Re-post
...:: How To Love ::...
Part 11
Story by @BieberLSIndo
***
Cuap mesra embun pagi, menetes melunturi syahdu pilu. Pagi serupa kitab,
lembar awal dari cerita yang di tandai kejut curian dari sebuah
kecupan.
Justin sedang menggigiti apel berlapis lelehan keju kaman bej nya pelan,
Cheese Fondue, sebuah menu sarapan khas Paris sedang dilahapnya.
Justin tiba tiba tertawa pelan karena melihat Shara menusuk potongan
baguette dengan garpu, mencelupkannya ke dalam lelehan keju lantas
melahapnya. Gadis itu makan seperti anak kecil, menimbulkan percik saus
di beberapa tempat bahkan di sudut bibirnya.
Pemuda berambut coklat itu lalu meraih napkin di pangkuannya,
mengulurkan tangan dan mengusap sudut bibir Shara dari samping tanpa
permisi.
Shara terkesiap, karena ia sendiri sedang berkonsentrasi mengunyah
baguettenya, merasakan lelehan keju yang menambah kenikmatan sensasi
renyah roti Paris itu. Ia menoleh pelan ke arah Justin yang masih
tersenyum.
"Don't eat like a kid, shawty" bisik pemuda itu, membuat dirinya ikut tersenyum malu.
Shara menarik nafas samar, menelaah sebentar sekelilingnya.
"Tiiiin Tiiiin!"
Shara mengerjap, tersadar saat bunyi sebuah klakson mobil berbunyi didepan village ini.
"Cmon Chérie" kata Justin, sambil berdiri lalu mengusap rambut Shara.
Justin memanggil gadisnya itu dengan sebutan Chérie, lingua perancis
dari kata 'darling'.
Shara mengangguk lalu pergi pergi bergandengan tangan dengan Justin kedepan village.
Sebuah mobil volvo abu kemarin dan sebuah bis tur sudah menunggu di
gerbang besar yang menghadirkan sosok perpempuan mungil disana.
"Hey guys, justin quickly, you have to go now' ujar Pattie.
"Oke mommy, how about you Shar?" Tanya Justin.
"Don't worry, I will take her go shopping today' ujar Pattie.
Shara tidak mengerti, dia hanya mengangguk mengikuti drama ibu dan anak ini.
"So.. You..."
"Just go" ujar Pattie ke Justin.
"Okey bye mom and you babe" ujar Justin lalu mencium pipi Pattie dan Shara bergantian.
Sebelum Justin melangkah ke arah bis tour dan Shara ke arah mobil yang
berbeda, dengan sigap Justin menarik tangan Shara yang otomatis berbalik
ke arahnya.
"See you, tonight we watch a movie okey?"
"In cinema?" Tanya Shara sambil mengeratkan alisnya.
"Nope, just dvd"
Shara mengangguk saja, lalu beranjak pergi dari Justin sambil tersenyum.
"Shar..." Ujar seseorang dari arah sampingnya dan mengambil posisi duduk
disebelahnya, Shara baru saja menduduki kursi penumpang lalu Shara
melirik kesamping dan tubuh perempuan mungil itu sudah berada tegap
disampingnya sambil tersenyum.
"Hai mom..." Ujar Shara.
"How's about yesterday? He had been learning to cook about 3days before"
"Ha? are you sure? Just for yesterday???"
"Yes"
"Oooh pattie you have an amazing son, lucky you're" ujar Shara.
"Yes, he is" ujar Pattie tersenyum sambil mengintai keripuhan kota Paris dari bilik jendela mobil.
***
Nampaknya matahari masih malu-malu untuk menancarkan sinarnya, sedari
tadi bola metasforfer itu hanya bergradasi dibalik segumpulan kapas
putih yg melayang di langit menjadi saksi Shara dan Pattie mengexplore
kota Paris.
Tujuan pertama adalah mengunjungi Museum Louvre, yang menyimpan ribuan
koleksi seni termasuk sebuah koleksi paling terkenal di dunia: lukisan
Monalisa karya Leonardo da Vinci. Museum ini begitu luas dan panjang,
sehingga Shara dan Pattie harus hemat langkah, dan cari tempat duduk di
dalam museum jika lelah. Tujuan utama mereka ke museum ini adalah
melihat lukisan Monalisa, dan menikmati galeri lukisan dan patung di
dalam museum. Di museum ini mereka memerlukan waktu hampir 2 jam, itu
pun belum semua area dilalui.
Dari museum, perjalanan dilanjutkan menuju ke shopping district paling
terkenal: Champ Elysees dan berpusat di Arc de Triomphe. Mereka berhenti
di metro stop Champ Elysees Clemenceau, awal dari jalan Champ Elysees
dan ternyata jalan ini sangat panjang untuk bisa sampai ke Arc de
Triomphe yang terletak di stop Charles de Gaulle Etoile. Jalan di sini
sangat lebar, dan di sepanjang jalan banyak toko dan butik ternama
termasuk toko Louis Vitton. Shara dan Pattie memasuki toko butik dan
keluar membawa paperbag dari butik-butik ternama.
Ketika arah jarum jam sudah menunjukan sore hari. Mereka langsung jalan
menuju menara Eiffel, tempat wajib bagi orang yang datang jalan jalan ke
Paris.
Kata orang jangan pernah sendirian ke Eiffel Tower, bisa mati garing
karena orang lain berpasangan, berpelukan, bahkan berciuman di atas
tower ini. Benar saja apa yang dilihat Shara dan Pattie, berpasangan
yang mendigalisir di sini yang membuat mereka tertawa karena melihat
pasangan-pasangan itu.
Dengan cepat mereka naik ke puncaknya Eiffel. Pemandangan dari puncak
Tower Eiffel sulit dilukiskan dengan kata-kata, sangat tinggi dan luar
biasa. Mereka bisa melihat seluruh penjuru kota Paris yang hampir semua
gedung bercat warna kuning tanah dan melihat gedung tinggi di business
district.
"is it enough? Can we go home?" Ujar Pattie.
Shara menghirup udara lalu menghembuskannya dan berucap.
"Yes we can... Thanks mom... Thanks for today" ujar Shara sambil memeluk Pattie.
"Welcome, honey" ujar Pattie lalu membelai rambut Shara dari belakang.
***
- Justin's POV -
Petang itu juga, sesuai janji, Justin benar-benar berniat pulang lebih
awal setelah acara konsernya berakhir. ia mengalihkan pandangan pada
iphonenya. Tersenyum kala benda itu, kini menampilkan sebuah wallpaper
dimana foto itu adalah gadisnya. Gadis yang berdiri menyamping dalam
potret itu mengenakan gaun backless dari bahan tulle berwarna peach yang
sangat cantik.
Sementara Justin sendiri dengan jas oranye, kemeja peach senada dan dasi
kupu-kupu putih, berdiri menyamping pula di belakang punggung Shara,
memegang pinggul gadis itu dari belakang. Seperti pose dalam foto
penyabet gelar Homecoming King & Queen yang akan diedar lewat
majalah sekolah.
Justin tersenyum, mengulurkan tangan, mengusap alat komunikasi elektronik itu pelan dengan sayang.
Ia melirik jam tangannyanya selintas. Belum jam enam. Baguslah. Semoga
jalanan senja Paris mau bersahabat dengannya. Ia menginta jalanan kota
Paris menelusuri lantai aspal menuju hotel tempatnya menginap, Hingga
sekitar dua puluh menit kemudian pun kendaraannya sudah meluncur mulus
memasuki pelataran depan hotelnya.
Dengan cepat Justin pun melangkah pasti memasuki hotel, menoleh ke
kanan-kiri sebentar lalu akhirnya memutuskan menapak melintas lantai
lobby dan memasuki lift.
Dengan rongga dada yang dibuncahi rasa bahagia, pemuda tampan itu pun
tersenyum saat menjejak lantai empat, melirik pintu kamar yang
membuatnya makin berbunga, menahan dorongan kuat untuk kesana.
Mandi dulu deh. Batin Justin sendiri lalu melangkah cepat menuju kamarnya sendiri.
Beberapa belas menit ia habiskan untuk berbenah diri. Setelah mengenakan
baju santai, ia pun keluar dari ruang tidurnya lalu bersiul-siul dan
menebar senyum kepada semua crewnya yang berkeliaran dilorong lantai
ini.
"Mom! Where's Shara?"
"hey Justin.. Still at her room, next to your room"
"Okey" Justin menarik nafas panjang, lalu terus berjalan hingga berhenti
tepat di depan sebuah pintu. Ia mengetuk tiga kali, menunggu, samar
mendengar derap kaki cepat yang seirama dengan degup jantungnya sendiri.
"Chérie ..." sapa Justin pelan pada seraut wajah manis yang memandang pemuda itu dengan mata beningnya yang membelalak.
"Hai.. " seru Shara tak percaya.
Pemuda itu mengacak rambut gadisnya dengan gemas
"Have you taken a bath?"
Shar mengangguk, sementara Justin bergerak menarik jemari gadis itu
"Go to my room, we're gonna watch dvd"
"Now? I'm wearing pijama" kata gadis itu, menahan tangan pemuda yang
menggenggam jemarinya, menunjukkan bahwa ia sedikit malu keluar kamar
mengenakan piyama celana bergambar robot.
Justintersenyum kecil, mengulurkan satu tangannya yang lain, tak tahan untuk tak mencubit cuping hidung Shara.
"We just watch in my room"
"But wait.." kata Shara lagi, membuat pemuda itu berbalik badan untuk kesekian kali.
"Oke then" pasrah Shara lalu menarik gadis itu ke arah kamar Justin.
Sambil mendengarkan derap langkah dua pasang kaki mereka yang bersahutan
Shara menghayati jemari Justin yang menggenggamnya, tersenyum entah
untuk apa. Seperti meyakinkan diri, bahwa memang seperti inilah takdir
akan terus membawanya dan pemuda itu, hingga seterusnya. Tak dapat
dibantah.
Karena terus melamun, Shara tidak menyadari bahwa Justin sudah membuka pintu kamarnya.
"Whoaaa .." kata gadis itu seketika saat mengangkat wajah, mendapati
interior bernuansa cozy ruang yang baru dimasukinya, tepat ketika Justin
menyalakan saklar lampu.
Suasana yang disuguhkan memang agak remang, hanya ada dua lampu kuning
redup di tengah ruang, menyorot sebuah tv yg tersudut di dinding.
Dinding ruangan, seluruhnya berwarna cream dan nampaknya kedap suara
tidak luput dengan kasur berukuran king berdampir di depan Shara, di
bagian tengah ruangan pula, ada empat buah sofa beledu hitam yang
menempel erat satu sama lain, dua kali lebih lebar dan lebih nyaman
daripada kursi bioskop. Bisa dilihatnya pula, ada tempat untuk menaruh
soda atau kotak berondong jagung di antara sekat pegangan sofa.
Shara meneguk ludah, lalu menoleh ke samping kiri. Ternyata di sisi kiri pintu masuk, terdapat sebuah mini bar.
Ini kamar hotel? Ga salah?
Justin tersenyum menyadari keterpanaan gadis di sebelahnya.
"Take the blanket and pillow there" katanya, melepas genggaman mereka lalu menunjuk tumpukan selimut dan bantal diatas kasur.
"You choose the film then, I will take the snacks"
Shara cuma mengangguk saja, memutuskan mengambil selimut belakangan lalu
bergerak ke arah rak. Ia meneliti genre demi genre. Action? Tak bakal
ia tonton. Drama? Horror? Nanti ia mimpi buruk sendiri. Komedi? Ketawa
malam-malam sakit perut nanti.
Genre yang aman saja deh. Keluarga. Gadis itu mengetuk-ngetuk dagu
dengan jarinya sendiri saat mencari, lalu mengulurkan tangan saat
menemukan sebuah judul yang sering di rekomendasi, walau ia tak pernah
menontonnya.
I Am Sam. Film lama, tapi katanya menyentuh sekali dan takkan termakan masa. Terlalu cengeng tidak ya untuk Justin? Hmmm.
"Justin, I Am Sam?" tanya Shara, berseru tertahan pada Justin yang sedang membuka kulkas.
"Oke" jawab pemuda itu
"Need tissue ?" tanyanya lagi, sambil mengeluarkan dua kaleng coke lalu menutup pintu lemari pendingin.
"Or just my shoulder?"
Tak lama, pemuda itu berjalan mendekati gadisnya, menyerahkan sebuah
kaleng coke, sementara ia sendiri bergerak mengambil dan memasang keping
DVD yang telah dipilih Shara.
Sementara beberapa menit kemudian, setelah mengambil makanan ringannya,
Justin pun turut bergabung duduk di sebelah Shara, seraya meletakkan
penganan makanan ringan tadi di tengah mereka.
Sambil menarik nafas, dan memperhatikan adegan pembuka dalam film yang
terpampang, pemuda itu meraih remote lampu lalu menekan tombol untuk
mematikan dua sinar kuning di atas mereka, hingga kini hanya nyala dari
layar yang tersisa.
Shara menaikkan dua kaki ke atas sofa, lalu merapatkan selimut hingga
menutupi jari-jari kakinya yang mulai terasa beku akibat embusan dingin
air conditioner. Beberapa lama, ia hanya terpaku menyaksikan potongan
kisah itu. Kadang tertegun, tertawa tertahan bahkan meringis sendiri.
Daripada menyaksikan I Am Sam, yang sudah pernah sekali ia tonton,
sesungguhnya Justin lebih tertarik menatapi perubahan wajah samar gadis
di dekatnya. Ia seakan dapat menonton tayangan yang sama dari pantulan
mata bening Shara.
Pemuda itu tersenyum sebentar, sebelum akhirnya membuang pandangan ke depan, turut mengikuti suguhan yang terputar.
Lalu klise lagi. Tepat ketika jemarinya berniat meraup biskuit ternyata
tangan Shara sudah terlebih dulu berada di dalam kantong. Hingga,
alih-alih butir olahan wafer yang disergapnya ternyata malah jemari
gadis itu.
Secara reflek, mereka berdua pun berpandangan lalu terdiam. Suara riang
Sean Penn dan ocehan pintar si kecil Dakota Fanning seakan mengabur dan
menghilang dari kedua pasang telinga mereka.
Entah magnet macam apa, Shara tak tahu kenapa ia turut bergerak maju
kala sepasang danau di balik lensa Justin terus mendekatinya. Genggaman
tangan pemuda itu menguat seturut jengkal napas yang kini perlahan
memendek. Jantung gadis itu mulai berdebam-debum semarak.
Hingga dalam hitungan nano sekon kemudian, saat jarak diantara kedua
mata itu hanya tinggal selapis udara, terdengarlah sebuah suara bariton
tak asing, sengaja.
"Yah. I Am Sam .."
Justin dan Shara seketika membiarkan partikel debu kembali mengisi sekat
lebar tak kasatmata yang baru mereka tarik kembali. Sementara sang
gadis masih menarik nafas, menormalkan detak dalam dada dan tak henti
bertanya apa sebenarnya yang baru akan mereka lakukan, sang pemuda
bergegas menoleh tajam ke sisi berbeda, menyadari sosok lain baru saja
masuk dan duduk seenaknya di sana.
Chaz, Ryan dan Christian tersenyum tanpa dosa ke arah sahabatnya.
"Look at the couple hahaha" bisik Christian, pemuda paling kecil disana.
Justin mendengus, lalu membenahi posisi duduknya yang sebelum ini lebih condong ke arah Shara.
"How could you.. Oke, What are you guys doing here?" Ujar Justin, kesal.
Christian mengangkat alis, merebut coke milik Justin lalu meminumnya dengan raut tak bersalah.
"Hahahaa surprise!!! We're on holiday now" ucap Chaz.
"Miss yoooou" ujar Christian lalu
"Haha not funny" ucap Justin sarkatis, merebut kembali cokenya.
Sementara di sisi lain Shara, biarpun menyadari ada Justin and The Genk,
dia memutuskan terus menonton dan masih berusaha mendiamkan jantungnya.
"Did we disturb you guys? Hey girl pssst you are justin's girlfriend?"
Shara tersenyum kearah 3lelaki sahabat kekasihnya.
"Yes I'm shara"
"Wow she is beautiful" ujar Chaz menggoda Justin.
"Hemm yes! The most beautiful gir and remember she is mine" Justin berdecak samar.
"Hahaha cmon guys, we need to go we give them the sweet quality time haha" sahut Ryan.
"That's right" jawab Justin ringan.
"Please, do mind to watch this too," ucap Chaz lalu berjalan meninggalkan ruangan bersama Christian dan Ryan.
Setelah pintu tertutup rapat, Justin beralih menatap gadis di
sebelahnya, Ia menarik nafas, mengulurkan dan meraih jemari Shara, lalu
menarik gadis itu mendekat ke tubuhnya.
"They are funny"
"Yes, they are... The real best friends" ucap Justin dan membiarkan
kepala Shara bersandar setengah tak sadar di dadanya, lalu mengusap
ubun-ubun gadis itu dan mengecupnya dan tangannya meronggoh kotak
biskuit yg ternyata sudah lapah.
"Sorry its the last..." Ujar Shara sambil menunjukan biskuit terakhir yg berada di ujung katup bibirnya.
"Oooh..." Ucap Justin mendongok kepalanya miring mendekatkan bibirnya
hinggan menyentuh setengah bujur biskut di bibir Shara lalu menggigit
hingga biskuit itu terbelah dua, satu dikunyah renyah olehnya dan
satunya dilahap Shara yang sontak membuatnya tercengang karena ulah
Justin.
***
- Justin's POV -
Senar senar suara Paran menyanyikan lagu berjudul Naman Naman sebagai
soundtrack film I Am Sam kini mengalun lembut dengan sendirinya dibalik
radio speaker bass yang mengebu gebu, sedangkan para penontonnya kini
sudah terkulas lemah sambil menonton lakonan drama film dibawah alam
sadarnya.
Shara sedari tadi terpengkur tidur didada Justin sedangkan Justin
sendiri tertidur menyender dikepala sofa dan tangnya memutar dipunggung
Shara.
Ketukan pelan di pintu kamar hotelnya, membuat Justin terbangun setengah
sadar, setelah mengerjap matanya, perlahan ia melirik ke arah Shara
yang tertidur didadanya, pelan-pelan dia menggeserkan tubuh gadis
hatinya tanpa berniat membangunkannya, dia mengelup pipinya lalu kembali
sadar akan sebuah ketukan dongak pintu yang menanti hadirnya. Justin
pun langsung bergegas menyalakan lampu kamar hotelnya lalu beranjak
tersaruk-saruk menuruni undakan menuju pintu.
Justin menghela nafas setelah melihat sosok yg di depannnya adalah Wilson.
"Justin! Where's my girl?"
"Hey Wilson hehe sorry, she's sleeping there"
"Oh oke, I will take to her room"
"Should I..."
"No you shouldn't..." ujar Wilson memotong ucapan Justin sambil berjalan
melangkah mendekati Shara berniat untuk menopang anak gadisnya.
"Has Scooter told you?"
"About?" Tanya Justin sambil mengangkat alisnya.
"Guess Star"
"Concert? When? Tomorrow? He hasn't told me anything"
"yes" ujar Wilson.
"Ha?" Ujar Justin
"You will know tomorrow, good night" izin Wilson melangkah keluar sambil menopang gadisnya tersunggur disana.
Justin mengangguk lalu menutup pintu, lalu melangkah gontai menaiki
undakan kasurnya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, mengernyit
memikirkan siapa artis yang akan menjadi tamu dikonsernya nanti.
Ada sesuatu yang menyambar otaknya, membuat perut dan hatinya berubah aneh.
***
- Shara's POV -
Pagi ini sekeruyuh kabut tipis yang sejuk namun menyambar sel sel tubuh
yang membuat para insan bergidik dingin dan mengharapkan kehangatan dari
bola pedar kuning yang nampaknya masih ingin tertidur dibalik tupukan
awan yang berlukiskan abu dari atas keribuhan sudut pijar kota Paris.
Bunyi kritik pantat cangkir yang bersentuhan dengan pisin putih
dibawahnya secara sengaja kini menjadi pusat penmecah keheningan disudut
cafe hotel berbintang.
Gadis dengan Bodycon bertemporary benderan America yang ditambah
sentuhan Black Leather Jacket kini sedang bersingkup mengusap kedua
tangannya sambil memandang keriukan pesisir kota Paris.
Ini sudah ke dua belas kalinya teh hijau Gyokuro diisapnya. Teh hijau
kelas atas bernamakan Gyokuro yang angkuh terbuat dari dua sisi daun teh
pahit asal Paris kini menjadi sahabatnya dikala sepi menerjang riup
sekitar. Shara sedari tadi hanya memandang jemu layar Iphone putihnya
sambil mengetuk jemari bergantian yang mengeluarkan dentam tak berirama
seakan mengisi kekosongan sambungan telfon dan pesan yang dinantikan.
Satu menit... Dua menit... Tiga menit...
Lima belas menit... Tiga puluh menit...
Tapi seperti pepatah, menunggu itu seperti jeda. Jeda yang ada pada dua
buah kata, yang biasa dipakai penulis dengan tanda koma dan pasti ada
kelanjutannya, seperti waktu yang kini menunjukan pukul 12 siang
tandanya sudah hampir 3jam dirinya terpuruk dengan nafas yg teratur, tak
ayal seperti pelangi yang membujur setengah lingkaran yang setia
menunggu hujan reda, Shara masih menunggu balasan panggilan atau bahkan
pesan singkatnya dari Justin yang sejak tadi pagi sudah hilang bersama
kru meninggalkan Shara sendiri di hotel.
Namun dengan sigap suara rontak sorak sorai 3 pemuda dari pintu masuk
cafe kini membuatnya bergetir senyum singkat saat pemuda bernama
Christian melakukan sedikit gerakan konyol yang dibalas tawa renyah
pemuda dibelakangnya, Chaz dan Ryan.
"Shara! What's up???" Sapa Christian.
"Hay guys, where have you been?" ujar Shara
"Just walked about the hotel, what are you doing here? Alone?" ujar Chaz.
"Ya... Just sitting and enjoying at the moment" ujar Shara.
"I think we shell bring her to the one beautiful beach" Ryan berucap penuh sarkatis.
Shara merenyitkan alis saat tiga pemuda di depannya sedang berbisik tak bersua.
"Come with us!" Sergah Chaz yang langsung menyambar pergelangan tangan Shara dengan kokoh.
"E..e...where are we going?" Ujar Shara berucap sambil beranjak pasrah dari kursinya.
***
Setelah berjalan kaki sekitar 1KM dibawah gumbulan cuaca yang meringis
berawan mereka sampai di tempat tujuan. Jadi di sinilah mereka. Di
kawasan pantai Alcúdia di Paris Timur. Sangat indah semua yang terpancar
dari sini, mulai dari pasir putih yang bersih, pesisir laut yang
jernih, view beberapa gunung dipelosok ujung laut disebrangnya, semua
terlihat sempurna.
"waw" kata Shara. Ia bergegas melangkah ke depan sebuah beton yang biasa
dijadikan tempat duduk. Ia memejamkan mata dan menghirup wangi asin
yang entah kenapa mengingatkannya lagi pada seseorang yang juga
tampaknya mencintai pantai, Justin, andai Justin disini. Shara
membiarkan pakaian dan rambutnya berkibar kibar ditiup
angin.
"Gotchaaaa!" tiba-tiba sebuah pelukan dengan cepat merampas tubuh Shara
dengan tangan yg melingkar dipinggangnya yg membuat kakinya merontak tak
menapak lagi di pasir-pasir pantai yg mengagetkan dirinya dan sontak
memukuli bahu Chaz.
"Chazzz! Drop me!!!!" ucap Shara sambil berusaha memukuli bahu Chaz,
tapi lelaki ini tetap berlari membawa Chaz sambil tertawa riang. Chaz
terus membawa Shara berlari.
Tak disangka tapak kaki Chaz berhenti saat mendekati air laut yang berteriak-teriak.
"Byuuuuur!" Dengan seenaknya Chaz menghempaskan diri Shara ke atas isakan air laut yg jernih.
"Hahaha" suara renyah Chaz, Christian dan Ryan menyambutnya.
"CHAAAAZ! Huh!" Shara mendecak kesal, mengerucutkan bibirnya terdiam membiarkan butiran air laut mengerubungi tubuhnya.
"Guys! Laugh as loud as you can guys!" Ujar Shara kesal.
"sorry Madam!! it doesn't our mean" ucap Christian dengan muka puppy face yg menggemaskan.
"Sorry, Mrs. Biebaaah!" ucap Chaz mengulurkan telapak tangannya
kehadapan Shara dan dengan senang hati Shara menerima telapak tangan
Chaz sambil tersenyum licik.
"byuuuur!"
"You have to pay it! Hahahaha" suara Shara menjadi pecahan tawa
terbahak-bahak setelah berhasil mendorong Chaz mengahantam air laut.
"Gezzz!" seru Chaz gemas.
"Hahahaha" semuanya tertawa tawa sambil memainkan air laut yg berdeburan, melemparkan sirih air kepada lawan.
***
Sore kini menjelma, pesona lukisan bermetosfir kejinggaan rupanya beberapa jam lagi akan menjemput hari itu.
Setelah Shara, Chaz, Ryan dan Christian menghabiskan waktunya dengan
berjemur, membuat istana dari pasir, bermain bola pantai hingga
ulah-ulah lawakan 3 pemuda yang memenggoda gadis-gadis dipantai bisa
menjadi sebuah keseruan tersendiri untuk menghidupkan suasana hari, dari
pantai mereka bermain ke pinggiran pantai dan mendatangi sebuah
restaurant, menyantap beberapa hidangan seafood creams dengan rasa
bawang putih dan kembali tertawa karna sikap jahil Christian yang
melewati batas terhadap menu Schnitzel dan kentang goreng pesanan Ryan.
Setelah kenyang makan mereka kembali pulang menuju Hotel.
Kegiatan dadakan mereka berjalan menelusuri pantai.
"Wohooo tiring but excited"
"Hahaha don't worry about your Schintzel, mr. Ryan" ujar Christian menyinggung sedikit tentang kejadian tadi dipantai.
"Oooh not too bad" jawab Ryan sambil berjalan menuju lift hotel.
"Shar! Are you coming tonight?"
"Come..ing?"
"Yes, justin's concert!! Can't wait to know who the special guess star is..." Sambar Christian.
"Guess? Star?" Shara merenyitkan dahi, tidak mengerti dengan apa yang mereka katakan.
"You don't know, do you? Scooter said, someone will be a guess star at
Justin's concert, he said this girl is so amazing" ujar Ryan.
"Don't miss it! At 6pm in Lobby" ujar Ryan memasuki kamar hotelnya.
Shara mengangkat bahu, pikirnya hilang melayang pantas saja kalau hari
ini semua kru dan Justin sendiri sudah berangkat pagi-pagi buta untuk
melakukan konser besar.
***
Shara sedari tadi terpaku serius dilayar iphonenya, berjalan sejajar
dengan 3 pemuda lain didepannya yang sedang mengoceh sebuah topik
pembicaraannya tanpa memasukan Shara kedalam larutannya.
Shara menghela nafas setiap dirinya melihat menu pesan yang berdampir
kosong tidak menandakan sebuah hujatan bergambar pesan tertutup yang
masih baru singgah ke handphonenya, dimana Justin? Dari pagi tidak
memberinya kabar untung saja hari ini ada orang orang yang membawanya
tersurut ombak buah tawa disetiap detik kejadiannya.
"Kenny!! Whats up dude"
Ucapan tadi membuat Shara menoleh kedepan, mendapati sosok Kenny dan Alfredo disana.
"Hay you guys, Justin's still at his room" ujar Alfredo.
"Oh oke thanks!" Ujar Christian
Kenny dan Alfredo tersenyum lalu berlalu, tidak panjang ujuran sapa yang
mereka lontarkan, mereka langsung menemui pusat dongkakan konser ini
diruangan pribadinya.
***
"Hai dude" sapa Justin sambil bergantian menjabat semua sahabatnya lalu
terpaku dengan sosok wanita dibelakang sana, Shara sedang tersenyum
manis.
"Hai..." Sapa Justin cukup manis.
"How's your practice?" Ujar Shara sambil menepuk pipi Justin.
"Em.. Good" ujar Justin.
"I have...taraaaaa" ujar Shara sambil menujukan sebuah papaerbag hitam
dengan gombarh sebuah merk ternama kehadapan wajah Justin.
"While I was shopping with pattie, I brought this for you.. I hope you
will like it" ujar Shara lagi sambil tersenyum terkesima menunggu
jawaban dari sang objek yang bersandar dengan ekspresi yang terlihat
biasa saja.
"Oooh thanks" ucap Justin menepuk ujung kepala Shara lalu berbalik dan ikut duduk diantara ke tiga temannya di sofa.
Shara tercengang melihat perubahan sikap itu, itu bukan Justin
sepertinya, Senyum mirisnya ikut memudar, terganti desah nafas berat
gadis itu. Ada sesuatu yang berbeda. Tidak signifikan namun sudah
terasa. Bagi Shara setidaknya.
***
Pemuda yang tengah naik daun dalam masa popularitasnya kini sedang
melantunkan suara merdu dari pita tenggorokannya, melangkah dengan
giring-giring beberapa penari latar di belakangnya, serumpunan manusia
kini mendampingi dengan menabuh alat alat musik dibalik beberapa
interior properti disetiap sudut panggung dan kilauan lampu yang
menggema dekup meriah. Rupanya, Malam ini konser Justin Bieber di NRJ,
Paris sudah digelar.
Shara, Chaz, Christian, Ryan, Scooter, Wilson, Kenny, Carin, Pattie dan
beberapa kru lain sedang menatapi pemuda itu di sisi panggung, dengan
energi yang membahanam Shara terus menerus berteriak memanggil nama
Justin sekencangnya, sekerasnya sambil meloncat loncat dengan papan
bertuliskan "We Love Justin Bieber" begitu pun ke tiga pemuda lainnya
ikut larut dalam emosi lagu lagu yang Justin bawakan.
Sedangkan, sosok yang sedari tadi menjadi objek bahasan, telah mengintai mereka dengan tatapan matanya diatas panggung.
Shara tersenyum saat beberapa kali mendapati Justin memberi kissbye dari atas panggung ke arah mereka.
Shara ikut terbawa suasana mendengar Justin melantunkan beberapa lagu,
lalu tradisi OLLG yang ikut mengingatkan dirinya saat menjadi OLLG di
Indonesia dan skil Justin bermain drum.
Shara yg sedang tersenyum, sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru
stadion yang dipenuhi ribuan fans Justin lalu tiba tiba terkesedip saat
mendengar perkaatan Justin terlintas digendang telinganya.
"Oke now, I have a surprise for you guys! I have an amazing guess star
for today, she is so beautiful yah.. Em.. Don't spend much time, please
welcome Selenaaaa Gomeeeeez" ucap Justin yang mempersembahkan seseorang
dari belakang panggung yang membuat setiap penonton berteriak sekeras
kerasnya.
It feels like we’ve been out at sea, whoa
So back and forth that’s how it seems, whoa
And when I wanna talk you say to me
That if it’s meant to be it will be
Whoa oh no
Entah apa yang dirasakan, utopia tubuhnya kini terkulai lemas saat
menunjang sosok perempuan anggun diatas sana, Stripe Blazer, Rompers,
Wedges berwarna hitam senada melengkapi metafora kecantikan wanita itu
sambil melantunka tiap kata dari lirik lagu 'Overboard'
So crazy is this thing we call love
And now that we’ve got it we just can’t give up
I’m reaching out for you
Got me out here in the water
And I
I’m overboard
And I need your love
Pull me up
I can’t swim on my own
It’s too much
Feels like I’m drowning without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
Whoa
Gestur tubuh mereka kini mendekat, bertatapan satu sama lain,
menjatuhkan setiap tujuan bola mata dilawanya, Justin membelai lembut
pipi Selena, menyampirkan tanganya di pinggang Selena sambil melangkah
beriringan.
I never understood you when you’d say, whoa
Wanted me to meet you halfway, whoa
Felt like I was doing my part
You kept thinking you were coming up short
It’s funny how things change cause now I see
Oh whoa
Fans Justin berteriak semakin kencang, apalagi saat lampu lampu disinari
menyorot pasangan duet malam itu diatas panggung yang gemerlap. Justin
mengeliling tubuh Selena, dan berhenti di hadapan gadis itu.
So crazy is this thing we call love
And now that we’ve got it we just can’t give up
I’m reaching out for you
Got me out here in the water
And I
I’m overboard (overboard)
And I need your love
Pull me up
I can’t swim on my own
It’s too much (it’s too much)
Feels like I’m drowning (ohh)
Without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver
Sekarang, Justin berulah lebih, tangan kirinya merengkuh wajah Selena,
menatapnya tajam sambil menyanyikan untaian lirik lagunya dan lebih
mengejutkan saat Justin memeluk Selena yang terlihat semakin dekat..
semakin dekat dan... Dengan sengaja Justin menempelkan Jidatnya ke jidat
Selena.
Oh
It’s supposed to be some give and take I know
But you’re only taking and not giving anymore
So what do I do
Cause I still love you
(I still love you baby)
And you’re the only one who can save me
Whoa, whoa, whoa, oh
I’m overboard
And I need your love
Pull me up (pull me up)
I can’t swim on my own
It’s too much (it’s too much)
Feels like I’m drowning without your love
(I’m drowning baby, I’m drowning)
So throw yourself out to me
(I can’t swim)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
It’s crazy crazy crazy
(Lifesaver, oh lifesaver)
Lifesaver oh
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
Yeah
lirik lagu penutup itu ditutup dengan sebuah pelukan berbalas dari kedua
pasangan duet itu, Justin memeluk Selena lalu sedikit mengangkat dan
memutar badan gadis itu lalu kembali menurunkannya sambil berteriak.
"This is Selena gomeeeeez!"
"Thanks everyone, night!" Ujar Selena yang langsung berpaling ke
belakang panggung dirangkul Justin dan menghilang dilkalap stage.
Shara tertegun melihatnya rontahan aneh gadis berwajah tirus itu bersamanya Justin. mungkin ini sebuah kecemburuan.
Shara jatuh terduduk dibangku, terpekur memegangi jantungnya sendiri,
seakan takut organ krusial itu akan meledak lantas jatuh berserak yang
kini ia tersadar mungkin itu hanya sebuah profesionalitas dari seorang
'Artis'
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar