Re-post
...:: How To Love ::...
Part 17
Story by @BieberLSIndo
***
Pada hakikat nya cinta hanya membutuh kasih sayang yang tulus, kejujuran dan kesetiaan pada satu cinta.
***
Di tepi tempat tidurnya, Shara terpekur. Memegangi jantungnya sendiri,
seakan takut organ krusial itu akan meledak lantas jatuh berserak.
Setelah mengetahui sebegitu pentingnya posisi Selena, ia tak mampu lagi
menyangkali sakit hatinya lagi. Kini ia hanya bisa berharap, perih ini
akan menghilang bukannya melesak makin dalam. Walau jelas-jelas tak mau
mengerti, dalam benak Shara semua yang terjadi hari ini sudah menyambung
rantainya sendiri. Menyatukan setiap kata dalam potongan kisah.
Membuatnya tak bisa bernafas, bahkan hanya untuk sekedar mendesah.
Plester ketidakmau-mengertiannya tadi ternyata tidak berfungsi. Malah
membuat lukanya bertambah parah, yg kini bisa membuat hatinya bernanah.
Entah kenapa, kumpulan galeri foto dilembar menu handphonenya tadi
menarik perhatian gadis itu. Disertai gemuruh yang tak tenang juga dalam
dadanya, Shara meraihnya lalu menslide beberapa foto yg terpampang
dilayar handphonenya, Harusnya, Shara tidak heran saat melihat apa yang
ia dapat. Jelas, ini semua foto kenangannya dengan pemuda yg mungkin
sudah lupa dengan semua kisah dialbum foto ini.
Shara terperanjat, baru sadar siapa pemuda di foto ini. Justin. Tentu saja. Siapa lagi ?
Shara meneliti satu persatu setiap lembar foto yg bergantian satu per
satu di tangannya, bersiap menghadapi muntahan peluru kenyataan lagi.
Setitik air mata merembes tanggulnya, karena sesak itu tak mampu lagi
ditampung rongga dadanya.
Bukankah segalanya begitu jelas? Justin mencintai Selena, bahkan sebelum
nama Shara sempat terfikir untuk dituliskan dalam kitab hidup pemuda
itu. Shara mendekap handphonenya saat foto dirinya dan Justin berada
disebuah pantai ke dadanya, entah untuk apa. Mungkin untuk memaksa sesak
di jantungnya agar menghilang seketika. Dia tidak mengira ada perasaan
sedalam itu anatara Justin dan Selena. Shara menyesali kenapa dia harus
hadir sebagai selingan dan jatuh telalu jauh dalam kilatan mata pencair
tembaga itu. Kini, saat kedua tokoh utama dalam cerita telah bersatu
lagi. Apa yang diharapnya?
Dan lagi-lagi airmata, kelompok bening yang selalu mengekori jejak
pendahulunya ikut terembers. Jangan begini, batin Shara sendiri. Setetes
jatuh, yang lain pasti mengikuti, jangan...
Dengan fokus pandangan mulai mengabur, Shara menangkap sesuatu berkilat
dalam slide photo albumnya. Ternyata kilatan itu adalah sebuah foto yang
memantulkan sebuah benda berbulu putih yang sedang duduk manis di dekat
dirinya. Justin-bearnya.
Shara terhenyak, merasakan kenangan mulai menguburnya dalam kepahitan
tak tertanggungkan. Justin yang pernah berusaha kelewat keras untuknya
itu, masihkah ada disana? Masihkah ada utnuk merengkuhnya?
Shara tidak mengerti lagi. Bukankah dia sudah mempersiapkan diri? Lalu
kenapa hatinya mesti sesakit ini? Saat Shara dipaksa untuk mengerti,
akumulasi kebenaran yang ia lesak terlalu kuat akan menohoknya kembali
hingga ia tak mampu merasakan apa-apa lagi. Segalanya berputar di kepala
Shara, merasuknya hingga hampir gila. Semua yang pernah terjadi,
dijejalkan lagi padanya saat ini. Setiap kenangan, ejekan, rengkuhan,
keharuman hingga tampikan membaut gadis itu terperosok makin dalam.
Shara memukuli ulu hatinya sendiri. Tidak mengerti kenapa ia harus
menyayangi Justin sedalam ini. Sudah, berhenti. Berhenti. Ia mengusap
sungai kecil yang menganak di pipinya, memekik dalam hati agar kelanjar
air matanya lebih baik tak usah berfungsi. Ia hanya mau ada Justin
disini. Mendekapnya lagi. Bukan Selena.
Mungkin Justin, pemuda yang sedang menyesak hati Shara itu, tak tahu
bahwa apa yang pernah ia pinta telah terjadi malam ini. Harapan yang
pernah Justin panjatkan pada suatu malam berhujan dikereta gantung.
Akhirnya, Shara menangis untuknya. Dan bahkan ia tak berada disini untuk
melihat keinginannya sendiri terwujud.
Tak lama perasaan surut pula. Shara mendesah saat mendapati keheningan
bergaung keras pada kamarnya. Tergoyak hati ingin melihat wajah pemuda
beralokasi tampan yg mungkin saat ini sedang mengarungi mimpinya. Shara
beranjak keluar kamarnya, saat sisi lift telah tampak dua meter di
hadapannya, gadis itu memutuskan berbalik lagi. Dan dengan langkah ragu,
ia berjalan mendekati salah satu pintu kamar yang terletak di ujung
lorong. Ia memutar kenop pintu lalu melongok,
"Jus...tin?" panggilnya pelan dengan sarat kecemasan. Shara menghela
nafas lega saat menemukan pemuda yang dicarinya tengah tertidur pulas
dengan nafas teratur.
Gadis berwajah tirus itu menggigit bibir, lalu memutuskan masuk, menutup pintu dan berjalan mendekati tempat tidur kekasihnya.
"Hhhh" nafas Shara tercekat saat melihat pemuda itu. Tertidur sambil
tersenyum manis seakan sedang bermimpi sesuatu hal yg sangat
menyenangkan. Shara tersenyum miris lalu berlutut di samping tempat
tidur. Ia mengusap tangan halus Justin entah untuk apa sambil menghela
nafas lagi.
Ia tidak menyangka perjalanan cintanya harus membuat dirinya sendiri
menegar padahal ini sangat membuatnya merapuh. Kepergian sosok pemuda
ini ternyata betul-betul membuat Shara seakan kehilangan separuh
nafasnya.
Tak lama, Shara menatap Justin yang masih tertidur.
"Sleep tight, babe..." bisiknya pelan, lalu mengecup pipi Justin yang
sempat menggeliat sekilas. Setelah itu, Shara berusaha tersenyum. Karena
ia tahu, paling tidak harus ada yang cukup tegar untuk dirinya. Cukup
tegar untuk menunjukkan bahwa hidup harusnya tidak lantas berhenti
setelah kepergian yang memang menelangsakan hati ini.
Shara bangkit berdiri lalu mengambil langkah panjang menuju luar kamar, lalu bergegas bergerak ke arah kamarnya.
***
- Selena's POV -
Bahkan sebelum sayap fajar membentang, gadis itu telah terjaga dari
tidurnya. Ia menurunkan selimutnya, mengerjap sekali lalu bangkit dan
duduk bersandar di kepala ranjang. Untuk alasan yang tak kasatmata, ia
menghela udara dan tersenyum cerah dengan perasaan senang yang
membuncah. Mengingat mimpi-mimpi panjangnya yang terasa nyata.
Shara menghembuskan nafas, lalu bangun dari tempat tidur dan berjalan
pelan menuju jendela besar yang terletak di sudut kamarnya. Ia menyibak
tirai gading besar disana lantas tersenyum pula pada bias keemasan yang
menerpa kaca dan memantul dari sepasang mata coklat tua miliknya. Ah,
matahari. Bukankah setiap pagi hari adalah sebuah keajaiban baru yang
patut disyukuri?
Ia menghirup udara hingga memenuhi rongga paru-parunya lalu berbalik dan
bersenandung pelan sambil menyiapkan diri untuk berangkat mengikuti
sebuah konser Justin.
Selesai berbilas, gadis berdagu lancip itu mengenakan pakaian santainya,
Lalu tak lama menarik bangku dan duduk untuk mematut diri di hadapan
kaca rias, mengambil sisir untuk merapikan rambut dan bersolek natural.
Setelah sekali lagi mengecek kerapihan pakaiannya, gadis itu menyambar
Anya Hindmarch dan ponselnya lantas berjalan meninggalkan kamar saat
sebuah ketukan dipintu mengalihkannya.
Senyum otomatis terpulas pada wajah manis Selena saat melihat seorang pemuda tampan berdiri tegap dihadapan pintunya.
"Good morning, Sleep well, princess?" Sapa lembut Justin yg membuat
gadis itu tersenyum saat mendapati sebuah sapaan manis singkat yang
menyejukkan hati.
"Morning, price. Yes, dreamed about you" balas Selena.
Justin. Pemuda inilah yang menjadi alasan bagi Selena untuk memulai
hari. Untuk menguatkan diri. Pemuda yang tanpa sengaja dimaksudkan dan
sudah menasbihkan diri harus membuatnya tersenyum lagi.
"Are you ready?" Ucap Justin yg langsung mengamitkan tangannya untuk digandeng Selena.
Gadis itu menarik sebuah senyum lagi saat Justin menepuk lengannya. Ia
menahan nafas lalu melirik ke arah ranger rover Justin, tergerak untuk
menanyakan sesuatu
"Em.. Shar.."
Justin mengangguk cepat sebelum Selena selesai melontar pertanyaan, seakan ucapan itu mengganggunya,
"Never mind... Imagine there's nobody" kata pemuda itu sambil mendorong lembut bahu Selena agar berjalan mendahuluinya.
Gadis itu mengulum bibir. Menyadari dan menyerapi kata per kata dari
kalimat singkat Justin tadi. Mungkin ia sebenarnya tak perlu repot-repot
mencemaskan Shara. Ketidakacuhan Justin yang begitu jelas, membuat
Selena diam-diam menghela nafas lega. Takkan ada yang mengganggu mereka,
bahkan Shara.
Buru buru ia enyahkan beban pikiran yang masih bergelantungan di
benaknya. Mengacuhkan tuntutan 'moral' yang terelu dan terasa terlalu
mengganggu. Tak ada yang boleh membuat pagi ceria ini terkontaminasi. Ia
harus belajar bersikap tak peduli.
Selena melangkah masuk dan duduk di jok depan, lalu menarik nafas
panjang sambil mengalihkan pandangan dan tersenyum pada Justin yang
menyusul masuk.
Pemuda itu mulai menggerakkan tuas gigi saat ia menoleh ke arah Selena,
"Eh, Sel, I have.." ujar Justin sambil mengangkat alis, membuat gadis berdagu lancip itu mengerutkan dahi.
Justin merogoh rogoh dasbor mobilnyanya. Ia tersenyum tipis saat jemarinya mengapit sebuah jepit mungil beraksen pita.
Justin mengacungkan sebuah jepitan beraksen pita berwarna merah muda ke
hadapan Selena. Justin menyusupkan jumputan rambut gadis itu yang
lagi-lagi berkeliaran, Justin mengangkat poni Selena ke atas, lalu
menahannya disana. Ia memagut mata gadis itu, pemuda itu, tersenyum
pelan lalu menyematkan jepitan besar yang dibelinya untuk menahan poni
Selena, agar diam disana sementara.
Selena pun tersenyum manis pada Justin saat selesai memakaikan jepitan
itu lalu Selena melihat refleksi dirinya dari tuas kaca spion.
Justin kembali melayangkan tangan ke puncak kepala Selena lalu mengetuk
jepit kecil yang menahan poni gadis itu, tersenyum tertahan.
"You look beautiful and Its more beautiful than..." Justin menggantung
kalimatnya, mendelik ke arah belakang sebentar menangkan mata Shara yg
sekarang sedang menelan ludah saat Justin mencoba membandingkan
jepitannya dengan jepitan pemberian dari Chaz.
Pemuda itu menatap Selena lagi, lalu tersenyum sebentar. Ia melepas
tangannya dari puncak kepala gadis itu lalu mulai menggerakkan setir.
Selena mengernyit sebentar lalu memutuskan mengangkat bahu sendiri
melihat keanehan pemuda di sebelahnya. Tak lama, ia tergerak untuk
melirik Shara dari kaca depan yang menggantung di langit-langit mobil.
Menyadari gadis berambut lurus di belakang sana tengah membuang
pandangan ke luar jendela. Seakan pikirannya melayang entah ke mana.
Tapi Selena tahu pasti bahwa Shara tengah berusaha keras berpura-pura.
Atau menulikan telinga. Tentu saja. Karena gadis berwajah tirus ini
sendiri pun pernah melewati fase seperti itu.
Selena mengulum bibirnya lagi. Sejujurnya, ia tidak begitu peduli.
Lagi-lagi direpetisinya pembenaran itu dalam hati. Tidak akan ada yang
salah dalam cinta, Kan?
***
Pemuda yang tengah naik daun dalam masa popularitasnya kini sedang
melantunkan suara merdu dari pita tenggorokannya, melangkah dengan
giring-giring beberapa penari latar di belakangnya, serumpunan manusia
kini mendampingi dengan menabuh alat alat musik dibalik beberapa
interior properti disetiap sudut panggung dan kilauan lampu yang
menggema dekup meriah. Rupanya, Malam ini konser Justin Bieber di Hyde
Park, London sudah digelar.
Shara dan beberapa kru lain sedang menatapi pemuda itu di sisi panggung,
dengan energi yang membahanam Shara terus menerus menonton pemuda, tak
terbesit untuk berteriak memanggil nama Justin sekencangnya, sekerasnya
sambil meloncat loncat seperti dahulu.
Sedangkan, sosok yang sedari tadi menjadi objek bahasan, telah mengintai mereka dengan tatapan matanya diatas panggung.
Shara tersenyum, miris saat tradisi OLLG yang ikut mengingatkan dirinya
saat menjadi OLLG di Indonesia. Akan kah semua kembali? Shara tersenyum
miris.
***
Setelah memakan waktu kurang lebih 2jam, konser Justin pun berakhir. Tak
ayal Shara langsung kembali ke belakang panggung, berjalan menunduk
hingga tak sadar dirinya menubruk seseorang.
"So..sory" ujar Shara sambil menjulurkan tangannya.
"never mind" jawabnya singkat.
Shara terbelalak saat dirinya menangkap juru mata itu, ternyata dia baru saja menabrak Selena.
Selena yg terjatuh dengan perlahan bagun lalu membersikan titik titik pakaian yg mungkin tersirat noda. Tiba tiba...
"Sel? What happened?"
Shara dan Selena melirik ke arah sumber suara, Justin. Justin tengah
berjalan kearah mereka lalu melirik Shara dan Selena bergantian. Justin
tersenyum lalu merengkuh pinggang Selena dan Selena menyampirkan
tanganya kebelakang leher Justin.
Sontak kejadian ini membuat Shara mematung, ia berdoa agar semua organ
tubuhnya mati, agar matanya buta, agar semua pikirannya hilang.
"Are you tired?"
"I am..."
"This.. Ur drink..."
Shara seketika terpaku saat matanya menatap apa yang sedang dilakukan
pasangan di depannyanya. Tuhan... Jika kau ingin mengambil nyawaku,
ambillah sekarang, Doa Shara dalam hatinya.
Tak lama, Justin yang merasa diperhatikan menoleh pula. Masih
melingkarkan tangannya dipinggul Shara, pemuda itu tanpa sengaja menatap
tepat di manik mata Shara lalu ikut mematung saat sebuah perasaan aneh
menohoknya. Kilatan dua mata bening polos itu seakan sedang mendakwanya.
Shar meneguk ludah,
"So..so..sorry.." ujarnya sambil menunduk.
Keduanya pun langsung melepas rengkuhannya dan memberikan Shara sebuah
ruang untuk melewati mereka. Shara lalu bergegas menundukan wajah tanpa
berniat melirik sedikit pun lagi ke arah Justin. Gadis itu menarik udara
dan menghembuskanmya lamat-lamat, lantas mengulangi prosesi itu
beberapa kali. Berusaha menetralkan pikiran. Menyesali mengapa pula
dirinya harus ditakdirkan melihat peristiwa romantis tadi dua-kali.
***
- Justin's POV -
Picture perfect memories
Scattered all around the floor
Reaching for the phone 'cause
I can't fight it anymore
Setelah wangi gadis yg ditampiknya, Justin tanpa sadar masih
memperhatikan gerak-gerik Shara begitu lekat hingga tubuh tegap Shara
hilang dibalik pintu.
Justin tak tahu apa beda mimpi, memori dan fatamorgana. Karena
sepertinya semua hal yang ia sebut tadi sedang mengacaukan pikiran
pemuda itu bersamaan. Ia tak mengerti apa mimpi bisa sepadat memori,
atau apa memori bisa semenggoda fatamorgana atau apa fatamorgana malah
menjadi sesuatu yang teringat bukannya terlihat. Karena sesungguhnya
bayangan gadis itu mengganggunya. Melayang-melayang seperti kabut di
lekukan otaknya. Apa yang pemuda itu anggap sebagai bunga tidur malam
tadi, ternyata tak bisa tak diindahkannya. Bayangan itu. Gadisnya.
Justin berdeham kecil, lalu membiarkan matanya menelusuri permukaan
dinding yang sama hingga fokusnya kini menangkap gerakan wajah sosok
lainnya. Pemuda itu menatapi potongan wajah tirus Selena yang sebagian
tertutup tirai rambut ikalnya. Ia menghembuskan nafas panjang, berusaha
membenahi benaknya. Berupaya mengatur siaran yang seharusnya menetap
pada frekuensi yang tak berubah. Frekuensi Selena.
And I wonder if I
Ever cross your mind
For me it happens all the time
"Justin.. Its.." Selena menoleh ke arah Justin lantas terdiam saat
melihat pemuda itu memasang ekspresi tajam sambil bergerak pelan
mendekatinya.
"Sel..."
Selena tersenyum bingung, jengah saat mendapati tatapan Justin seakan
hendak menelannya bulat-bulat. Selena menahan nafas saat pemuda itu
tiba-tiba menggerakkan tangan di depan dahinya.
Justin menyeka anak-anak rambut yang berkeliaran di luar jepit poni
Selena lalu menelaah profil wajah gadis di hadapannya dengan seksama.
Pemuda itu menelan ludah, ketika jemarinya tiba di sudut mata Selena.
Ia terkesiap saat dalam penglihatannya, bola mata coklat tua disana
berubah menjadi kilatan bening yang tadi mendakwanya. Rambut ikal Selena
seketika memanjang lurus tiba-tiba, sedang dagu tirusnya mulai menumpul
dan melembut perlahan. Harum yang melayang dan terendap dalam ingatan
Justin sejak ‘mimpi’ kemarin itu menguar tanpa permisi. Karena tanpa
sebab, dalam pantulan pencair tembaganya, bukan Selena yang berada di
hadapannya melainkan Shara.
"Justin?" suara renyah penuh kebingungan milik Selena menyentak Justin
seketika. Pemuda itu mengerjap lantas meluluhlantakkan visualisasi
transformasi wajah yang terjadi begitu mendadak tadi.
It's a quarter after one
I'm all alone
And I need you now
Said I wouldn't call
But I've lost all control
And I need you now
And I don't know how
I can do without
I just need you now
Justin terperanjat, secara reflek melepas jemarinya dari wajah Selena
yang sedang mengernyit. Pemuda itu memijat tulang hidungnya tanpa sadar,
mendadak kepalanya disergap kepeningan luar biasa. Karena ia menyadari
hal ini harusnya tak terjadi.
"I.. I go outside.. Okey"
"Are you sick?" Tanya Selena seakan merevisi.
Justin menggeleng, tersenyum pelan menutupi hal aneh yang selintas
dirasanya pada gadis ini. Ia tersenyum lalu menepuk puncak kepala Selena
pelan dan berjalan menuju pintu keluar ruangan itu.
"Justin?" panggil Selena pelan pada pemuda yang sedang berjalan memunggunginya.
"Hmm?" jawab Justin singkat sambil membalikkan badan.
"Don’t ever leave me, do you?" tuntut Selena cemas, entah kenapa terbeban untuk bertanya seperti itu.
Justin terdiam sebentar lalu tersenyum tipis.
"I.... never do that” katanya menenangkan.
Selena mengangguk pelan sambil menggembungkan sebelah pipinya.
Another shot of whiskey
Can't stop looking at the door
Wishing you'd come sweeping
In the way you did before
Justin berjalan sambil memijat sebelah keningnya yang berdenyut-denyut.
Ia memandang lurus ke arah jalanan di hadapannya. Lalu tanpa diperintah,
jantung pemuda itu bertalu semakin vital seiring inci demi inci yang
ditempuh kakinya. Saat kornea matanya membawa kerumunan kru nampak di
depan mata, alam bawah sadar Justin bergegas menuntut apa yang harus
didapatnya sekarang juga. Harum dalam ‘mimpi’ itu.
"Do you see Shara?"
"Don't..."
"Where's Shar?"
"I haven't seen"
"Wilsoooon... Do you know where Shara is?"
"I think she's with you..."
Justin menjenggut kepalan rambutnya. Kenapa semua orang tidak ada yg
mengetahui keberadaan Shara. Justin menghela nafas panjang berlari
hingga berhenti tepat di depan pintu utama.
Akhirnya, keinginan kuat yang susah payah ditekannya mulai menggelegak
dan meluber keluar. Menetesi tiap langkahnya untuk mencari. Justin
melangkah pelan melewati pelataran parkir, insting gila itu
mengilhaminya untuk melacak ke tempat dimana gadis itu seharusnya
berada.
And I wonder if I
Ever cross your mind
For me it happens all the time
Justin seperti bermimpi dalam keadaan terjaga. Bergerak layaknya orang
yang berjalan dalam tidur. Sesuatu memicunya untuk berjalan mendekati
gadis yang memunggunginya di sebuah taman.
Rambut Shara yang terkuncir asal, bergoyang pelan, seakan memandu Justin
untuk melangkah ke arahnya. Ketika mendekati Shara, pemuda itu memberi
isyarat diam-diam menyisakan dirinya dan Shara. Harum yang sejak malam
tadi membayanginya makin bergemuruh. Wangi campuran kayu manis dan
hydrangea yang memabukkan.
"I wake up to your sunset...It’s drivin m..." saat membalik badan dan
mendapati siapa yang sedang mematung di belakangnya, Shara terperanjat.
It's a quarter after one
I'm a little drunk
And I need you now
Said I wouldn't call
But I've lost all control
And I need you now
And I don't know how
I can do without
I just need you now
Satat gadis itu mengangkat wajah dan terpana, Justin seakan baru
menyadarinya. Entah apa yang membuat gadis itu tampak begitu mempesona.
Mungkin sepasang mata beningnya yang kini membelalak lebar, mungkin
hidung bangirnya yang mengalir sempurna dengan dua alis terpecah di atas
mata, mungkin bibir mungilnya yang kini terbuka beberapa senti atau
mungkin juga karena anak-anak rambut yang direkatkan keringat pada
bingkai rahang lembutnya.
Kesederhanaan yang biasa dan luar biasa di saat bersamaan. Kecantikan
yang tidak disengaja. Justin terpaku saat memperhatikan sebulir keringat
menuruni dagu dan leher jenjang gadis itu. Seakan ia tak pernah punya
cukup waktu untuk mengagumi gadis itu sebelum ini. Dan Justin membiarkan
gadis itu menyihirnya, mengabaikan detak-detak terlewat tanpa suara,
membiarkan logikanya bungkam dan alam bawah sadarnya berbicara.
Whoa, whoa
Guess I'd rather hurt
Than feel nothing at all
Saat Shara mulai bergerak gelisah, berniat merubah posisi, pemuda itu meneguk ludah.
"Ssssh...stay" perintahnya pada Shara.
"Just a minute" kata Justin tanpa sadar mengulang kata penggagal
keputusan Shara malam itu. Justin berjalan mendekat hingga berbuah jarak
beberapa senti ke depan Shara, Justin membiarkan aroma gadis itu
merasuk tulangnya dan pemuda itu pun menahan nafas dan mulai
menggerakkan tangannya untuk merengkuh wajah Shara.
It's a quarter after one
I'm all alone
And I need you now
And I said I wouldn't call
But I'm a little drunk
And I need you now
Drrt .. Drrt ..
Justin mendengus seketika saat getaran ponselnya membuat pemuda itu harus kembali menurunkan tangan.
From : Selena
Where r u now? Someone's looking at you, kinda miss :p
Pemuda itu menatapi layar ponselnya, lalu memandang ke arah Shara. Ia
tertohok ketika kesadaran menghantamnya. Sang euphoria baru saja
berkata, bahwa secara tidak langsung gadis itu telah mengganggunya.
Shara masih menahan nafas, tidak mengerti kegilaan apa saja yang sedang
terjadi. Kenapa Justin menjadi berubah tiba-tiba, seperti berkepribadian
ganda. Kadang begitu, kadang begini. Tadi pagi menampiknya dan kini
menghampirinya.
Gadis itu mengernyit makin heran saat melihat Justin menyambar selembar
sapu tangan berwarna coklat dari saku belakang celananya.
Pemuda itu menghembuskan nafas pelan. Seharusnya, gadis ini tak boleh
terlihat begitu cantik di hadapannya. Tak boleh menghantuinya. Tak boleh
membuat Selena terdepak dari batok kepalanya.
And I don't know how
I can do without
I just need you now
I just need you now
Setelah itu, Justin bergerak mengulurkan tangan untuk menyeka wajah
penuh keringat milik Shara. Ia mengikuti lekuk demi lekuk wajah Shara
dengan pelan, Ia menghapus pula bayangan gadis yang bahkan masih
meracuni logikanya meski sudah sedekat ini.
Ketika selesai, Shara merasa sebuah rengkuhan, ia menampik diri Justin memeluknya perlahan.
Shara semakin bingung sewaktu Justin memandangnya dalam sekali lagi
lantas bergegas pergi tanpa satu pun tambahan kata. Tapi tak bisa
dipungkiri, ada bagian hati gadis itu yang berkobar liar.
Tiga kata ajaib dari Justin itu, tiga kata serupa dengan ujaran yang
menjadi pematah niatannya kala itu seakan menutup semua sayatan yang
tertoreh menganga. Walau gadis itu tak mengerti. Meski tak lagi terbuka,
sayatan itu toh tak bisa menyembuhkan dirinya sendiri.
Kamuflase ini, izin Shara untuk membiarkan dirinya tersakiti lagi dan
lagi akan membuat semua guratan menumpuk menjadi luka bernanah yang satu
saat takkan mampu lagi terobati.
I just need you now
Oh baby, I need you now
(Need You Now – Lady Antebellum)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar