Re-post
...:: How To Love ::...
Part 16
Story by @BieberLSIndo
***
I loved a lot because of you. I laughed a lot because of you. I believed
in love because of you. I cried a lot because of you. And now I'm
heartbroken because of you.
- Justin's POV -
Shara tak tahu bahwa tak berapa lama setelahnya, Justin membuka mata
saat kesadaran menyapa dan mengerjap bingung. Tadi ia bermimpi kah?
Bahwa gadis itu datang dan ia memeluknya? Justin bergidik. Tak begitu
ingat apa yang dikatakannya. Tak tahu bahwa buncahan rasa yang
ditekannya sejak hari ini, menggelegak keluar tanpa sadar. Rasa yang
ditampiknya menyelinap mengalahkan sang euphoria, lalu mengambil alih
alam bawah sadarnya yang tadi sempat terjaga. Meski rasa itu kini telah
dikubur lagi oleh pemiliknya.
Maka kesimpulannya, sebelum ini Justin terbangun dengan rasa dan alam
bawah sadar yang menguasainya. Tanpa logika. Yang bahkan tak
disadarinya. Lalu kini? Pemuda itu menggeleng sendiri, berusaha
mengenyahkan aroma gadis yang terasa begitu nyata di otaknya dan ganti
memikirkan Selena dengan sengaja.
***
- Shara's POV -
2 days next...
3.27pm. The Oliver Messel Suite Hotel, London.
Sore itu terjaga, Shara mengaduk jus jeruknya dengan lesu untuk menyeka
gumpalan keringat. Dengan malas Shara mencoba menenangkan hatinya,
menengarkan sebongkah hati untuk menelan sejuta rahasia dibalik halaman
hidupnya. Tenang, ini semua akan berjalan aman-aman saja, sanggah gadis
peluh dalam lubuk hatinya.
3 hari kedepan Shara akan melihat dua pelaku drama serial "kehancuran
hati" miliknya akan semakin menjadi, bagaimana tidak, 3 hari ini dia
akan ikut serta dalam konser Justin di London, jika bukan karena ayah,
mana mau gadis ini ikut terlarut dalam hari hari kedepan.
Suara dentingan yang timbul saat sendok beradu dengan gelas membuatnya
menghitung helaan nafas satu-satu. Tak lama, gadis itu mengangkat wajah,
menelaah isi sebuah restoran lalu membuang pandangan ke arah dua orang
pemuda di hadapannya. Ryan dan Chaz duduk di sebrangnya. Di balik meja
yang sama, mereka tengah menghadapi sebongkah hotdog berukuran hampir
tiga puluh senti. Tanpa sadar Chaz memandangi Shara sambil memutar bola
mata. Shara tersenyum tipis pada Chaz lalu menyeruput jus lewat
sedotannya.
Tiba-tiba entah darimana munculnya, terdengar suara bernada intimidatif.
"May I sit here?"
Shara menengok lalu terkaget kaget melihat Justin berdiri pongah. Shara
mengernyit. Justin menarik bangku di sebelah Shara lalu menghempaskan
tubuhnya disana lalu ia mulai menyantap frozen yogurt-nya. Sesudah
menelan satu suapan, ia seakan baru menyadari keanehan,
"Something's wrong here?" kata Justin merujuk pada tiga orang lainnya di tempat yang sama.
"What's wrong?" sahut Chaz, sedangkan Ryan hanya mengangkat alis sambil menyeruput jus pesanannya.
Justin menggulum bibirnya, merasa ada keganjalan disini.
Ryan langsung menyambar,
"Something's wrong because of Shara's here with us and you..." celotehan
cablak Ryan terputus, digantikan tatapan garang pemuda itu pada Chaz
yang baru saja menginjak kakinya dengan sengaja.
Tanpa penyelasaian ucapan pun, Justin sudah mengerti maksud Ryan. Ia
lalu melirik Shara yang sedang menatap jusnya dengan pandangan hampa.
"You don't eat, do you?" tanya Justin (berusaha) peduli sambil menyuap strawberry toppingnya.
Shara cuma menggeleng.
"Emm..." Justin mengangguk mengerti.
Shara mengernyit ke arah Justin, lalu memutuskan mengikuti arah
pandangan pemuda itu. Ia mendesah panjang. Pantas saja. Selena ternyata.
Tengah menyantap sebuah kerucut Banana Split crepe sambil berjalan ke
arah meja mereka. Gadis itu cepat-cepat membuang muka lalu mengalihkan
konsentrasi pada jus jeruknya yang tiba-tiba terasa sangat perlu
diperhatikan. Bunyi dentingan yang disengaja Shara tak lama tersamarkan
oleh ketukan sebuah sepatu dengan dendangan bersahutan nan harmonis.
Shara merasakan tubuhnya menegang. Entah kenapa, ia berupaya menatapi
pinggiran meja di hadapannya dengan begitu seksama. Meneliti tiap serat
seakan ada petunjuk letak harta karun disana. Lalu seakan atmosfirnya
kehabisan udara, Shara bisa merasakan muaian panas tubuh seseorang yang
begitu ia kenal memancar tegas di balik punggungnya. Nampaknya, Justin
baru saja beralih beranjak berdiri tepat di belakangnya.
"Justin aaah!" ujar sebuah suara renyah juga tak jauh di belakang Shara.
Ah. Justin bersama Selena. Jelas saja.
Shara menggigiti sedotannya gelisah. Salah tingkah. Gerak geriknya mulai
kaku. Ia tak tahu mau apa dua sejoli itu mengapa harus berada di meja
mereka.
"I've been looking at you Justtttin! I wanna go outside, go with me, oke?"
Shara mengangkat wajah, melihat Ryan yang tersenyum kearah dua sejoli itu.
Gadis berambut panjang itu langsung menunduk lagi. Merasakan desau angin
menghantarkan desah nafas khas Justin untuk menggelitik telinga dan
mencekat nafasnya. Shara menghela udara. Kenapa pula harum pemuda itu
harus begitu mengusiknya?
Sementara Selena bisa melihat tubuh Shara mengejang sedari tadi. Saat
menyadari ekor mata Shara mulai menuju ke arahnya, entah kenapa Selena
membiarkan tangannya menubruk telapak Justin. Gestur yang secara reflek
membuat pemuda itu bergerak menggenggam jemarinya. Selena mencengkram
telapak Justin. Seakan berniat mematenkan kepimilikan akan pemuda di
sebelahnya, menyombongkan diri kalau Justin sekarang miliknya terhadap
Shara.
"Cmooon! Guys, see ya later" ujar Selena lalu menarik Justin menjauhi meja Shara, Chaz dan Ryan berada.
Lalu tak lama Selena tersentak saat Justin berhenti dan menahan
tangannya. Selena berbalik menghadap Justin dan mengernyit "why?"
"You..." Justin menatap tautan lengannya, lalu tiba-tiba bingung mau
berkata apa. Ada hal aneh yang membuatnya terheran tiba-tiba,
"Emm, nevermind. Forget it" ujar Justin akhirnya.
Sementara di meja TKP, Shara mendesah tak kentara. Yang ternyata justru
tertangkap jelas oleh Chaz dan Ryan. Mereka bertiga terdiam beberapa
saat hingga Chaz mengumam seuntai kalimat.
"I don't understand what she meant"
Shara menahan nafas, lalu menoleh ke arah Chaz.
"Which the meant?"
Chaz mendengus, memutar bola matanya.
"What did Selena mean? Why did she do in front us, espc you?"
Chaz menarik nafas, lalu menatapi Shara lagi.
"You still have a relationship with Justin, don't you?"
Shara berdeham salah tingkah, melirik dua jaksa yang seakan sedang mengadilinya sambil menyesap jus,
"M .. m ..I do," mungkin, tambahnya dalam hati.
Chaz mengangkat satu ujung bibirnya sinis,
"So it means, Justin's cheating you or Selena steals Justin from you?"
Shara tersedak, lalu buru-buru menelan cairan yang menyumbat
tenggorokannya. Sambil memuntir sedotan di lintingan telunjuk dan ibu
jarinya, Ia terdiam,
"No... Justin isn't cheating me and Selena doesn't steal him from me... They just.. Emm.."
Chaz memutar bola mata bingung, sementara Shara mendesah berkata pelu sambil beranjak,
"I...I wanna go outside byee...."
***
If I should die before I wake
It's 'cause you took my breath away
Losing you is like living in a world with no air
***
Shara membiarkan sepatu bermerk All Star yang digunakanya melayang di
atas rerumputan hijau, menggerakan tangannya melambai melawan angin,
memusatkan semua inti sarafnya ke sebuah lagu yg berputar di balik
headsetnya untuk menerpa sebuah pemandangan yang menenangkan hatinya
saat ini, sendiri, disebuah taman dekat hotel tempatnya menginap.
Setelah beberapa saat menghalau angin yg membuat helaian rambutnya
mengibas berbentuk abstrak, Shara mengerutkan kening begitu dalam. Ia
menghela nafas. Berusaha memusatkan perhatian pada seuntai lagu yang
teracak sendiri, mengalun ditelinganya.
"... That I'm leaving for you
Cause I hate that you left without hearing the words that I need you to..."
"Let's take a picture here"
"Ahahaha no Justin, your face..."
"Ahhh no no again"
Shara menggigit bibir. Merutuki dialog yang memecahkan konsentrasinya.
Menyerapahi telinga sialannya yang entah kenapa menjadi begitu peka
sepanjang hari ini, suara itu, kenapa kedua objek itu berada ditempat
yang sama dengannya.
Gadis berambut panjang itu kembali mencoba memusatkan perhatian untuk
menelaah lirik tiap lirik lagu Miley Cyrus berjudul I Hope You Find It.
Menekan keinginan yang selalu datang memerintahnya untuk menoleh ke
belakang. Shara mulai membesarkan volumenya.
"...hope your happy, wherever you are
I wanted you to know that
And nothings going to change that
And I hope you fi..."
"Aaaaah Justin, my iceeeee aaaah" suara renyah itu menjerit gemas.
"Hahahaha sorry, baby"
Tanpa sadar, saat mendengar tawa renyah Justin dan Selena dari
belakangnya, Shara mengepal tangannya kuat-kuat. Hingga kepalan
tangannya berubah memucat. Gadis itu mendengus pelan lalu meneruskan
memusatkan pikirannya pada lagu yg mengalun.
"...was I was nothing but a broken heart talking baby, you know that wasn't what I meant..."
Belum lagi selesai, dua hal terjadi pada saat bersamaan. Shara bisa
mendengar suara-suara ini datang begitu tiba-tiba. Bunyi gesekan kursi
taman, suara bariton yang berkata samar dari balik punggungnya,
"Selena, your voice"
dan akhirnya teriakan kencang seseorang yang memanggil namanya dari
pojok taman, yang lalu menyentak reflek tubuhnya untuk berbalik.
Shara seketika terpaku saat matanya menatap apa yang sedang dilakukan
pasangan di belakangnya. Justin sedang berdiri di depan Selena yang
tengah menahan nafas. Pemuda itu sedang mengurai serpihan leleh ice
cream yang entah bagaimana ceritanya bisa menempel pada jumputan wajah
sang gadis.
Semakin lama mereka berdiri tanpa jarak, membuat nafas Shara tersedak
seakan tidak mempunya ruang oksigen disana saat retina bola matnya
meluncur kesebuah banyangan nyata jika Justin baru saja mencium pipi
Selena.
"Aaaaah Justin!!!!" Geram perempuan dihadapan Justin, Pemuda itu
tersenyum tipis, Selena menjulurkan lidah lalu menyikut rusuk Justin.
Tak lama, Justin yang merasa diperhatikan menoleh pula. Masih memegangi
pipi Selena, pemuda itu tanpa sengaja menatap tepat di manik mata Shara
lalu ikut mematung saat sebuah perasaan aneh menohoknya. Kilatan dua
mata bening polos itu seakan sedang mendakwanya.
"SHAAAAR" jeritan cempreng seseorang membuat Shara mengerjap ,
memaksanya melelehkan bekuan waktu yang terjadi dalam satuan detik tak
terkata tadi. Gadis itu bergegas menoleh ke arah sang oknum pemanggil.
Shara mengangguk pelan, lalu bergegas membalikkan badan tanpa melirik
sedikit pun lagi ke arah Justin untuk berjalan kearah Chaz yang
memanggilnya. Gadis itu menarik udara dan menghembuskanmya lamat-lamat,
lantas mengulangi prosesi itu beberapa kali. Berusaha menetralkan
pikiran. Menyesali mengapa Chaz harus memanggilnya dan mengapa pula
dirinya harus ditakdirkan melihat peristiwa romantis tadi.
"Chaz?"
"Your dadddd is looking at you, cmon back to hotel"
Shara mengangguk dan berjalan mengintimidasi sosok pemuda didepannya.
***
- Selena's POV -
Sementara sosok gadis lainnya menggigit bibir ketika melihat Justin
tanpa sadar masih memperhatikan gerak-gerik Shara begitu lekat.
Selena mendesah teramat pelan,
"Hei?" panggilnya.
"Eh.." Justin menoleh ke arah Selena yang mengerutkan dahi sambil
tersenyum bingung. Ia kembali memusatkan perhatian pada gadis itu dan
bergerak lagi untuk membersihkan serpihan Ice Cream yang tersisa lalu
melepas tangannya lalu tersenyum tipis.
Selena mendesah lega saat melihat Justin tak berubah. Tak menyadari
bahwa pemuda itu juga bingung sendiri, tak tahu kenapa kali ini butuh
usaha ekstra baginya untuk menahan diri agar tidak mencari-cari gadis
lain yang bukan di hadapannya ini.
***
- Shara's POV -
Ia berjalan pelan menuju lobby hotel, memperhatikan berapa banyak
kristal yang bergantung pogoh menjadi objek sebuah penyinar ruangan.
Sedangkan Chaz mengangkat wajah, lalu memperhatikan wajah Shara yg
berjalan disampingnya lekat-lekat dengan sengaja sambil mengangkat alis.
Shara menunduk jengah saat mendapati Chaz sedang memandanginya
bulat-bulat. Sesekali, ia menyisipkan jumputan rambut yang terjatuh
menutupi wajahnya ke belakang telinga, Shara terkejut sendiri saat Chaz
mengulum senyum melihat dua pipi Shara bersemu merah karena salah
tingkah. Ia tertawa pelan lalu kembali mengalihkan pandangan ke langkah
kakinya.
Setelah sampai dilantai tiga, tempat kamarnya berada, lorong di lantai ini sepi sunyi.
"Chaz, where's my dad?"
"Don't know, I think he's here" Chaz ikut mendesah panjang, lalu mengangkat bahunya, Tak lama ia mengerjap, teringat sesuatu.
"Eh Shar..."
Gadis itu berhenti melangkah, lalu berbalik saat melihat Chaz melangkah pelan ke arahnya.
Karena Chaz itu jelas lebih tinggi darinya, Shara harus mendongakkan
kepala. Menatap Chaz tengah merogoh saku setelannya dan mengeluarkan
sebuah bungkus plastic yang bergemerisik.
Shara ikut terperangah menyaksikan begitu sibuk sendirinya Chaz membuka
plastic itu dengam mimik lucu. Hingga keduanya tak mendengar deru halus
pintu lift baru memasuki pekarangan.
Chaz mengacungkan sebuah jepitan beraksen beruang berwarna coklat ke hadapan Shara lalu berkata,
"While I was walking to meet you in the park, i bought this..." ucapan yang membuat gadis itu mengerutkan kening.
Chaz tersenyum lalu menepuk pipi Shara pelan. Ia menyusupkan jumputan
rambut gadis itu yang lagi-lagi berkeliaran, Chaz mengangkat poni Shara
ke atas, lalu menahannya disana. Ia memagut mata gadis itu, pemuda itu,
tersenyum pelan lalu menyematkan jepitan besar yang dibelinya untuk
menahan poni Shara, agar diam disana sementara.
Tangan Chaz masih bertengger di puncak kepala Shara saat terdengar dehaman tak menyenangkan dari sebuah suara baritone.
"Ehem..."
Siapa yg sangka, Justin yg berdeham yg nampaknya sudah berdiri di bagian
depan pintu lift sejak tadi untuk membiarkan dirinya menyaksikan hal
ini.
Disisi lain, entah kenapa Shara tergeragap saat ditangkapnya sosok
pemuda tegap yang derdiri sejajar, bertahan, membuat Shara tak dapat
menahan diri untuk menyunggingkan senyum pada pemuda tampan yang sedang
berjalan ke arahnya.
Justin menatap gadis yang tersenyum ke arahnya tanpa ekspresi,
mengerutkan kening saat kilasan ‘mimpi’ itu hadir lagi, merutuki
harumnya yang terus melayang layang di udara. Justin memantapkan
fokusnya menuju pintu kamar yg dituju, jauh menembus tubuh Shara seakan
hanya ada udara disana. Lalu terus berjalan sambil membuang muka.
Sementara, Shara terpaku saat desauan angin menegaskan jaraknya dengan
tubuh Justin yang baru berlalu begitu saja tanpa kata. Senyumnya memudar
perlahan, lalu dirasanya saat tarikan nafas mulai menyiksa. Shara
menunduk saat dilihatnya penghancur tembaga yang begitu dingin di mata
pemuda itu, lalu ia alihkan pandangannya pada Chaz yang sudah menurunkan
tangan dari rambutnya.
Kedua sanak sahabat itu berpandangan begitu kaku. Mata keduanya berkilat
untuk alasan berbeda namun hampir serupa. Karena dua alasan itu
sama-sama bersangkutan dengan gadis yang berdiri di antara mereka.
Justin tiba-tiba mengerjap sekali lalu berdeham lagi. Ia tak tahu apa
yang membuatnya sekan begitu tersulut. Ada yang meraung pelan dalam
hatinya, tapi … tidak mungkin karena gadis itu.
Pemuda itu menghela nafas tak kentara, berjalan melewati Shara seakan
gadis itu tak ada disana lalu melirik sekilas ke arah Chaz sebelum
melanjutkan langkah tak acuhnya.
Chaz menghardik pemuda yang hampir melewatinya,
"JUSTIN!" serunya. Heran kenapa sahabatnya berubah menjadi buruk lagi
dan kenapa ia berbalik mengangkuhi Shara. Tanpa sebab. Tak ada
sebersitkah rasa hanya sekedar untuk menyapa gadis itu?
Justin mendengus malas, lalu membalik badannya,
"What?" ujarnya pelan, lalu melipat tangan di depan dada.
Chaz menggeleng-geleng sendiri, lalu mengedikkan dagunya kearah Shara yang terus melirik takut-takut.
Justin mencibir. Tak tahu juga kenapa sikapnya malah menjadi terlalu
defensif. Raungan yang ditampiknya kini berbalik menyerang kewarasannya.
Ia melirik Shara yang begitu diam,
"What happens with her ha?!" sindir Justin geram sambil menunjuk kearah Shara.
"Do you want her? if you want, you can take her, but please do not be
making out in front of me (kamu mau dia? Kalo kamu mau, kamu bisa ambil
dia tapi tolong ga usah mesar-mesraan di depan saya)" ketus Justin
sambil memicingkan mata lalu berjalan menghampiri sebuah pintu kamar.
Shara menggigiti bibir sambil memejamkan mata, tanpa sadar ia
mencengkram kuat-kuat telapak tanganya hingga buku jarinya memutih.
Penolakan itu... akhirnya terlontar juga. Ditambah kenyataan bahwa
Justin nampak tak sudi lagi menyebut namanya. Apa salah Shara
sebenarnya?
Gadis itu terus menggigiti bibirnya hingga berdarah, lalu merasakan
kesenyapan perih hati takkan bisa dikalahkan luka sekecil ini. Kata-kata
Justin tadi berulang dibenaknya. Jika bisa, Shara ingin sekali menampar
wajah angkuh Justin yang berani mentapnya dengan pandangan mencela
seperti itu. Walau ia sadar pada saat bersamaan, ia juga ingin tenggelam
daalm dekapan pemuda itu, yang lalu membisikinya penghiburan bahwa
kata-kata tadi hanya lelucon atau bahwa belakangan ini yang mengambil
alih tubuhnya bukan Justin sendiri. Bukan Justin.
Shara mengangkat wajah dan menyaksikan wajah Chaz yang selalu terlihat
tenang itu berubah berang. Tubuh pemuda itu mengejang, posisinya layak
anak panah yang siap dilesatkan dari busur untuk menyerang musuh, yang
kini dibidikkan pada Justin.
Gadis itu menahan tangan Chaz yang kelewat besar dengan tangannya
sendiri. Hingga pemuda itu merubah pandangannya. Mengganti tatapan
kemarahan dengan kekhawatiran. Shara merasakan bibrinya bergetar, lalu
berusaha mencari kekuatan saat Chaz menggenggam balik tangannya, lalu
entah untuk keberapa kali kini, Chaz melihat tetesan Kristal itu jatuh
dari sudut matanya.
"That's okey..." ucap gadis itu dengan fokus yang dikaburkan air mata.
Sementara Justin mengintip dari sela pintu. Melihat Shara menangis
seperti itu di dekat Chaz, membuatnya sedikit mengutuki diri sendiri,
tak tahu kenapa. Ia juga tak mengerti apa yang membuatnya menjadi
seketus itu di depan mereka berdua. Ada rasa asing yang dulu pernah
dikenalinya menyelinap, namun buru-buru dilarangnya untuk menyebar. Pada
hakikatnya,saat ini ia hanya boleh memikirkan Selena saja. Ya, tentu
saja. Tentu saja. Tak boleh ada ruang utnuk yang lain, bahkan untuk
Shara yang notabene secara resmi masih gadisnya.
Disisi lain, Shara, Ia menggigit bibirnya lagi, tak mengerti. Apa
pertahanan ini harus disertai kepedihan lagi? tanyanya sendiri.
Tentu saja, Shara. Kenapa kamu bodoh sekali. Tak ada perjuangan yang
menyenangkan. Kalau ada, maka namanya bukan perjuangan. Shara mendesah,
lalu tertawa frustasi. Harusnya ia tahu segalanya tak mungkin berubah
begitu saja.Tapi tak apa. Biar dijalaninya semua ini dan terus
diharapnya keajaiban yang tak mungkin terjadi.
***
Got me out here in the water so deep
Tell me how you gon' be without me?
If you ain't here I just can't breathe
There's no air, no air
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar