Senin, 28 Januari 2013

How To Love - Part 11

Re-post 
...:: How To Love ::... 
Part 11

Story by @BieberLSIndo


***

 
Cuap mesra embun pagi, menetes melunturi syahdu pilu. Pagi serupa kitab, lembar awal dari cerita yang di tandai kejut curian dari sebuah kecupan.
Justin sedang menggigiti apel berlapis lelehan keju kaman bej nya pelan, Cheese Fondue, sebuah menu sarapan khas Paris sedang dilahapnya.
Justin tiba tiba tertawa pelan karena melihat Shara menusuk potongan baguette dengan garpu, mencelupkannya ke dalam lelehan keju lantas melahapnya. Gadis itu makan seperti anak kecil, menimbulkan percik saus di beberapa tempat bahkan di sudut bibirnya.
Pemuda berambut coklat itu lalu meraih napkin di pangkuannya, mengulurkan tangan dan mengusap sudut bibir Shara dari samping tanpa permisi.
Shara terkesiap, karena ia sendiri sedang berkonsentrasi mengunyah baguettenya, merasakan lelehan keju yang menambah kenikmatan sensasi renyah roti Paris itu. Ia menoleh pelan ke arah Justin yang masih tersenyum.
"Don't eat like a kid, shawty" bisik pemuda itu, membuat dirinya ikut tersenyum malu.
Shara menarik nafas samar, menelaah sebentar sekelilingnya.
"Tiiiin Tiiiin!"
Shara mengerjap, tersadar saat bunyi sebuah klakson mobil berbunyi didepan village ini.
"Cmon Chérie" kata Justin, sambil berdiri lalu mengusap rambut Shara. Justin memanggil gadisnya itu dengan sebutan Chérie, lingua perancis dari kata 'darling'.
Shara mengangguk lalu pergi pergi bergandengan tangan dengan Justin kedepan village.
Sebuah mobil volvo abu kemarin dan sebuah bis tur sudah menunggu di gerbang besar yang menghadirkan sosok perpempuan mungil disana.
"Hey guys, justin quickly, you have to go now' ujar Pattie.
"Oke mommy, how about you Shar?" Tanya Justin.
"Don't worry, I will take her go shopping today' ujar Pattie.
Shara tidak mengerti, dia hanya mengangguk mengikuti drama ibu dan anak ini.
"So.. You..."
"Just go" ujar Pattie ke Justin.
"Okey bye mom and you babe" ujar Justin lalu mencium pipi Pattie dan Shara bergantian.
Sebelum Justin melangkah ke arah bis tour dan Shara ke arah mobil yang berbeda, dengan sigap Justin menarik tangan Shara yang otomatis berbalik ke arahnya.
"See you, tonight we watch a movie okey?"
"In cinema?" Tanya Shara sambil mengeratkan alisnya.
"Nope, just dvd"
Shara mengangguk saja, lalu beranjak pergi dari Justin sambil tersenyum.
"Shar..." Ujar seseorang dari arah sampingnya dan mengambil posisi duduk disebelahnya, Shara baru saja menduduki kursi penumpang lalu Shara melirik kesamping dan tubuh perempuan mungil itu sudah berada tegap disampingnya sambil tersenyum.
"Hai mom..." Ujar Shara.
"How's about yesterday? He had been learning to cook about 3days before"
"Ha? are you sure? Just for yesterday???"
"Yes"
"Oooh pattie you have an amazing son, lucky you're" ujar Shara.
"Yes, he is" ujar Pattie tersenyum sambil mengintai keripuhan kota Paris dari bilik jendela mobil.

***

Nampaknya matahari masih malu-malu untuk menancarkan sinarnya, sedari tadi bola metasforfer itu hanya bergradasi dibalik segumpulan kapas putih yg melayang di langit menjadi saksi Shara dan Pattie mengexplore kota Paris.
Tujuan pertama adalah mengunjungi Museum Louvre, yang menyimpan ribuan koleksi seni termasuk sebuah koleksi paling terkenal di dunia: lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci. Museum ini begitu luas dan panjang, sehingga Shara dan Pattie harus hemat langkah, dan cari tempat duduk di dalam museum jika lelah. Tujuan utama mereka ke museum ini adalah melihat lukisan Monalisa, dan menikmati galeri lukisan dan patung di dalam museum. Di museum ini mereka memerlukan waktu hampir 2 jam, itu pun belum semua area dilalui.
Dari museum, perjalanan dilanjutkan menuju ke shopping district paling terkenal: Champ Elysees dan berpusat di Arc de Triomphe. Mereka berhenti di metro stop Champ Elysees Clemenceau, awal dari jalan Champ Elysees dan ternyata jalan ini sangat panjang untuk bisa sampai ke Arc de Triomphe yang terletak di stop Charles de Gaulle Etoile. Jalan di sini sangat lebar, dan di sepanjang jalan banyak toko dan butik ternama termasuk toko Louis Vitton. Shara dan Pattie memasuki toko butik dan keluar membawa paperbag dari butik-butik ternama.
Ketika arah jarum jam sudah menunjukan sore hari. Mereka langsung jalan menuju menara Eiffel, tempat wajib bagi orang yang datang jalan jalan ke Paris.
Kata orang jangan pernah sendirian ke Eiffel Tower, bisa mati garing karena orang lain berpasangan, berpelukan, bahkan berciuman di atas tower ini. Benar saja apa yang dilihat Shara dan Pattie, berpasangan yang mendigalisir di sini yang membuat mereka tertawa karena melihat pasangan-pasangan itu.
Dengan cepat mereka naik ke puncaknya Eiffel. Pemandangan dari puncak Tower Eiffel sulit dilukiskan dengan kata-kata, sangat tinggi dan luar biasa. Mereka bisa melihat seluruh penjuru kota Paris yang hampir semua gedung bercat warna kuning tanah dan melihat gedung tinggi di business district.
"is it enough? Can we go home?" Ujar Pattie.
Shara menghirup udara lalu menghembuskannya dan berucap.
"Yes we can... Thanks mom... Thanks for today" ujar Shara sambil memeluk Pattie.
"Welcome, honey" ujar Pattie lalu membelai rambut Shara dari belakang.

***

- Justin's POV -

Petang itu juga, sesuai janji, Justin benar-benar berniat pulang lebih awal setelah acara konsernya berakhir. ia mengalihkan pandangan pada iphonenya. Tersenyum kala benda itu, kini menampilkan sebuah wallpaper dimana foto itu adalah gadisnya. Gadis yang berdiri menyamping dalam potret itu mengenakan gaun backless dari bahan tulle berwarna peach yang sangat cantik.
Sementara Justin sendiri dengan jas oranye, kemeja peach senada dan dasi kupu-kupu putih, berdiri menyamping pula di belakang punggung Shara, memegang pinggul gadis itu dari belakang. Seperti pose dalam foto penyabet gelar Homecoming King & Queen yang akan diedar lewat majalah sekolah.
Justin tersenyum, mengulurkan tangan, mengusap alat komunikasi elektronik itu pelan dengan sayang.
Ia melirik jam tangannyanya selintas. Belum jam enam. Baguslah. Semoga jalanan senja Paris mau bersahabat dengannya. Ia menginta jalanan kota Paris menelusuri lantai aspal menuju hotel tempatnya menginap, Hingga sekitar dua puluh menit kemudian pun kendaraannya sudah meluncur mulus memasuki pelataran depan hotelnya.
Dengan cepat Justin pun melangkah pasti memasuki hotel, menoleh ke kanan-kiri sebentar lalu akhirnya memutuskan menapak melintas lantai lobby dan memasuki lift.
Dengan rongga dada yang dibuncahi rasa bahagia, pemuda tampan itu pun tersenyum saat menjejak lantai empat, melirik pintu kamar yang membuatnya makin berbunga, menahan dorongan kuat untuk kesana.
Mandi dulu deh. Batin Justin sendiri lalu melangkah cepat menuju kamarnya sendiri.
Beberapa belas menit ia habiskan untuk berbenah diri. Setelah mengenakan baju santai, ia pun keluar dari ruang tidurnya lalu bersiul-siul dan menebar senyum kepada semua crewnya yang berkeliaran dilorong lantai ini.
"Mom! Where's Shara?"
"hey Justin.. Still at her room, next to your room"
"Okey" Justin menarik nafas panjang, lalu terus berjalan hingga berhenti tepat di depan sebuah pintu. Ia mengetuk tiga kali, menunggu, samar mendengar derap kaki cepat yang seirama dengan degup jantungnya sendiri.
"Chérie ..." sapa Justin pelan pada seraut wajah manis yang memandang pemuda itu dengan mata beningnya yang membelalak.
"Hai.. " seru Shara tak percaya.
Pemuda itu mengacak rambut gadisnya dengan gemas
"Have you taken a bath?"
Shar mengangguk, sementara Justin bergerak menarik jemari gadis itu
"Go to my room, we're gonna watch dvd"
"Now? I'm wearing pijama" kata gadis itu, menahan tangan pemuda yang menggenggam jemarinya, menunjukkan bahwa ia sedikit malu keluar kamar mengenakan piyama celana bergambar robot.
Justintersenyum kecil, mengulurkan satu tangannya yang lain, tak tahan untuk tak mencubit cuping hidung Shara.
"We just watch in my room"
"But wait.." kata Shara lagi, membuat pemuda itu berbalik badan untuk kesekian kali.
"Oke then" pasrah Shara lalu menarik gadis itu ke arah kamar Justin.
Sambil mendengarkan derap langkah dua pasang kaki mereka yang bersahutan Shara menghayati jemari Justin yang menggenggamnya, tersenyum entah untuk apa. Seperti meyakinkan diri, bahwa memang seperti inilah takdir akan terus membawanya dan pemuda itu, hingga seterusnya. Tak dapat dibantah.
Karena terus melamun, Shara tidak menyadari bahwa Justin sudah membuka pintu kamarnya.
"Whoaaa .." kata gadis itu seketika saat mengangkat wajah, mendapati interior bernuansa cozy ruang yang baru dimasukinya, tepat ketika Justin menyalakan saklar lampu.
Suasana yang disuguhkan memang agak remang, hanya ada dua lampu kuning redup di tengah ruang, menyorot sebuah tv yg tersudut di dinding. Dinding ruangan, seluruhnya berwarna cream dan nampaknya kedap suara tidak luput dengan kasur berukuran king berdampir di depan Shara, di bagian tengah ruangan pula, ada empat buah sofa beledu hitam yang menempel erat satu sama lain, dua kali lebih lebar dan lebih nyaman daripada kursi bioskop. Bisa dilihatnya pula, ada tempat untuk menaruh soda atau kotak berondong jagung di antara sekat pegangan sofa.
Shara meneguk ludah, lalu menoleh ke samping kiri. Ternyata di sisi kiri pintu masuk, terdapat sebuah mini bar.
Ini kamar hotel? Ga salah?
Justin tersenyum menyadari keterpanaan gadis di sebelahnya.
"Take the blanket and pillow there" katanya, melepas genggaman mereka lalu menunjuk tumpukan selimut dan bantal diatas kasur.
"You choose the film then, I will take the snacks"
Shara cuma mengangguk saja, memutuskan mengambil selimut belakangan lalu bergerak ke arah rak. Ia meneliti genre demi genre. Action? Tak bakal ia tonton. Drama? Horror? Nanti ia mimpi buruk sendiri. Komedi? Ketawa malam-malam sakit perut nanti.
Genre yang aman saja deh. Keluarga. Gadis itu mengetuk-ngetuk dagu dengan jarinya sendiri saat mencari, lalu mengulurkan tangan saat menemukan sebuah judul yang sering di rekomendasi, walau ia tak pernah menontonnya.
I Am Sam. Film lama, tapi katanya menyentuh sekali dan takkan termakan masa. Terlalu cengeng tidak ya untuk Justin? Hmmm.
"Justin, I Am Sam?" tanya Shara, berseru tertahan pada Justin yang sedang membuka kulkas.
"Oke" jawab pemuda itu
"Need tissue ?" tanyanya lagi, sambil mengeluarkan dua kaleng coke lalu menutup pintu lemari pendingin.
"Or just my shoulder?"
Tak lama, pemuda itu berjalan mendekati gadisnya, menyerahkan sebuah kaleng coke, sementara ia sendiri bergerak mengambil dan memasang keping DVD yang telah dipilih Shara.
Sementara beberapa menit kemudian, setelah mengambil makanan ringannya, Justin pun turut bergabung duduk di sebelah Shara, seraya meletakkan penganan makanan ringan tadi di tengah mereka.
Sambil menarik nafas, dan memperhatikan adegan pembuka dalam film yang terpampang, pemuda itu meraih remote lampu lalu menekan tombol untuk mematikan dua sinar kuning di atas mereka, hingga kini hanya nyala dari layar yang tersisa.
Shara menaikkan dua kaki ke atas sofa, lalu merapatkan selimut hingga menutupi jari-jari kakinya yang mulai terasa beku akibat embusan dingin air conditioner. Beberapa lama, ia hanya terpaku menyaksikan potongan kisah itu. Kadang tertegun, tertawa tertahan bahkan meringis sendiri.
Daripada menyaksikan I Am Sam, yang sudah pernah sekali ia tonton, sesungguhnya Justin lebih tertarik menatapi perubahan wajah samar gadis di dekatnya. Ia seakan dapat menonton tayangan yang sama dari pantulan mata bening Shara.
Pemuda itu tersenyum sebentar, sebelum akhirnya membuang pandangan ke depan, turut mengikuti suguhan yang terputar.
Lalu klise lagi. Tepat ketika jemarinya berniat meraup biskuit ternyata tangan Shara sudah terlebih dulu berada di dalam kantong. Hingga, alih-alih butir olahan wafer yang disergapnya ternyata malah jemari gadis itu.
Secara reflek, mereka berdua pun berpandangan lalu terdiam. Suara riang Sean Penn dan ocehan pintar si kecil Dakota Fanning seakan mengabur dan menghilang dari kedua pasang telinga mereka.
Entah magnet macam apa, Shara tak tahu kenapa ia turut bergerak maju kala sepasang danau di balik lensa Justin terus mendekatinya. Genggaman tangan pemuda itu menguat seturut jengkal napas yang kini perlahan memendek. Jantung gadis itu mulai berdebam-debum semarak.
Hingga dalam hitungan nano sekon kemudian, saat jarak diantara kedua mata itu hanya tinggal selapis udara, terdengarlah sebuah suara bariton tak asing, sengaja.
"Yah. I Am Sam .."
Justin dan Shara seketika membiarkan partikel debu kembali mengisi sekat lebar tak kasatmata yang baru mereka tarik kembali. Sementara sang gadis masih menarik nafas, menormalkan detak dalam dada dan tak henti bertanya apa sebenarnya yang baru akan mereka lakukan, sang pemuda bergegas menoleh tajam ke sisi berbeda, menyadari sosok lain baru saja masuk dan duduk seenaknya di sana.
Chaz, Ryan dan Christian tersenyum tanpa dosa ke arah sahabatnya.
"Look at the couple hahaha" bisik Christian, pemuda paling kecil disana.
Justin mendengus, lalu membenahi posisi duduknya yang sebelum ini lebih condong ke arah Shara.
"How could you.. Oke, What are you guys doing here?" Ujar Justin, kesal.
Christian mengangkat alis, merebut coke milik Justin lalu meminumnya dengan raut tak bersalah.
"Hahahaa surprise!!! We're on holiday now" ucap Chaz.
"Miss yoooou" ujar Christian lalu
"Haha not funny" ucap Justin sarkatis, merebut kembali cokenya. Sementara di sisi lain Shara, biarpun menyadari ada Justin and The Genk, dia memutuskan terus menonton dan masih berusaha mendiamkan jantungnya.
"Did we disturb you guys? Hey girl pssst you are justin's girlfriend?"
Shara tersenyum kearah 3lelaki sahabat kekasihnya.
"Yes I'm shara"
"Wow she is beautiful" ujar Chaz menggoda Justin.
"Hemm yes! The most beautiful gir and remember she is mine" Justin berdecak samar.
"Hahaha cmon guys, we need to go we give them the sweet quality time haha" sahut Ryan.
"That's right" jawab Justin ringan.
"Please, do mind to watch this too," ucap Chaz lalu berjalan meninggalkan ruangan bersama Christian dan Ryan.
Setelah pintu tertutup rapat, Justin beralih menatap gadis di sebelahnya, Ia menarik nafas, mengulurkan dan meraih jemari Shara, lalu menarik gadis itu mendekat ke tubuhnya.
"They are funny"
"Yes, they are... The real best friends" ucap Justin dan membiarkan kepala Shara bersandar setengah tak sadar di dadanya, lalu mengusap ubun-ubun gadis itu dan mengecupnya dan tangannya meronggoh kotak biskuit yg ternyata sudah lapah.
"Sorry its the last..." Ujar Shara sambil menunjukan biskuit terakhir yg berada di ujung katup bibirnya.
"Oooh..." Ucap Justin mendongok kepalanya miring mendekatkan bibirnya hinggan menyentuh setengah bujur biskut di bibir Shara lalu menggigit hingga biskuit itu terbelah dua, satu dikunyah renyah olehnya dan satunya dilahap Shara yang sontak membuatnya tercengang karena ulah Justin.

***

- Justin's POV -

Senar senar suara Paran menyanyikan lagu berjudul Naman Naman sebagai soundtrack film I Am Sam kini mengalun lembut dengan sendirinya dibalik radio speaker bass yang mengebu gebu, sedangkan para penontonnya kini sudah terkulas lemah sambil menonton lakonan drama film dibawah alam sadarnya.
Shara sedari tadi terpengkur tidur didada Justin sedangkan Justin sendiri tertidur menyender dikepala sofa dan tangnya memutar dipunggung Shara.
Ketukan pelan di pintu kamar hotelnya, membuat Justin terbangun setengah sadar, setelah mengerjap matanya, perlahan ia melirik ke arah Shara yang tertidur didadanya, pelan-pelan dia menggeserkan tubuh gadis hatinya tanpa berniat membangunkannya, dia mengelup pipinya lalu kembali sadar akan sebuah ketukan dongak pintu yang menanti hadirnya. Justin pun langsung bergegas menyalakan lampu kamar hotelnya lalu beranjak tersaruk-saruk menuruni undakan menuju pintu.
Justin menghela nafas setelah melihat sosok yg di depannnya adalah Wilson.
"Justin! Where's my girl?"
"Hey Wilson hehe sorry, she's sleeping there"
"Oh oke, I will take to her room"
"Should I..."
"No you shouldn't..." ujar Wilson memotong ucapan Justin sambil berjalan melangkah mendekati Shara berniat untuk menopang anak gadisnya.
"Has Scooter told you?"
"About?" Tanya Justin sambil mengangkat alisnya.
"Guess Star"
"Concert? When? Tomorrow? He hasn't told me anything"
"yes" ujar Wilson.
"Ha?" Ujar Justin
"You will know tomorrow, good night" izin Wilson melangkah keluar sambil menopang gadisnya tersunggur disana.
Justin mengangguk lalu menutup pintu, lalu melangkah gontai menaiki undakan kasurnya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, mengernyit memikirkan siapa artis yang akan menjadi tamu dikonsernya nanti.
Ada sesuatu yang menyambar otaknya, membuat perut dan hatinya berubah aneh.

***

- Shara's POV -

Pagi ini sekeruyuh kabut tipis yang sejuk namun menyambar sel sel tubuh yang membuat para insan bergidik dingin dan mengharapkan kehangatan dari bola pedar kuning yang nampaknya masih ingin tertidur dibalik tupukan awan yang berlukiskan abu dari atas keribuhan sudut pijar kota Paris.
Bunyi kritik pantat cangkir yang bersentuhan dengan pisin putih dibawahnya secara sengaja kini menjadi pusat penmecah keheningan disudut cafe hotel berbintang.
Gadis dengan Bodycon bertemporary benderan America yang ditambah sentuhan Black Leather Jacket kini sedang bersingkup mengusap kedua tangannya sambil memandang keriukan pesisir kota Paris.
Ini sudah ke dua belas kalinya teh hijau Gyokuro diisapnya. Teh hijau kelas atas bernamakan Gyokuro yang angkuh terbuat dari dua sisi daun teh pahit asal Paris kini menjadi sahabatnya dikala sepi menerjang riup sekitar. Shara sedari tadi hanya memandang jemu layar Iphone putihnya sambil mengetuk jemari bergantian yang mengeluarkan dentam tak berirama seakan mengisi kekosongan sambungan telfon dan pesan yang dinantikan.
Satu menit... Dua menit... Tiga menit...
Lima belas menit... Tiga puluh menit...
Tapi seperti pepatah, menunggu itu seperti jeda. Jeda yang ada pada dua buah kata, yang biasa dipakai penulis dengan tanda koma dan pasti ada kelanjutannya, seperti waktu yang kini menunjukan pukul 12 siang tandanya sudah hampir 3jam dirinya terpuruk dengan nafas yg teratur, tak ayal seperti pelangi yang membujur setengah lingkaran yang setia menunggu hujan reda, Shara masih menunggu balasan panggilan atau bahkan pesan singkatnya dari Justin yang sejak tadi pagi sudah hilang bersama kru meninggalkan Shara sendiri di hotel.
Namun dengan sigap suara rontak sorak sorai 3 pemuda dari pintu masuk cafe kini membuatnya bergetir senyum singkat saat pemuda bernama Christian melakukan sedikit gerakan konyol yang dibalas tawa renyah pemuda dibelakangnya, Chaz dan Ryan.
"Shara! What's up???" Sapa Christian.
"Hay guys, where have you been?" ujar Shara
"Just walked about the hotel, what are you doing here? Alone?" ujar Chaz.
"Ya... Just sitting and enjoying at the moment" ujar Shara.
"I think we shell bring her to the one beautiful beach" Ryan berucap penuh sarkatis.
Shara merenyitkan alis saat tiga pemuda di depannya sedang berbisik tak bersua.
"Come with us!" Sergah Chaz yang langsung menyambar pergelangan tangan Shara dengan kokoh.
"E..e...where are we going?" Ujar Shara berucap sambil beranjak pasrah dari kursinya.

***

Setelah berjalan kaki sekitar 1KM dibawah gumbulan cuaca yang meringis berawan mereka sampai di tempat tujuan. Jadi di sinilah mereka. Di kawasan pantai Alcúdia di Paris Timur. Sangat indah semua yang terpancar dari sini, mulai dari pasir putih yang bersih, pesisir laut yang jernih, view beberapa gunung dipelosok ujung laut disebrangnya, semua terlihat sempurna.
"waw" kata Shara. Ia bergegas melangkah ke depan sebuah beton yang biasa dijadikan tempat duduk. Ia memejamkan mata dan menghirup wangi asin yang entah kenapa mengingatkannya lagi pada seseorang yang juga tampaknya mencintai pantai, Justin, andai Justin disini. Shara membiarkan pakaian dan rambutnya berkibar kibar ditiup
angin.
"Gotchaaaa!" tiba-tiba sebuah pelukan dengan cepat merampas tubuh Shara dengan tangan yg melingkar dipinggangnya yg membuat kakinya merontak tak menapak lagi di pasir-pasir pantai yg mengagetkan dirinya dan sontak memukuli bahu Chaz.
"Chazzz! Drop me!!!!" ucap Shara sambil berusaha memukuli bahu Chaz, tapi lelaki ini tetap berlari membawa Chaz sambil tertawa riang. Chaz terus membawa Shara berlari.
Tak disangka tapak kaki Chaz berhenti saat mendekati air laut yang berteriak-teriak.
"Byuuuuur!" Dengan seenaknya Chaz menghempaskan diri Shara ke atas isakan air laut yg jernih.
"Hahaha" suara renyah Chaz, Christian dan Ryan menyambutnya.
"CHAAAAZ! Huh!" Shara mendecak kesal, mengerucutkan bibirnya terdiam membiarkan butiran air laut mengerubungi tubuhnya.
"Guys! Laugh as loud as you can guys!" Ujar Shara kesal.
"sorry Madam!! it doesn't our mean" ucap Christian dengan muka puppy face yg menggemaskan.
"Sorry, Mrs. Biebaaah!" ucap Chaz mengulurkan telapak tangannya kehadapan Shara dan dengan senang hati Shara menerima telapak tangan Chaz sambil tersenyum licik.
"byuuuur!"
"You have to pay it! Hahahaha" suara Shara menjadi pecahan tawa terbahak-bahak setelah berhasil mendorong Chaz mengahantam air laut.
"Gezzz!" seru Chaz gemas.
"Hahahaha" semuanya tertawa tawa sambil memainkan air laut yg berdeburan, melemparkan sirih air kepada lawan.

***

Sore kini menjelma, pesona lukisan bermetosfir kejinggaan rupanya beberapa jam lagi akan menjemput hari itu.
Setelah Shara, Chaz, Ryan dan Christian menghabiskan waktunya dengan berjemur, membuat istana dari pasir, bermain bola pantai hingga ulah-ulah lawakan 3 pemuda yang memenggoda gadis-gadis dipantai bisa menjadi sebuah keseruan tersendiri untuk menghidupkan suasana hari, dari pantai mereka bermain ke pinggiran pantai dan mendatangi sebuah restaurant, menyantap beberapa hidangan seafood creams dengan rasa bawang putih dan kembali tertawa karna sikap jahil Christian yang melewati batas terhadap menu Schnitzel dan kentang goreng pesanan Ryan. Setelah kenyang makan mereka kembali pulang menuju Hotel.
Kegiatan dadakan mereka berjalan menelusuri pantai.
"Wohooo tiring but excited"
"Hahaha don't worry about your Schintzel, mr. Ryan" ujar Christian menyinggung sedikit tentang kejadian tadi dipantai.
"Oooh not too bad" jawab Ryan sambil berjalan menuju lift hotel.
"Shar! Are you coming tonight?"
"Come..ing?"
"Yes, justin's concert!! Can't wait to know who the special guess star is..." Sambar Christian.
"Guess? Star?" Shara merenyitkan dahi, tidak mengerti dengan apa yang mereka katakan.
"You don't know, do you? Scooter said, someone will be a guess star at Justin's concert, he said this girl is so amazing" ujar Ryan.
"Don't miss it! At 6pm in Lobby" ujar Ryan memasuki kamar hotelnya.
Shara mengangkat bahu, pikirnya hilang melayang pantas saja kalau hari ini semua kru dan Justin sendiri sudah berangkat pagi-pagi buta untuk melakukan konser besar.

***

Shara sedari tadi terpaku serius dilayar iphonenya, berjalan sejajar dengan 3 pemuda lain didepannya yang sedang mengoceh sebuah topik pembicaraannya tanpa memasukan Shara kedalam larutannya.
Shara menghela nafas setiap dirinya melihat menu pesan yang berdampir kosong tidak menandakan sebuah hujatan bergambar pesan tertutup yang masih baru singgah ke handphonenya, dimana Justin? Dari pagi tidak memberinya kabar untung saja hari ini ada orang orang yang membawanya tersurut ombak buah tawa disetiap detik kejadiannya.
"Kenny!! Whats up dude"
Ucapan tadi membuat Shara menoleh kedepan, mendapati sosok Kenny dan Alfredo disana.
"Hay you guys, Justin's still at his room" ujar Alfredo.
"Oh oke thanks!" Ujar Christian
Kenny dan Alfredo tersenyum lalu berlalu, tidak panjang ujuran sapa yang mereka lontarkan, mereka langsung menemui pusat dongkakan konser ini diruangan pribadinya.

***

"Hai dude" sapa Justin sambil bergantian menjabat semua sahabatnya lalu terpaku dengan sosok wanita dibelakang sana, Shara sedang tersenyum manis.
"Hai..." Sapa Justin cukup manis.
"How's your practice?" Ujar Shara sambil menepuk pipi Justin.
"Em.. Good" ujar Justin.
"I have...taraaaaa" ujar Shara sambil menujukan sebuah papaerbag hitam dengan gombarh sebuah merk ternama kehadapan wajah Justin.
"While I was shopping with pattie, I brought this for you.. I hope you will like it" ujar Shara lagi sambil tersenyum terkesima menunggu jawaban dari sang objek yang bersandar dengan ekspresi yang terlihat biasa saja.
"Oooh thanks" ucap Justin menepuk ujung kepala Shara lalu berbalik dan ikut duduk diantara ke tiga temannya di sofa.
Shara tercengang melihat perubahan sikap itu, itu bukan Justin sepertinya, Senyum mirisnya ikut memudar, terganti desah nafas berat gadis itu. Ada sesuatu yang berbeda. Tidak signifikan namun sudah terasa. Bagi Shara setidaknya.

***

Pemuda yang tengah naik daun dalam masa popularitasnya kini sedang melantunkan suara merdu dari pita tenggorokannya, melangkah dengan giring-giring beberapa penari latar di belakangnya, serumpunan manusia kini mendampingi dengan menabuh alat alat musik dibalik beberapa interior properti disetiap sudut panggung dan kilauan lampu yang menggema dekup meriah. Rupanya, Malam ini konser Justin Bieber di NRJ, Paris sudah digelar.
Shara, Chaz, Christian, Ryan, Scooter, Wilson, Kenny, Carin, Pattie dan beberapa kru lain sedang menatapi pemuda itu di sisi panggung, dengan energi yang membahanam Shara terus menerus berteriak memanggil nama Justin sekencangnya, sekerasnya sambil meloncat loncat dengan papan bertuliskan "We Love Justin Bieber" begitu pun ke tiga pemuda lainnya ikut larut dalam emosi lagu lagu yang Justin bawakan.
Sedangkan, sosok yang sedari tadi menjadi objek bahasan, telah mengintai mereka dengan tatapan matanya diatas panggung.
Shara tersenyum saat beberapa kali mendapati Justin memberi kissbye dari atas panggung ke arah mereka.
Shara ikut terbawa suasana mendengar Justin melantunkan beberapa lagu, lalu tradisi OLLG yang ikut mengingatkan dirinya saat menjadi OLLG di Indonesia dan skil Justin bermain drum.
Shara yg sedang tersenyum, sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru stadion yang dipenuhi ribuan fans Justin lalu tiba tiba terkesedip saat mendengar perkaatan Justin terlintas digendang telinganya.
"Oke now, I have a surprise for you guys! I have an amazing guess star for today, she is so beautiful yah.. Em.. Don't spend much time, please welcome Selenaaaa Gomeeeeez" ucap Justin yang mempersembahkan seseorang dari belakang panggung yang membuat setiap penonton berteriak sekeras kerasnya.

It feels like we’ve been out at sea, whoa
So back and forth that’s how it seems, whoa
And when I wanna talk you say to me
That if it’s meant to be it will be
Whoa oh no

Entah apa yang dirasakan, utopia tubuhnya kini terkulai lemas saat menunjang sosok perempuan anggun diatas sana, Stripe Blazer, Rompers, Wedges berwarna hitam senada melengkapi metafora kecantikan wanita itu sambil melantunka tiap kata dari lirik lagu 'Overboard'

So crazy is this thing we call love
And now that we’ve got it we just can’t give up
I’m reaching out for you
Got me out here in the water
And I

I’m overboard
And I need your love
Pull me up
I can’t swim on my own
It’s too much
Feels like I’m drowning without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
Whoa

Gestur tubuh mereka kini mendekat, bertatapan satu sama lain, menjatuhkan setiap tujuan bola mata dilawanya, Justin membelai lembut pipi Selena, menyampirkan tanganya di pinggang Selena sambil melangkah beriringan.

I never understood you when you’d say, whoa
Wanted me to meet you halfway, whoa
Felt like I was doing my part
You kept thinking you were coming up short
It’s funny how things change cause now I see
Oh whoa

Fans Justin berteriak semakin kencang, apalagi saat lampu lampu disinari menyorot pasangan duet malam itu diatas panggung yang gemerlap. Justin mengeliling tubuh Selena, dan berhenti di hadapan gadis itu.

So crazy is this thing we call love
And now that we’ve got it we just can’t give up
I’m reaching out for you
Got me out here in the water
And I

I’m overboard (overboard)
And I need your love
Pull me up
I can’t swim on my own
It’s too much (it’s too much)
Feels like I’m drowning (ohh)
Without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver

Sekarang, Justin berulah lebih, tangan kirinya merengkuh wajah Selena, menatapnya tajam sambil menyanyikan untaian lirik lagunya dan lebih mengejutkan saat Justin memeluk Selena yang terlihat semakin dekat.. semakin dekat dan... Dengan sengaja Justin menempelkan Jidatnya ke jidat Selena.

Oh
It’s supposed to be some give and take I know
But you’re only taking and not giving anymore
So what do I do
Cause I still love you
(I still love you baby)
And you’re the only one who can save me

Whoa, whoa, whoa, oh

I’m overboard
And I need your love
Pull me up (pull me up)
I can’t swim on my own
It’s too much (it’s too much)
Feels like I’m drowning without your love
(I’m drowning baby, I’m drowning)
So throw yourself out to me
(I can’t swim)
My lifesaver

(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
It’s crazy crazy crazy
(Lifesaver, oh lifesaver)
Lifesaver oh
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)

Yeah

lirik lagu penutup itu ditutup dengan sebuah pelukan berbalas dari kedua pasangan duet itu, Justin memeluk Selena lalu sedikit mengangkat dan memutar badan gadis itu lalu kembali menurunkannya sambil berteriak.
"This is Selena gomeeeeez!"
"Thanks everyone, night!" Ujar Selena yang langsung berpaling ke belakang panggung dirangkul Justin dan menghilang dilkalap stage.
Shara tertegun melihatnya rontahan aneh gadis berwajah tirus itu bersamanya Justin. mungkin ini sebuah kecemburuan.
Shara jatuh terduduk dibangku, terpekur memegangi jantungnya sendiri, seakan takut organ krusial itu akan meledak lantas jatuh berserak yang kini ia tersadar mungkin itu hanya sebuah profesionalitas dari seorang 'Artis'


 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar