. dude!” kata Ryan ke Justin
Sharaa mengangkat alis ke arah Justin. Ia heran melihat Justin menatap
sahabatnya dengan tatapan yang penuh … dendam benci yang membabi buta?
Jasmine mengeratkan lengannya kepada Justin. Berusaha menegaskan kepada Shara bahwa Justin miliknya.
Shara cuma diam, walau nyeri itu kini datang lagi di hatinya.
Ryan kini lagi lagi merasakan aura kecemasan pada Shara, tiba-tiba
Justin pergi beranjak entah kemana tanpa menjawab sapaan Ryan.
***
Dansa, semua orang yang datang menginjakan kaki mereka ke acara ini
berdansa dengan pasangannya, romatis. Tapi Shara enggan untuk
melangkahkan kakinya ke lantai dansa lebih baik ia duduk bersedekap
seperti sekarang ini, di bangku yang dijejerkan di samping lantai dansa.
Berbincang sedikit dengan Ryan yang masih setia menemaninya.
Tiba-tiba dj tersebut memberhentikan untaian lagu yang melow dan membuat
beberapa pasangan kembali duduk dan membuat suasana kembali
menegangkan.
“oke guyyyyys, stiil at Chistian Birthday Party, we have a special
singer, he’s so famous and he will sing one song of his album.... pleae
welcome.... Justiiiiiin Bieeeeeebeeeeeer” ucap sang MC yang lalu berlalu
dari atas pangggung kecil.
Justin, Justin muncul dari samping panggung membawa sebuah gitar yang langsung disandangnya. Mau apa dia? Bernyayi?
“good evening everybody.... firstly i want to say happy birthday for my
big best friend Chris... and i want sing one song specially for a
girl...” ujar Justin sedikit lalu memetik perlahan gitar yang
disandangnya. Semua orang bergemuruh tepuk tangan dan bersorak.
Everybody's laughing in my mind
Rumors spreading 'bout this other guy
Do you do what you did, what you did with me?
Does he love you the way I can?
Did you forget all the plans that you made with me?
'Cause baby, I didn't
That should be me holding your hand
That should be me making you laugh
That should be me, this is so sad
That should be me, that should be me
Shara mendengar lagu yang sangat tulus dinyanyikan Justin, That Should Be Me? Apa lagu itu ditunjukan untuk Shara?
That should be me feeling your kiss
That should be me buying you gifts
This is so wrong, I can't go on
'Til you believe that that should be me
That should be me
Tatapan Justin sanagt menusuk dari bawah sinar lampu yang menyorot hanya
kepadanya. Shara beberapa kali memalingkan muka, tepat saat Justin
menoleh ke arahnya.
Shara memejamkan matanya lagi. Tak mungkin, tak mungkin lagu ini
dinyanyikan Justin untuknya. Lagian Kini, bukan lagi dirinya yang ada
dalam dekapan Justin. Ada sosok lain yang ada dalam naungan tubuh
tegapnya. Bukan. Lagi. Shara.
You said you needed a little time for my mistakes
It's funny how you use that time to have me replaced
Did you think that I wouldn't see you out at the movies?
Whatcha doing to me?
You're taken' him where we used to go
Now if you're trying to break my heart It's working 'cause you know
Tatapan Justin tepat berarah ke arah Shara lalu memincingkan ke arah Ryan dengan maut.
That, that should be me holding your hand
That should be me making you laugh
That should be me, this is so sad
That should be me, that should be me
That should be me feeling your kiss
That should be me buying you gifts
This is so wrong, I can't go on 'Til you believe that should be me
I need to know should I fight for our love or disown?
It's getting harder to shield this pain in my heart, ooh
Dia tidak bisa lagi menghirup oksigen dengan baik, hati Shara kini
menyesak, tak bisa... dia tidak bisa terus mendengar lagu dari rautan
hati Justin. Maka, ia memutuskan berlari dari bangkunya beranjak keluar
dari ballroom. Lalu menuju samping kiri, ada sebuah balkon disana
membiarkan dirinya menangis, mengurai air mata.
***
“ehm ..” Shara mendengar suara itu dari arah belakangnya.
Justin. Sendirian. Shara menatap sosok tampan itu terpaku. Shara mendesah pelan. Kalau Justin mau disini biar dia yang pergi.
Justin terkejut mendapati sosok gadis itu di tempat ini. Gadis tadi
menatapi langit hitam tak berbintang. Apa yang dipikirkannya? apa
untaian hati lewat lagu tadi sudah mencerminkan kepada Shara?
Justin mendapati keraguan yang nampak jelas saat gadis itu mendapati
sosoknya. Gadis itu kini melangkah akan pergi. Rambutnya yang terkuncir
tertiup angin, menebas sedikit wajah Justin. Dan Justin seperti tersadar
dari ‘tidur panjang’ hatinya selama ini, dari usaha membohongi
perasaannya sendiri selama ini. Ternyata, ia hanya ingin gadis itu di
sisinya. Walau gadis it mungkin membencinya.
Maka, dengan dorongan kuat, Justin mencekal tangan gadis itu yang hampir
saja menghilang lagi di balik pintu. Shara berbalik, menatapi tangannya
yang kini digenggam oleh tangan kokoh Justin. Ia membawa matanya kearah
mata Justin. Dan ia menemukan ombak yang
sama. Ombak yang dulu ada. Bukan lagi kehampaan.
Sebuah lagu terdengar jelas dari arah ballroom. Justin melepaskan tangan
Shara. Gantinya, ia mengulurkan tangan kanannya ke arah Shara. Mengajak
gadis itu berdansa di balkon ini.
when I close my eyes,
I see me and you at the prom
We've both been waiting so long
For this day to come
Now that its here
Let's make it special
(I can't deny)
There's so many thoughts in my mind
The D.J.'s playing my favorite song
Ain't no chaperones
This could be the night of your dreams
Dan entah kenapa Shara menyambut uluran tangan itu. Masih menatap Justin
yang kembali seperti dulu. Justin meraih pinggangnya dan Shara
menyampirkan tangannya di bahu Justin.
Only if you give, give the first dance to me
Girl I promise I'll be gentle
I know we gotta do it slowly
If you give, give the first dance to me
I'm gonna' cherish every moment
'Cuz it only happens once, once in a lifetime
“i....” kata Justin.
“i miss you.....”
Shara terdiam, membiarkan dirinya terbawa ombak yang berkejaran di mata itu. Ia ada dalam dekapan lelaki ini lagi.
“how abou you?” Tanya Justin.
Shara kembali mendapati keraguan di mata Justin. Ia diam. Bingung. Haruskah ia jujur?
I couldn't ask for more
We're rocking back and forth
Under the disco ball
We're the only ones on the floor
(I can't deny)
There's so many thought in my mind
The D.J.'s playing my favorite song (favorite song)
Now we're all alone (all alone)
Here's the opportunity
If you just give give the first dance to me
Girl I promise I'll be gentle
(i know)But we gotta do it slowly
If you give, give the first dance to me
(give the first dance baby)
I'm gonna' cherish every moment
Cuz it only happens once, once in a lifetime
Lagu berhenti dan Justin melepaskan pelukannya pada Shara. Dengan
debaran kencang yang masih ada di dadanya, Ia sempat berharap ada yang
didapatinya. Ia sempat berharap gadis itu
menjawabnya. Tapi kini gadis itu kembali diam dan membuang muka, walau
ia tidak tahu karena apa. Seakan semua yang terjadi tadi hanyalah ilusi.
Justin mendesah. Ah .. rupanya ia benar benar terlalu berharap. Justin
tak banyak lagi berkata, ia melangkah pergi, menjauh. Cukup sudah ia
membuat dirinya sakit hati sendiri.
Tunggu, teriak Shara dalam hati, karena Shara belum mampu menjawabnya
belum sekarang, namun sayang, Ia menatapi punggung itu menjauh. Dan
tanpa sadar, sebuah air mata bergulir di pipinya. Tanpa dia tahu pula,
batinnya tersiksa menahan semua sakit ini.
***
- Justin POV -
Justin menatap langit-langit kamarnya sambil tidur-tiduran di ranjang
empuknya. Ia mendesah, berusaha menangkapi bayangan yang melayang-layang
di otaknya, dihatinya, di langit langit kamarnya, dimanapun ia berada.
Cobalah melayang ke tempat lain, Shara...
Justin memukul-mukul udara dengan tangannya berharap sosok itu bisa menghilang.
Justin memikirkan Shara, memikirkan untaian kejadia dimana Shara dan
Ryan mengapit satu sama lain, dimana lagu That should Be Me menyandang
dan dansa itu, sungguh semuanya membuat dirinya tidak ingin tidur,
karena mimpi akan membuat gadis itu semakin nyata, dan membuat ia
semakin memikirkan gadis itu lebih jelas keesokannya.
Ponselnya tiba tiba berbunyi. Justin bangkit dari ranjangnya, meraih
ponsel di meja kecil lalu bersandar di kepala ranjang dan membuka pesan
yang masuk.
From: Jasmine
Hay babe, whatcha doing? I can't sleep :(
Ya Tuhan, betapa inginnya Justin menendang jauh-jauh gadis yang terus
menempel bagai lintah padanya ini. Dikiranya dengan memasang emoticon
sedih begitu, Justin akan luluh apa?
Justin membanting ponselnya ke ranjang, lalu menangkupkan tangan ke
wajahnya. Lebih baik ia berjalan-jalan agar tidak jatuh tertidur lalu
mimpinya dipenuhi sosok bayangan aneh.
***
- Shara POV -
Shara melangkah ke arah dapur. Ia berniat membuat teh karena dia harus
begadang menyelesaikan tugas sekolah yang tidak sempat diselesaikannya
sore tadi karna harus pergi ke pesta Chris yang sangat melelahkan.
Shara mengerutkan kening saat berjalan keluar kamar. Ada suara berisik dari sana.
Siapa yang berkeliaran malam malam begini?
Shara bergidik ngeri. astaga, dia tidak mau ada adegan film paranormal
activity malam ini. Shara meneguk ludah. Ia tidak berani, tapi terlalu
membutuhkan teh untuk membuat matanya terjaga.
Kriieeeettt .. Shara membuka pintu ruang tengah perlahan, siapa itu?
dengan setelan putih begitu? sosok itu sedang membongkar etalase meja
tivi mencari sesuatu.
Shara berjalan pelan, mendekati sosok itu yang belum menyadari bahwa ia
baru saja masuk. Shara menelengkan kepalanya, berusaha melihat siapa
itu.
Tiba-tiba sosok itu membalikkan badan pada saat Shara berada tak jauh di
belakangnya, sosok itu ternyata Justin, Justin sedang membuat kegaduhan
diruang tivi rumahnya, Justin terlihat sedikit terlonjak, namun kaget
mendapati Shara dibelakangnya.
Tapi, Justin tidak berkata apa-apa. Ia tetap fokus berusaha mencari sesuatu di etalase tv.
Shara pun tidak tahu mau menyapa bagaimana, ia mengabaikan detak
jantungnya yang nakal itu lalu beranjak ke dapur. Degup jantung berdegup
kencang mungkin karna sudah lama ia tidak berada satu ruangan dengan
Justin seperti ini? Justin dan Shara saling memunggungi. Masing masing
dengan kesibukannya sendiri. Tanpa tahu, badai itu akan menghantam
sebentar lagi. Justin sudah menemukan yang ia cari dan memutuskan
meninggalkan ruang tv.
Shara menghela nafas, bersyukur wangi Justin tersamar, sehingga
jantungnya tidak perlu bertambah keras bekerja, Shara berlalu ke dapur.
Shara sudah menyatukan teh dan gula dalam sebuah larutan ke dalam
cangkir dan berniat menuang air panasnya saat tiba-tiba kilat menyambar
terlalu keras, menyerambat kilatan kedalam dapur yang membuat lengan
Shara tanpa sengaja menggeser cangkir teh yang dibuatnya hingga jatuh
berguling dan melayang ke lantai. Praaaang.. Sentuhan cangkir ke lantai
yang membuat cangkirnya membelah berantakan dengan sepihan kaca-kaca
yang tajam, Shara refleks berlutut untuk membersihkan pecahan cangkir
dan pada saat bersamaan, tiba-tiba lampu dapur berkedip lemah dua kali
dan mati. Bukan hanya lampu dapur. Semua lampu di rumah itu mati
ternyata, jangan bilang sebentar lagi ada adegan film paranormal
activity atau insidious sekalian.
Gawat. Pasti Kilat menyambar steker listrik atau entah apa sehingga
memutus arus yang tersambung. Shara benci adegan seperti ini. Shara
berusaha menggeser tubuhnya untuk berdiri,
“aaaaw” Shara mengaduh, ternyata salah satu pecahan gelas menyobek dengkulnya.
“Aaaaa..aw” Shara menggeser tubuhnya, berusaha mundur, mengira-ngira tempat yang tidak terserak pecahan cangkirnya.
Shara mengusap bagian sekitar lukanya. Dia sulit berdiri hingga Sebuah
tangan meraih tangan kirinya. Membawanya melingkar di punggungnya,
menopangnya untuk berdiri, dengan samar-samar bayangan hitam Shara
mencerna wajah seseorang yang sedang membantunya mencoba menerawang
dengan kornea matanya, dan ternyata itu bekerja, ternyata Justinlah yang
menopang Shara, ia
melingkarkan tangan Shara yang tadi Justin pegang ke bahunya.
“Stupid...” gumam Justin.
Mendengar suara itu, seakan ia dan Justin tidak pernah menjauh. Shara
menarik nafas, lalu baru mendapati bahwa ia berada dalam harum ini lagi.
Wangi parfum Justin.
Shara merasakan pipinya memerah. Ternyata gelap, sedikit membantu juga. Menyamarkan agar jangan sampai Justin tahu ia tersipu.
“Ur feet hurts?” Tanya Justin
“Aaw..” tiba-tiba Shara merasakan luka di kakinya lagi.
Justin tertawa tertahan sambil terus memapah Shara yang
terpincang-pincang. Ah, Shara ingin sekali melihat tawa tertahan Justin
itu. Kedengarannya begitu .. tampan. Bisakah ketampanan di dengar?
mungkin bisa bagi Shara yang otaknya sedang bermasalah, diliputi
badainya.
Justin memapah Shara ke arah halaman belakang. Ia menggeser pintu lalu
mendudukan Shara di teras halaman belakang yang memiliki teras yg luas.
“Wait a minute” Justin pergi ke dalam lagi, meninggalkan Shara yang tiba
tiba terdiam menatapi ketiran gemuruh yang mencabik langit.
Shara memandangi langit tidak percaya. Justin, Justin, Justin. Kenapa
sekarang lelaki itu yang mengisi otaknya. Kebaikan Justin ini. Harum
Justin ini.
Dan sosok itu melangkah kembali ke hadapannya. Dari luar, masih ada
cahaya samar yang dihasilkan alam. Shara bisa melihat justin membawa
sebuah kotak kesehatan dan secangkir Teh.
Justin meletakkan cangkir Teh di meja kecil di pojok teras. Ia lalu
berlutut di depan Shara. Menarik perlahan kaki Shara yang luka.
“awww” kata Shara pelan.
Justin mengeluarkan kapas dan meneteskan alcohol kesana. Ia menepuk
nepuk pelan luka Shara, mensterilkannya dari bakteri. Lalu Justin
mengulum luka Shara dengan ujung hansoplas yang sudah dibubuhi obat
merah.
Justin meniup niup pelan luka Shiara.
“Is it sick?” Tanya Justin, lalu meniup-niup luka Shara lagi.
Shara ternganga, tidak menyangka Justin akan mengobatinya begini, Justin
terlihat manis sekali. Wajahnya kembali memerah, Shara menunduk.
Justin menepuk pelan daerah di dekat luka Shara, bangun sebentar mengambil The dan duduk kembali di sebelah Shara.
Tiba-tiba Shara ingin bertanya pada Justin.
“A boy always says, he hates to see girl hurts, and he hates to see girl
cries. So why all those times that he hurts girl, does he close his
eyes? (seorang cowok bilang kalo dia benci ngeliat cewe sakit, benci
ngeliat cewe menangis, tapi kenapa setiap saat dia menyakitkan cewek,
apa dia menutup matanya?)” Tanya Shara.
Justin terkesiap. Shara seperti menanyakan padanya hal yang juga sebuah pertanyaan untuk kaum adam.
“You know, a boy falls, rises, he makes mistake, he lives, he learns, he
hurts too but he loves a girl, he's just human (kamu tau, laki laki itu
jatuh, labil,buat kesalahan, dia hidup, belajar dia juga sakit tapi dia
mencintai wanita, dia cuma seorang manusia)" ujar Justin.
“Yeah, a boy isn't god, so he isn't perfect (yah, laki-laki bukan tuhan
jadi dia tidak sempurna)” sahut Justin sambil tersenyum, tanpa sadar
Justin meletakkan tangannya ke kepala Shara, mengusap-ngusapnya. Tak
berapa lama, ia menjatuhkan tangannya, meraih cangkir dengan kedua
tangannya.
Shara menatap Justin tak percaya, tak percaya atas semua yang terjadi.
Justin menyadari Shara terkejut akan perbuatannya, tapi dia malah
meniup-niup tehnya.
“Why?” suara Shara agak bergetar, kebimbangannya memuncak. Justin
menatap Shara dan mengerutkan keningnya, pertanda ia tidak mengerti
kenapa yang dimaksud Shara.
“Why do you help me? as previously you never silence at me? (Kenapa km
nolong aku? Kaya sebelumya kamu gapernah diemin aku?)” Ujar Shara.
Justin menurunkan teh yang baru akan ia sentuhkan ke bibirnya. Ia
berfikir, haruskah ia memaksa Shara untuk mengetahui hatinya lagi?
ternyata, ia sudah merasa cukup kalau Shara bahagia, membiarkan Shara
bahagia walaupun bersama orang lain, bukankah itu hasil terbaik untuk
hidupnya?
“No..” jawab Justin akhirnya, Justin tersenyum pelan
"Wanna tea?" ia menyodorkan cangkir teh nya pada Shara.
Shara menggeleng, yang dia minta cuma jawaban bukan sebuah teh, Shara harus tahu apa yang ditutupi Justin ini.
“What do you mean? For me it's the problem” Shara merasakan nada
bicaranya meninggi, ia tidak tahan lagi pada teka-teki ini. Dan sikap
Justin membuatnya makin bingung. Justin seperti sedang menyembunyikan
jawaban tersembunyi itu darinya.
Justin jadi bingung. Kenapa gadis ini sebenarnya.
“It's just a small problem, can we be a friend again?” tawar Justin
sambil tersenyum miring. Senyum favorit Shara. Tapi senyuman itu tidak
menenangkannya, malah membuat Shara makin bingung dan meledak.
“I want you to answer my question?” kata Shara.
Justin mendesah. Lalu apa yang harus dilakukannya ? meneriakkan pada
Shara tentang hatinya dan membuat gadis ini semakin bingung ?
“What? What do you want to know, Shar?” kata Justin pelan.
“Why did you silence at me a couple days ago? But now, Why do you help
me? (Kenapa kamu diemin aku 2 hari lalu dtapi sekarang kamu malah
membantu aku?)” Tanya Shara mendesak.
“It's just a small problem, nothing important ..” kata Justin.
“IT MAY NOT BE IMPORTANT TO YOU BUT IT'S IMPORTANT TO ME, YOU DONT KNOW
HOW OFTEN I THINK ABOUT YOU AND FIND THE ANSWER FOR MYRSELF, HOW IT'S
CONFUSING ME!! (Buat km itu ga penting, tapi buat aku itu angat
pengting, km gatau berapa sering aku mikirin kamu and menemukan jawaban
untuk diriku, seberapa ini membuat aku bingung!!!)” Ujar Shara
“EITHER YOU DONT KNOW ABOUT MYBRAIN THAT WANTS TO EXPLOSION, ShAR, YOU
DONT KNOW HOW OFTEN I THINK ABOUT YOU.. YOU DONT KBOW HOW OFTEN I HOPE
YOU KNOW MY FEELINGS AND I HOPE YOU SAY IT BACK, AND ALSO YOU DONT
KNOW... (Km juga gatau tentang otak aku yg mau meledak, Shar, kamu gatau
seberapa sering aku mikirin kamu dan berharap km tau perasaanku dan
berharap kamu membalasnya, dan kamu juga gatau...)" Justin membekap
mulutnya, menyadari ia sudah berkata terlalu banyak.
Shara menatapnya,
"I don't know...?"
Justin menghela nafas pelan. Toh tidak ada ruginya dikatakan sekarang
“how much I love you Shar!” jawab Justin akhirnya, menuntaskan pernyataannya.
Shara mematung, tidak percaya itu jawaban yang dilontarkan Justin.
Justin mendesah,
“I know you never be as easy to answer this..” Justin mengusap pelan wajah gadis yang disayanginya itu.
“I don't want you to answer... Whatever we may do, I'll be there for
you...” ujar Justin merangkak mendekati wajah Shara pelan-pelan.
Shara merasakan nafas Justin berhembus pelan ke wajahnya, dia tahu apa
yang Justin akan lakukan dengan sergahan ia langsung memalingkan
wajahnya menjauhi wajah Justin ke arah lantai.
Tapi Justin langsung mengapit dagu Shara membawanya memantulan tatapan Shara hingga mata mereka bertubrukan
"Please Shar, might I don't exactly know how much longer I can sit here
waiting for you but I'll wait for you now and forever (tolong Shar,
mungkin aku gatau tepatnya seberapa lama lagi aku akan duduk disini
menunggu km tp aku akan menunggu km sekarang dan selamanya)" ujar Justin
lalu menjatuhkan bibirnya ke bibir Shara, tangannya membelai halus pipi
Shara dan berusaha menyamankan tubuh Shara dari hantaman angin malam.
Ciuman itu tak berlangsung lama, setelah bibir mereka tak bersentuhan
lagi Justin bangun, tersenyum lalu mencium puncak kepala Shara yang
masih terdiam tidak percaya. Justin menepuk pelan kepala Shara, lalu
berjalan pelan ke dalam rumah, meninggalkan Shara dan pikirannya.
Teka-teki itu terbuka dan Shara akan segera menjawab pernyataan Justin tadi.
***
Justin menghela nafas dan menelusuri daftar kontaknya. Memencet satu
nama, menekan tombol ‘yes’ dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya,
“Jasmine, tomorrow I'm going to say something to you, okey?”
Setelah berbicara Justin berlalu mematikan sambungan telfonnya.
***
- Justin POV -
Malam indah berkabut berlalu dengan cepat, awan biru yg berarak membawa
pagi tanpa permisi hingga siang terik menjelma tiba-tiba. Sebuah ritme
alam dimana detik, menit dan jam datang beraturan. Disebuah cafe
dipinggir jalanan Beverly Hills, Justin duduk sendiri disalah satu
bangku sedang asik mengutak atik Timeline Twitternya yg tersambung
dibalik layar touchscreen Iphonenya, dan dari kejauhan pula sosok wanita
datang memakai pakaian yg minim berlari mendekati Justin lalu duduk
disampingnya.
"Babbbeeee..." Seru Jasmine.
Justin menoleh, tersenyum sekilas lalu kembali menarikan jari lentiknya di atas keyword handphone.
"What's going on Justin? Why did u ask me to come here?" Ujar Jasmine.
Justin tidak langsung menjawab. Dia hanya tersenyum sedikit. Sejenak
mereka duduk dalam diam. Tiba tiba sergahan polos Jasmine merangkup ke
pinggang Justin.
"Jasmine!" Seru Justin lalu menjauhkan diri dari Jasmine.
"What happend babe?" Ujar Jasmine sambil menengok ke arah Justin.
"I want you to stay away from me, I know we never have a relationship
(aku ingin kamu pergi jauh dari aku, aku tau kita tidak pernah punya
hubungan)" ujar Justin.
"Justin! What do mean? Of course I'm yours and you're mine!" Jawab Jasmine dengan mata yg galak.
"I never said that" ujar Justin ringan.
"Oooooh I know, this is all because the girl that's destroying the
relationship huh? (pasti ini semua karena si gadis perusak hubungan
orang itu kan?)" Ujar Jasmine.
"Ha? Girl? Destroying the relationship? Who's that girl?" Ujar Justin penasaran.
"Don't be a stupid person Justin, of course she is Shara! Shara is a bitch!" Ujar Jasmine dengan keras.
Justin berdiri, raut wajahnya terlihat kesal.
"Don't call Shara's bitch! You just know her name not her story Jasmine!" Ujar Justin dengan nada tinggi.
"I'm so sorry Justin, don't be mad at me babe...I'll stay away from you but.." Ujar Jasmine lirih.
Justin menatap Jasmine dengan tatapan menyakinkan.
"But... I want us to go tomorrow, act as a couple, I want to be your
girlfriend although only a day and I'm going to leave you (tapi... Aku
pengen kita jalan besok, berlaga seperti pacaran, aku ingin jadi pacar
kamu walaupun cuma sehari dan aku akan pergi tinggalin kamu)" sergah
Jasmine.
"Okey, just one a day" ujar Justin membalikan badan berniat pergi dari
Jasmine, sebelum jauh Justin menolehkan badannya, sesaat dia menoleh ke
Jasmine.
"And don't ever call me 'babe' cos I'm not yours" ujar Justin lalu kembali mninggalkan Jasmine yg hanya bisa tertegun.
***
Setelah bertemu dengan Jasmine, Justin langsung menuju ke pelantaran
parkiran mobilnya yg segera ia kemudikan dengan kecepatan tinggi. Tiba
tiba sebuah sosok berjalan melintas tepat di depan mobilnya. Justin
kaget dan berusaha mengerem ban mobil yg kian memutar sebisanya. Suara
rem dan bunyi berdeam terdengar berbarengan. Mobil Justin terhenti.
"Shara!" Ujar Justin yg dengan tergopoh-gopoh menuruni mobilnya.
"Jus...tin... Sorry I didn't see..." Ucap Shara.
"Where do you go?" Ujar Justin.
"I don't know"
"Come with me" ujar Justin.
Shara menatap Justin dan dengan perlahan ia memasuki jok mobil samping
kendali mudi yg disusul Justin lalu mengemudikan mobilnya dengan
kecepatan sedang.
***
- Shara POV -
Seperti siang itu, siang dibawah sinar matahari yang menerkik membekas
sejuta kepanasan diatas langit sana, rupanya matahari sedang menuaikan
tugas seperti biasanya.
Shara berada didalam mobil Justin, sepeti kebetulan tak sengaja mereka
bertemu lalu pergi entah kemana. Mereka tak terlihat saling mengobrol
dari tadi Shara hanya terpaku membiarkan untaian lagu-lagu dari type
mobil Justin menyalurkan kedalam gendang telinganya.
Justin sudah memarkirkan kendaraan kesayangannya di lapak parkir vallet di sebuah pusat perbelanjaan yg agak ramai.
"Justin? Are you sure?" Ucap Shara menoleh ke arah Justin.
"Calm Shara... I have this! I want shopping" ujar Justin lalu memakaikan
topi hitam hoodie dan tak lupa kacamata yg setia menemaninya kemanapun
dia pergi.
Shara hanya mengangguk lalu turun dari mobil dan berjalan berdampingan
dengan Justin menelusuri salah satu pusat perbelanjaan di LA, Santa
Monica Place.
Tangan Justin selalu memegang jemari Shara dengan lembut merasuki pusat
perbelanjaan yang berwindow shopping sambil cuci mata hingga mereka
mendarat disebuah toko.
Shara memilah-milah topi kupluk yg tertata rapi di atas etalase lalu ia
mengambil topi kupluk berwarna biru tua dan memasangkannya di kepala
Justin.
Justin berkaca.
"Why do I always look handsome?" Ujarnya.
"Hahahahaha you're over confident!" Seru Shara tertawa kekeh.
Justin tersenyum centil lalu merangkul bahu Shara beralih ke rak kaos
dan melihat-lihat dan menyodorkan kepada Shara sebuah kaos bertuliskan
'I love the person who's next to me'.
Shara mengangkat bahu sambil menyinggung senyum kecil. Tanpa fikir
panjang Justin langsung mendorong kedua bahu Shara dari belakang lalu
menuntunnya kearah kasir.
Dari toko tersebut mereka pindah ke arah food center yg menyediakan
berbagai jenis makanan dengan belasan pengunjung dan tawa orang-orang
disana.
Setelah menghabiskan menu makan siang, Justin dan Shara berkeliling
lagi. Mereka melintas ke depan sebuah toko majalah dan melihat foto
Justin menjadi cover sebuah majalah dengan tampang yg sangat menawan.
"Oh! Who is this sexy guy!?" Ujar Justin tersenyum centil.
"So you think you're a sexy guy??? Hahaha" ucap Shara meremehkan.
"Yes, I'm the hottest guy in this world" ucap Justin lalu mencuri ciuman
dipipi Shara. Shara tersenyum simpul dan malu yg tersipu. Semakin hari
dirinya semakin nyaman dengan Justin dan degupan itu terus berlangsung
ketika dirinya dengan Justin, sepertinya Shara sudah tak ingin terus
terdiam memandangi harapan hingga terlena akan manis cinta dan berujung
kecewa, dirinya sudah tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti.
***
Setelah puas berkeliling, mereka keluar dari perbelanjaan itu. Ditengan
perjalanan menuju lapak parkir, mereka terhenti di sebuah foto booth.
Mereka memasuki box foto booth lalu Justin dan Shara berpose didepan
kamera. Gaya mereka yg lucu-lucu dan sangat ceria penuh senyum dan tawa,
kadang wajah mereka berdekatan, mengumbar senyum yg lebar, menjulurkan
lidah dan mereka berangkulan yg menampakan wajah bahagia mereka. Flashes
blitz mencetak beberapa shot ekspresi bahagia mereka. Begitu melihat
hasilnya mereka tertaa bersama. Inikah bentuk perwujudan kebahagian
kecil itu? Diam diam, Shara kembali menyakinkan hatinya meraba dan
mengungkap semua yang dia rasa, yang Shara ingin akhir yang bahagia.
***
Hari ini, Shara sering tertawa tanpa disadarinya dan itu tak luput dari perhatian dan kekonyolan Justin.
Shara mencuri pandang ke arah Justin yg telah selesai memarkirkan
mobilnya di halaman rumahnya, terbesit kekaguman dari wajah dan sikapnya
yg sangat menyamankan hati Shara. Shara merasa ada rasa yg tidak biasa
dengan Justin.
Setelah bersenang-senang hari ini Justin dan Shara akhirnya didepan pintu kamar Shara.
"Emm thank for today Justin, you make my day. Night" ujar Shara sambil tersenyum manis.
"Pleasure Shar, night too, sleep tight and have a nice dream beautiful" jawab Justin dengan sigap.
Shara tersenyum. Dia sudah sering mendengar cowok menyebutnya cantik.
Tapi semuanya mengatakan hal itu sambil melepaskan pandangan dari Shara.
Belum pernah ada yang mengatakannya sambil memandangan seperti itu,
bagi Shara itu sangat romantis.
“Beau? What? I didn't hear” tanya Shara pada Justin sambil tersenyum kecil.
“You've heard..” sahut Justin, masih menatap Shara.
“No I didn't hear, what? You called me beau? What?” Jahil Shara.
“No. I've said and you heard that” sergah Justin.
“Repeat pleas, if I heard I want to hear once more again, what did you say?”
"beautiful" ucap Justin lalu lagi-lagi mencuri pipi Shara untuk dikecup.
Shara tersenyum geli.
Melihat Shara tertawa seperti itu, Justin tidak bisa menahan senyumnya.
“Going to sleep now” ucap Justin sambil menepuk pelan ujung kepala Shara.
Shara mengangguk, dan memasuki kamarnya.
Sambil bersandar di pintu, Shara memandangi punggung Justin hingga
langkah kaki Justin menghilang, Shara berbalik, menutup pintu dan
melangkah masuk kedalam kamarnya.
Untuk kesekian kalinya, Shara menyapa relung hatinya meraba yg tengah
berkecambung dihatinya. Ada senyum kecil menghias bibirnya, mungkin
jawaban sudah didapatkannya, secepatnya Justin akan tau isi hatinya itu
akan lebih baik.
***
Kebahagiaan selalu membawa perubahan yang berarti bagi siapapun. Bagi
Shara, Justin, dan semua pembaca pastinya. Hal itu yang mulai terlihat
dari hari-hari Shara dan Justin, dua anak manusia yang mulai semakin
dekat dan akrab yang kini mulai merasuki mendeteksi titik pencerah,
pertemuan mereka kembali kini seperi goresan tinta pena di lembaran baru
dari sebuah buku diari yang sudah usah tak tersentuh.
Shara duduk di sudut taman sekolah yang mengerang tempat duduk panjang
ditengah taman sekolah yang sudah mulai sepi ditinggal beberapa
penghuninya. Shara tengah duduk menanti kedatangan sosok manusia yang
sudah berikrar janji akan menjemputnya saat jam sekolah berakhir.
Wajahnya tak terpanjar murung, wajahnya berbinar cerah bahagia, setelah
berhasil merogoh sesuatu didalam saku dompetnya, dia menatapi potongan
potongan foto yang terlampir dirinya dan Justin dari balik flash foto
yang berhasil menangkap beberapa pose mereka kemaren. Shara memandangi
foto itu tersenyum yang penuh makna dan arti, jemari lentiknya mengelus
wajah Justin yang terpaku patung dilembaran foto tersebut. Setiap kali
menatap wajah Justin yang menawan pasti wajah Shara dihantui kesenangan
dengan riakan sebuah harapan.
Shara meronggoh handphone yang berdara disampingnya, ternyata sebuah pesan tengah mendarat dikotak masuk hpnya.
From: Justin
Shar sorry, I couldn't pick you up, I have some interviews, sorry? But don't worry Ryan is going to pick you now :)
Shara mendehem, perlahan senyum yang diukirnya bertumpu mendatar lalu mendesir rasa kekecewaannya walau sedikit.
To : Justin
No prob, good luck for your interviews :)
Shara langsung ngenekan tanda 'send' lalu menyimpan kembali hpnya dan
merapikan beberapa buku yg terdampar berantakan lalu beranjak
meninggalkan taman sekolah yg hanya ia diami sendiri menuju gerbang
sekolah, siapa tahu Ryan telah datang menjemput.
***
“So?” ujar Ryan.
Shara memutar bola matanya dan tersenyum “you know I've been waiting for long times” jawab Shara.
Ryan tersenyum, menstarter dan melajukan mobilnya melewati gerbang sekolah yang menjulang itu.
“Well, tell me now”
“Should i?” kata Shara sambil tersenyum.
Ryan mengangkat bahu dan tersenyum
“Hey, you seems in a very good mood today .. you smile as much as never before and I want to know why”
Shara tertawa kecil, pipinya bersemu merah
“Yesterday..... I can't say it haha look at this” ujar Shara lalu memperlihatkan potongan foto mereka kemaren.
Ryan menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum bahagia melihat kebahagian
dari wajah Shara. Ryan membiarkan Shara berceloteh riang soal kemarin.
“Justin has said he loved me more than one time hehehe“ wajah Shara bersemu
Ryan mengangguk pelan lalu tersenyum.
“I want him to know how I feel to hime, I wouldn't regret it someday,
because ga I never say I love him.. (aku mau dia tahu perasaanku juga,
Aku ga mau menyesal suatu hari nanti, karena ga pernah bilang aku cinta
sama dia..)”
“When?” ujar Ryan mengangkat alisnya.
“Today maybe.. Faster is better” ujar Shara tersenyum.
"Okey, we plan now" ujar Ryan.
Cukup sudah selama ini Shara menanti Justin yang sudah lama bersama-sama
dan kini ia telah memutuskan untuk hari ini akan menyatakan cinta tak
ingin menunggu tentang jawaban hatinya.
***
Shara tepaku sesaat saat Ryan menghentikan mobilnya dipelantara parkiran sebuah restoran dipinggir pantai malibu.
"What will we do Ryan?" Ujar Shara sambil melepas sabuk pengaman yang mengunci tubuhnya.
"You said you want to tell u love Justin" jawab Ryan.
"Hemm.. So?"
"I've just called Justin and he said he's here" ujar Ryan lalu turun dari mobilnya.
Shara hanya memutar bola matanya dengan wajah yang tersipu, sekarang kah waktunya?
Ryan tersenyum ke arah Shara
“Cmooon, meet him and tell to him don't be nervous” Ryan menarik tanagn Shara menuju arah pintu cafe yang tengah tertutup rapat.
Cafe ini yang biasanya relatif sepi, kini terlihat lebih ramai dari
biasa. Mata Shara tiba-tiba tersadar melihat kehadiran Justin yang
berada dipojok cafe tengah duduk berhadapan dengan..... Jasmine? Mungkin
sedang membicarakan sebuah topik yang melarutkan mereka dalam buaian
tawa.
Pandangan Shara kini tertumbuk pada dua sosok itu. Hatinya
tercabik-cabik dan perutnya merekah keras kesakitan yang membuatnya
mual. Menanti epik apa yang akan terjadi setelah ini. Dan apa akibatnya
pada perasaannya. Ia meramalkan sesuatu yang kurang baik. Apa
‘pertunjukan’ yang dilihatnya setelah ini akan membuatnya meragukan
kebenaran pernyataan Justin sebelumnya?
Kini, Justin berjalan mendekati Jasmine, duduk disampingnya lalu,
perlahan, mengusap wajah Jasmine. Mula-mula dahinya, lalu kedua pipinya.
Shara tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Apa yang sedang diperbuat
Justin sebenarnya. Ryan pun ikut tertegun, tidak tahu harus melakukan
apa, menyelamatkan Shara dari sini atau apa.
Sementara, Shara mematung melihat betapa lembutnya Justin melakukan itu pada Jasmine.
“Jasmine..” Justin berkata pelan
“Are you happy?” Tambahnya.
Jasmine tersenyum manis, semanis White Witch saat meracuni Edmund Pevensie dengan Turkish Delight-nya.
“Very happy, cos you know... Your girl is here”
Justin menatap Jasmine.
“What do you mean?” Justin mengedarkan mata sejenak dan mendapati Shara
sedang menatapnya tak percaya. ada rasa kesal yang membuat Justin ingin
berlari memeluk Shara. Justin juga menyadari ada Ryan di samping gadis
itu.
Jamine menepuk pipi Justin pelan
“Keep smile Justin, for now I'm your girlfriend”
“Jasmine, please ..” Justin menatap Justin dengan pandangan memohon
“I've been acting as ur boyfriend all day..(Aku udah berakting seperti pacar kamu seharian ini)”
Jasmine pura-pura berpikir keras, lalu menggeleng
“Not yet .. You have not totally acting as my boyfriend (belum, kamu
belum total berakting sebagai pacar aku)” Jasmine menepuk pipi Justin
lagi
“Do better" ujar Jasmine.
Justin mencuri pandang ke arah Shara, cemas akan apa yang dipikirkan gadis itu sekarang.
“What do you want?”
Jasmine mendekatkan diri kearah Justin mendekatkan bibirnya ke arah telinga Justin, berbisik ke telinga Justin
“Say that three magic words and treat me as your girl, kiss me on my lips”
“Jasmine, are you crazy?” Justin menjauh dan bertekad menjelaskan pada Shara setelah ini.
“No compromise, you've promised, okay? I'm asking one day to be your
girlfriend, just one day? I'm not going to bother you again (kamu udah
janji, oke ? aku cuma minta satu hari jadi pacar kamu, satu hari dan Aku
ga bakal ganggu kamu lagi)” Jasmine menuding dada Justin.
"Just kiss me and say three words, do now or I will never stay away from you?" Ucap Jasmine dengan menyinggung senyum kecil.
Disisi lain, dari sudut matanya Shara tidak mendengar perdebatan Justin
dan Jasmine. Ia tidak berada cukup dekat untuk bisa mendengar. Yang
jelas dimatanya, mereka berdua sedang berbincang entah apa. Dan Shara
tak pernah melihat senyum Jasmine semanis itu.
Shara sedang menunggu bom itu disulut, sehingga ia tidak sadar bahwa ia berjalan lebih dekat ke arah Justin dan Jasmine.
Justin menatap Jasmine
“ I …”
Jasmine mengangkat alis dan tersenyum
"Justin..do"
Justin menaruh telunjuknya di bibir Jasmine, lalu memandang mata
Jasmine, berusaha membayangkan kedua mata Shara yang ia tatap, dan
menamatkan episode kisah memuakkan hati itu
“I love you ..” kata Justin lembut lalu dengan cepat mencium bibir milik Jasmine dan mengusap pipi Jasmine pelan .
Kedua mata Shara mebelalak dan bom itu meledak. Sakit itu, sakit yang
mungkin sudah tertimbun didasar hatinya kini menguak kelmbali,
menghambur kembali kediri Shara yang membuatnya sesak tak bisa nafas.
Shara mungkin tidak mengerti apa yang terjadi, tapi dia tahu arti tiga
kata yang diucapkan Justin barusan. Semudah itukah Justin mengatakan
cinta? semudah itu?
Shara berusaha melakukan penyangkalan dari apa yang didengarnya, namun
ternyata penyangkalan itu meracuni organnya dari dalam. Shara menatap
Justin tidak percaya. Sekarang hatinya jatuh berserak. Namun, perasaan
Shara yang sudah terlalu dalam pada lelaki itu membuatnya tidak bisa
mengeluarkan sumpah serapah, bahkan dalam hatinya. Ia terlalu menyayangi
Justin.
Ryan menepuk pundak Shara cemas. Ia juga bisa membaca gumaman Justin tadi.
Shara menoleh ke arah Ryan, berusaha keras agar air matanya tidak merebak
“I.. Go home” kata Shara linglung lalu berjalan terseok-seok.
Ryan membuang pandangannya ke arah Justin.
Justin melepaskan telunjuknya dari bibir Jasmine, mendesah
“Are you happy now ?” Justin mendengus lalu berjalan meninggalkan Jasmine yang masih mematung.
Sementara Shara terus melangkah jauh, pergi meninggalkan kerlingan semu
kejadian tadi, sesungguhnya Shara berpura-pura merelakan apa yang Justin
lakukan tadi, sesungguhnya dalam hatinya Shara tak pernah rela karena
Justinlah yang bisa membuat hatinya lengkap walau sakit kini terasa
bukan karena Jasmine tapi karena Justin telah memilih mengungkapkan
cintanya pada orang yang salah, kenapa harus Jasmine? Lihat Justin
lihat, Shara disini yang terlukai hati dan perasaan dirinya, mungkin
karna Shara terlalu menyimpan rasa pada Justin, mungkin kah Shara harus
merelakan Justin?
***
- Justin POV -
"SHARA!!!" Teriak Justin saat melihat punggung Shara menjauh dan
berlari, pasti Shara mendengarnya hanya saja Shara tetap berlari
menghiraukan panggilan suara Justin bersikap acuh pada Justin. Dengan
tatapan penuh kebencian Justin meninggalkan bangkunya membiarkan Jasmine
sendiri tertinggal dengan senyum mencekik itu.
tiba-tiba Ryan mendekati dan menghadang Justin kehadapannya, Justin dan Ryan saling berpandangan gentle tak berarti.
"You're not Justin! You're not my friend!" ujar Ryan dengan nada tinggi.
Justin terpaku mendengar perkataan Ryan, Ryan terlihat penuh emosional.
"it doesn't..." ujar Justin berusaha menerangkan sedetil-detilnya untaian cerita yang terjadi terhadap dirinya dan Jasmine.
“Shut up!” Kata Ryan.
"My friend never makes girl hurts! If you're Justin of course you will
never make girl hurts!" kini Ryan berjalan berputar, mengelilingi
lingkaran badan Justin tak kasatamata, dengan jarak sempurna yang sama,
terlalu berbahaya untuk dirubah.
"Ryan please listen to me first!"
“Oh ya? Should I listen to you?” potong Ryan.
“You don't know what will you get if you didn't jerk as past! She would
gave you the answer, about her feeling! (Kamu tidak tau apa yang baru
aja bakal kamu dapetin kalo kamu tidak brengsek kayak tadi .. Dia mau
ngasih kamu jawaban, tentang hatinya)” Ryan berjalan mundur, tersenyum
kecut kearah Justin.
“Ryan, wait.. Meet me at our bascamp, come with Shara” ucap Justin.
Ryan tak menjawab omongan Justin, dia menepis tangkisan matanya lalu
beranjak keluar restoran, berharap Shara masih menekik diri diluar sana.
***
- Shara POV -
Shara berjalan melewati seuntaian manusia yang berkerubung menghalangi
pantauan langkah kakinya. Layaknya hachi yang mencari sang ibu, buta
arah. Entah dia sedang berjalan kemana, yang jelas belum begitu jauh
dari restoran tempat kejadian drama yang berbuah tragis untuk Shara itu.
Ia tidak percaya. Shara memejamkan matanya, berusaha menyangkal sakit
di dadanya. Tubuhnya bergetar karna mebeludak amarah yang ia tahan.
Matanya jatuh pada jalur terotoar yang ia langkahi, suara tangisnya
hampir tak terdengar hanya ada air mata yang perlahan turun membasahi
pipi gembilnya, tangisnya seperti sebuah perwujudan dari hasrat lara di
hatinya, mengapa hal ini terjadi saat kepingan kebahagiaan telah terukir
dihatinya? Mengapa puzzle yang sudah terpasang semua itu kini hancur?
Bukan hanya satu keping. Semua keping puzzle itu terserak berantakan
yang sudah ia tata rapih dan rekat.
"Tiiin .. tiin ..." Shara mendesah, menepikan dirinya ke trotoar agar mobil berisik itu bisa lewat.
"Tiiin .. tiiin ..." Shara mendengus lalu menoleh ke samping, melihat
Jazz hitam yang ternyata sumber suara brisik itu. Kepala Ryan muncul
dari jendela mobil,
“Shara...”
Shara membuang muka dan berjalan lagi. Ryan turun dari mobilnya lalu
mengejar Shara. Ia meletakkan kedua tangannya di pundak gadis itu dan
membalikkan badannya.
“I... I..” Shara mencoba merangkai kata.
Ryan berkata “ssshh .. sssh ..”
Shara akhirnya membiarkan air matanya berbicara. Ryan tidak bisa berbuat
apa-apa selain membiarkan tangis Sharaa pecah dalam dekapannya.
"Don't be sad Shar, now come with me okey?" ujar Ryan lalu membawa Shara memasuki mobil miliknya.
***
Setelah berjalan kurang dari setengah jam, mobil Ryan mendarat ditempat tujuan.
Ryan menghentikan mobilnya disebuah pelantaran parkir yang luas dan
sepi. Ryan mematikan mesin mobilnya dan parkir seenaknya. Tanpa permisi,
Ryan mengiringi Shara menuruni mobilnya. Suasana sangat sepi, pelataran
parkir itu seperti tak berpenghuni dan tak terlihat deretan mobil yg
mengantri layaknya parkir basment sebuah mall. Tak ada orang yg berlalu
lalang dan sebuah bangun tingkat yang masih belum menjadi gedung hanya
baton-baton yang berdiri tegak.
“Why do you bring me here?” Tanya Shara.
Ryan hanya diam, menatap Shara sebentar, mengangkat bahu lalu tersenyum kecil.
Shara makin bingung.
"Now close ur eyes please?" pinta Ryan. Shara makin tidak mengerti apa yang dimau Ryan.
"Ryan, please what will we do here?" ucap Shara.
"Pleaseee Shar, You will find the white in the black, the superhero of ur heart" ucap Ryan tersenyum penuh teka-teki.
Semakin tidak dimengerti, otak Shara sudah rontok untuk memutar pikiran
dan mencerna kata demi kata yang Ryan ucap. Mau tak mau, Shara mengikuti
kemauan Ryan. Dia menutup matanya alhasil hanya bayangan warna hitam
dalam kelopak matanya dan dengan perlahan Ryan menarik tangan Shara,
menuntunnya secara hati-hati dan tak lama mereka sampai dibawah anak
tangga.
"Now, you go to upstairs slowly, remember tight grip! (sekarang, kamu
naik ke atas pelan-pelan, inget pegangan yang kencang!)" saran Ryan.
Shara menaiki anak tangga dengan langkah perlahan. Dengan sikap waspada, Ryan menjaganya dari bawah.
"Should I go to upstairs?" ucap Shara dengan perasaan gemuruh, dag-dig-dug.
"Yes, you'll find the answers there!" sergah Ryan meyakinkan.
Shara terus menjejakan kakinya, menaiki anak tangga dengan mata masih
terpejam dan perasaan bergemuruh. Entah kenapa dia tak bisa lari dari
suruhan Ryan yang konyol ini, dia begitu percaya pada Ryan.
Begitu anak tangga terakhir terlampaui, dengan perlahan Ryan menuntun
tangan Shara dengan mata yang masih tertutup lekat. Mereka melewati
billboard besar akhirnya kaki mereka sampai di lantai teratas bangunan
itu, disebuah gedung bertingkat.
Tempat ini begitu sepi. Membantu Shara mendengar sesuatu lebih jelas.
Tentu, Suara hatinya. Shara mulai menyelami hatinya. Siapa yang saat ini
memenuhi pikirannya? Justin pastinya. Siapa yang saat ini menempati
hatinya? Justin pastinya. Ternyata, sesakit apapun hatinya hari ini.
Sosok itu masih bertahan disana, dan Shara sesungguhnya tetap ingin
memiliki Justin, hatinya tertumpu pada Justin, jujur ia masih mengharap
Justin.
"Now, when I say three, you can open your eyes" ucap Ryan melepas tangan Shara.
Pikiran Shara pecah lalu ia mengangguk pelan.
"One...."
"Two..."
"Three..."
Shara membuka matanya, melihat ruang lapang diatas bangun tertinggi yang
sepi dan terkabut langit yang membentang dihadapannya, langitnya memang
indah, gulungan awan membentuk lukisan kapas putih menyerupai gugusan
bukit dan gunung.
Tiba-tiba ada suara gonjreng gitar dan suara serak-serak basah dari belakangnya, terdengar merdu dan halus.
You had a lot of crooks tryna steal your heart
Never really had luck, couldn’t never figure out
How to love
How to love
Lagu How To Love dari lil wanye yang dibawakan secara akustik. Shara
menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu membalikan badannya
kebelakang.
Shara tertegun melihat Justin, berdiri tegap dengan merdu melenggokan melodi dan lirik-lirik dari mulutnya.
You had a lot of moments that didn’t last forever
Now you in the corner tryna put it together
How to love
How to love
For a second you were here
Why you over there?
Its hard not to stare, the way you moving your body
Like you never had a love
Never had a love...oooo...
Tiba-tiba gonjrengan gitar terhenti, suara Justin tertutup, Justin
tersenyum manis lalu melangkahkan kakinya 4 langkah maju lebih dekat ke
arah Shara dan kembali bersenandung dengan gitarnya dengan lirik yang
berbeda.
I always knew you were the best
The coolest girl I know
So prettier than all the rest
The star of my show
So many times I wished
You'd be the one for me
But never knew it'd get like this
Girl, what you do to me
Shara's who I'm thinkin' of
Shara, you ain't my runner up
And no matter what
Shara's always number one
My prize possession, one and only
Adore you girl, I want you
The one I can't live without
That's you, Shara
Shara's my special little lady
The one that makes me crazy
Of all the girls I've ever known
It's you, Shara
My favorite, my favorite
My favorite, my favorite girl
My favorite girl
You take my breath away
With everything you say
I just wanna be with you
My Shara, my Shara, oh
My miss don't play no games
Treat you no other way
Than you deserve
'Cause you're the girl of my dreams
Shara's my special little lady
The one that makes me crazy
Of all the girls I've ever known
It's you, Shara
You're my favorite girl
Favorite girl, favorite girl, favorite girl
It's you.... Shara Syafira.
“What are you doing here?” ujar Shara bingung apapula lirik itu diganti
dengan namanya, mau rayu? mau gombal? Kayanya udah kadaluarsa kalo
Justin mencoba menarik hati Shara lagi.
Justin tersenyum miring, menggonjreng gitarnya.
"Singing"
Shara memutar bola matanya, lalu bangkit dan berjalan mendekati Justin, yang sedang menyusun kata-kata.
“Shar, I..I know I'd probably make u hurt .. but, I love you.. I really love you..”
“Shar” Justin meletakkan matanya di mata Shara
“I'm so sorry...” ujarnya.
Shara membalas pandangan Justin.
"You know what? You've done too many mistakes!" ujar Shara.
“Ha? What?” Justin mengangkat bahu.
"First, you said you didn't pick me at school cos you have interviews?
Second.. When I saw you.." tiba tiba air mata itu bergulir lagi didepan
Justin.
Justin langsung mengapus air mata dan hendak memeluknya tapi tiba-tiba dada Justin didorong oleh Shara.
"Okey.. I know you've hated me" ujar Justin lalu berlajan berbalik meninggalkan Shara.
Setelah sadar wangi Justin sudah menjauh Shara mengangkat kepalanya,
berlari kecil menyusul Justin, memeluknya dari belakang. Ia menyentak
tubuh Justin hingga mereka berdua berpandangan.
Shara meletakkan matanya pada mata Justin
“Are you sure you don't want to know about my feeling?” tanya Shara sambil tersenyum.
“Guess.. I'm with Jasmine..”
“Sssssh ..” Shara tersenyum lagi, menguatkan genggamannya pada Justin.
“I know and I believe in you”
"So?"
"So what?" Ucap Shara sambil tertawa kekeh.
"So will you be mine?" ucap Justin tersenyum.
"Em.. I...i'm yours and you're mine now and forever.. I love you Justin" ucap Shara tersenyum geli lalu mengecup pipi Justin.
Justin tersenyum lebar mendapati kata-kata yang ditunggunya dan kecupan
manis itu. Justin melepaskan jemarinya lalu memeluk Shara erat-erat,
tidak berniat melepaskannya. Justin memejamkan mata, menikmati saat itu
dan mengecup puncak kepala Shara, yang kini resmi menjadi gadisnya.
"You're not romantic!" ujar Shara dalam peluk Justin.
"Ha?" dehem Justin tak mengerti.
"say love in the scary place like this"
"Hahahaha you're so cute my princess" Justin tertawa lalu melepas pelukannya dan menggawil pipi Shara.
Mata mereka bertubrukan dan sama sama menarik nafas dalam-dalam
menghirup udara yg berhembus semilir. Langit dengan sinar keemasan masih
terbentang melukis keadaan mereka.
Justin memandangi wajar Shara mendekati menginggapi tangannya membelai
pipi halus Shara membawa bibirnya menyentuh bibir perempuannya, mereka
larut dalam kemesraan sore itu menghalau keindahan langit membiarkan
tamparan angin yang datang menyapa.
Sudah memakan waktu agak lama, ciuman itu berhenti dan terukirlah senyum
dimulut Shara juga Justin, raut wajah yang tak bisa digambarkan.
Akhirnya dua sejoli ini bersatu untuk keabadian cinta. Hati mereka sama
sama telah terukir oleh kasih dan sayang mereka.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar