Sabtu, 26 Januari 2013

How To Love - Part 3

Re-post
...:: How To Love ::... 
Part 3
Story by @BieberLSIndo 


***


- Justin POV -

Kini Justin dan Shara sedang duduk berhadapan disebuah meja makan setelah berlakon lari-larian hal layak film india.
Santapan sarapan pagi ini terasa begitu nyaman untuk Justin karena sesosok wanita dihadapannya, sesosok wanita yang baru ia temukan satu minggu yang lalu selalu membuatnya tersenyum.
Kenapa sekarang Justin hanya ingin dekat dengan Shara? Perasaannya selalu nyaman jika bersama Shara, bahkan saat Shara marah, tertawa, tersenyum semuanya terasa sangat sejuk dihatinya saat ini, mengagumi indahnya yang tidak dapat lagi diucapkan oleh kata-kata, Justin hanya bisa tersungkur terpesona melihat paras cantik Shara, apa ini namanya cinta pandangan pertama? Sangat sulit melepas pandangan dari wajahnya, sangat enggan untuk jauh darinya, namun seuntai pertanyaan kini datang menghantui pikirannya, apa Shara juga merasakan hal yg sama dengan seperti perasaan Justin? Entah... Hanya Shara yang dapat menjawabnya.

***

"Shar..." ucap Justin sambil berhenti menyuap nasi goreng miliknya.
“What?" kata Shara pelan sambil mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia tundukkan.
"I have to go home now" ucap Justin.
"Emm... Ok...ey" ucap Shara pelan.
"But, before I go home I want to..." ucap Justin yang agak tersendat-sendat. Justin telah berfikir sebanyak jutaan kali untuk jujur tentang perasaannya.
Shara terpaku menatap Justin, menunggu seuntai kata yang akan ia ucapkan.
“kiss and hug before is.. is.. my..heart...content..(Ciuman dan pelukan tadi itu..isi hati aku)” kata Justin pelan. Shara masih tertegun tidak mengerti apa yang Justin maksud.
“I hope... I hope... You can.. Ah! I can't say” ucap Justin lagi.
Shara tetap terpaku, berusaha mencerna setiap kata dari Justin yang membuatnya semakin penasaran.
“I want.... You to be... be... I want you to be my girlfriend” lanjut Justin menyelesaikan kata katanya sambil berpikir dalam hati kenapa dia berani ngomong seperti itu? tanpa berfikir kalo ini cewek tidak suka bagaimana? sama saja mempermalukan diri sendiri.
Shara terbelangak mendengar seuntai kata yang di lontarkan Justin, pikirannya hilang melayang, mengaduk semua isi mermori otaknya, Shara hanya bisa menunduk lalu menggeleng pelan, Justin kini berganti menatap Shara dengan penuh tanda tanya, menunggu sebuah jawaban.
"sorry, it doesn't mean I don't like about you, I'm just not ready to have a boyfriend as famous as you (maaf, ini bukan maksud aku ga suka sama kamu, tapi aku belum siap untuk punya pacar terkenal kaya kamu)" ucap Shara pelan sambil menundukkan kepalanya, mencerna kembali perkataan yang ia ucapkan, ucapannya yang kini malah membuat sakit hatinya, perih dan mencabik-cabik.
"And than love isn't about physical its about chemistry faithful and understading, and its too fast..(cinta bukan cuma tetang fisik, tapi juga tentang setia dan pengertian, dan ini terlalu cepat)" tambah Shara lagi.
Dan Justin, Justin yang sedari tadi duduk dihadapan Shara kini terpaku, terpaku lemas mendengar sebuah pernyataan dari Shara, sebuah pernyataan yang ternyata berisikan sebuah penolakan, penolakan secara halus.
Justin tak pernah merasa sesakit ini, perasaan sakit begitu meluap luap hingga hanya membuat dia hanya berdiam menatapi Shara penuh kekecewaan.
Setelah beberapa menit, mereka tak berbicara akhirnya Justin membuka sebuah kalimat memecah keheningan.
"Okey... I see.. Its the best for us, we are just friends" ucap Justin.
"Okey, thanks Shar, I have to go now" ucap Justin lalu pergi memalingkan dirinya menjauh dari meja makan dan hilang di balik daun pintu.
Tersisa Shara, Shara hanya tersibak, mungkin pernyataannya tadi akan membuka babak baru dari opera pertemanannya dengan Justin selanjutnya.
Percayalah, cinta tak harus memiliki, cinta akan datang seiring waktu, walau Shara bukanlah miliknya tapi Shara berjanji akan selalu ada untuknya.

***

Moday, May 9th 2011

Seminggu, sudah seminggu Shara menginjakan kakinya di sebuah kota dambaan dunia, sudah seminggu pula Shara menjalankan status pelajar yang masih disandangnya, dan sudah seminggu juga Shara tidak berkomunikasi dengan Justin.
Shara mematut dirinya di kaca, menatap pakaian yang akan ia kenakan kesekolah hari ini, ia berpenampilan biasa, kaos abu polos dan celana pendek jins juga sebuah kucir satu kuda akhirnya melengkapi penampilannya. Sangat sederhana.
Ketukan di pintu menyadarkan lamunannya. Shara menghela nafas lalu beranjak ke arah pintu.
"Shar? Udah siap? Ayo nanti terlambat" ucap Wilson, ayahnya, seraya membuka pintu kamar Shara perlahan.
"Iya dad" ucap Shara sambil mengambil tas bermerk ripcurl berwarna hitam di atas kasur.

***

Seperti biasa, diantar oleh ayahnya hingga depan gerbang sekolah HIGHLAND SENIOR HIGH UNIVERSITY. Sebuah nama sekolah menengah atas di kawasan Hollywood, Los Angeles.
Begitu Shara memasuki gerbang, tampak di hadapannya sebuah tempat parkir yang dijejeri deretan mobil mewah yang harganya bisa berhias angka nol sampai sembilan digit. sambil terus berjalan ke arah pintu utama gedung sekolah yang bercat putih bersih. Sebuah mobil sedan berwarna silver kini melaju kencang di samping Shara dan tepat berhenti di depan pintu utama gedung, di depannya. Segerombolan cewek cantik nan populer dan kaya turun dari mobil mewah tersebut.
Seorang tuan putri yang bernama Jasmine Village beserta dayang-dayangnya kini berjalan menuju gedung sekolah.
Bukan kali pertama ia melihat adegan seperti ini, namun Shara tetap hanya menelan ludah melihat segerombolan gadis tenar, gadis-gadis yang mempunyai hak peto di sekolah ini, gadis yang sudah menjadi teman sekelas Shara selama seminggu ini.

***

10th-A, nama kelas Shara. Kelasnya ada di lantai 3, tak perlu menaiki puluh anak tangga karna ada elevator yang siap mengantarkannya. Elevator yang dinaikinya tidak begitu penuh. Hanya ada seorang perempuan british yang sedang asik membaca sebuah majalah.
"Ting" pintu elevator terbuka di lantai 3, Shara dan seorang perempuan yang masih membaca majalahnya tadi ikut turun di lantai yang sama.
Shara berjalan dibelakang perempuan yang kini sudah menutup majalahnya, berjalan menuju kelas yang ternyata kelas Shara juga, dan yang membuat terkejut saat perempuan itu juga berjalan kearah kursi yang tidak terlalu belakang, kursi milik Shara.
“Who are you?” tanya perempuan itu saat menduduki sebuah kursi dan melenggak melihat Shara yang sedari tadi mengintilinya.
"Me? Shara, Shara Syafira" ucap Shara dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Are you a new student?"
Shara hanya mengangguk kepada seseorang perempuan yang belum ia lihat selama ini.
"Ooooh you are my new chairmate, aren't you? I'm Agatha Christi" ucap Agatha.
“So you are my chairmate who was sick (jadi km teman sebangkuku yang sakit)?” tanya Shara ramah.
“Yes, let's sit..” jawab Agatha.

***

Shara mengikuti beberapa mata jam perlajaran dengan lancar. Seperti biasa, boring dan ga ada yang istimewa dalam hal materi pelajaran. Beberapa kali, Shara melihat Jasmine yang duduk tak jauh dari bangku Shara, sedang menyentuh nyentuh layar ponsel di atas mejanya, tanpa ditutup tutupi layaknya anak SMA lain yang sedang sembunyi sembunyi smsan di saat jam pelajaran. Dan beberapa guru pun tampak membiarkan Jasmine bertindak semaunya. Mungkin karena kedudukan Jasmine? Shara tidak tahu.
Bel pulang akhirnya berdering, Shara dan Agatha langsung bergegas pergi meninggalkan kelas. Agatha mengajak Shara beranjak ke halaman depan untuk mengitari bagian luar sekolah, itung-itung agar pertemana mereka semakin akrab dan menunggu Wilson untuk datang menjemput Shara. Mereka melanjutkan perjalanan ke taman luas milik sekolah, luasnya kira kira hampir sepertiga hektar.
"Isssh oh god! Why do I always meet her?" gumam Agatha saat melihat gerombolan popular itu. Jasmine dan kawan kawannya berjalan didaerah sekitar taman yang mereka singgahi. Para gadis itu sibuk memenceti ponsel dengan gaya angkuh yang sama dan langkah yang teratur. Kehadiran mereka seakan mengintimidasi siapapun yang dilewatinya.
"Does Jasmine have a boyfriend?" tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Shara.
"Ha? You don't know? Really?" Agatha mencibir.
Shara hanya menggeleng.
"you do not know? She is close to Justin Bieber, I heard she has a relationship with Justin because she was a model video clip 'baby' (kamu gatau? Dia lagi deket sama Justin Bieber, aku denger malah dia pacaran sama Justin gara-gara dia jadi model vc 'baby')" ucap Agatha dengan sigap.
Shara yang dari tadi melamun kini tersendat sehabis mendengar pernyataan Agatha.
"Uhuuuk!" Batuk Shara beghitu keras.
"Are you okey?" ucap Agatha sambil mengelus bahu Shara.
"I'm fine... Really? A relationship?" ucap Shara kini tak percaya, Justin yang seminggu lalu dekat dengannya sekarang sudah dekat wanita lain, yang tak bukan adalah Jasmine, wanita angkuh yang berstatus dsebagai teman sekelasnya.

***

"Bye... See you" ucap Agatha sambil melambaikan tangannya ke arah Shara, dan Shara membalas senyum lalu melambaikan kembali tangannya seraya memasuki mobil sedan hitam yang sudah datang menjemput didepan gerbang sekolah.
Shara baru saja masuk ke dalam mobil dan duduk dijok depan samping pengemudi sambil menunduk.
“Shar? Kamu gapapa?” kata seorang lelaki yang duduk disebelahnya, Mr. Wilson.
Shara mengerutkan dahinya lalu menggeleng kepalanya ringan, berlaga seperti orang yang tidak menimbun sejuta pemikiran, jujur saja dia masih mengingat semua cerita pribadi diri Jasmine yang Agatha lontarkan ditaman tadi, tak enggan Shara memikir perkataan Agatha mengenai hubungan Justin dan Jasmine 'Jasmine pacar Justin' 'Jasmine jadi model video clip baby' kata-kata itu semua terus berputar diotak kecilnya, diakuinya Jasmine memang cantik, tajir, bahkan seorang artis yang terkenal kurang apa sih dia? Pantas saja kalo rumor itu beredar, namun yang disayangkan semua kelebihan didiri Jasmine membutakan sikap pribadi Jasmine terhadap orang lain.
“Shar?” ucapan ayahnya yang kini menghamburkan semua kilauan lamunannya.
“Ya?” Shara menyerahkan muka polosnya ke arah ayahnya.
"Kamu ikut daddy dulu ya?" ucap ayahnya yang masih memfokuskan pandangannya ke jalan sambil memadu stir mobil.
“Ke?” jawab Shara seadanya.
Wilson hanya mengerutkan kening, lalu mengangkat bahu namun tak memjawab pertanyaan Shara.

***

“wow..” satu kata yang Shara ucapkan saat terperangah menatap rumah-rumah yang ia lewati dari balik jendela mobil. Shara melongok ke kanan dan ke kiri saat ayahnya membanting setir ke arah suatu kawasan rumah-rumah mewah yang asri dan tertata.
Tiba-tiba mobil yang dikendarai ayahnya berhenti didepan sebuah pagar hitam yang menjulang tinggi, belum lama mobilnya berhenti didepan gerbang, tiba tiba gerbang itu membuka dengan cepat, secara otomatis. Mobil Shara pun kini melaju lagi dan diparkirkan disebuah halaman rumah yang luas.
"Ayo shar" ucap Ayahnya sambil membuka sabuk pengaman lalu keluar dari dalam mobil.
Shara mengangguk lalu ikut turun dari dalam mobilnya.
Masih berbalut pakaian sekolah yg tertempel dibadannya Shara berjalan mengintili ayahnya.
Ia melihat sebuah air mancur besar berdiri megah di tengah halaman, di sebuah jalan setapak yang cukup lebar untuk tempat parkir mobil yang luas. Di tingkat teratas air mancur itu terdapat sebuah ukiran besar dari
marmer, Di sisi kiri dan kanan
jalan setapak itu terhampar sebuah kebun luas.
Tiba-tiba sosok Scooter muncul di balik pintu rumah yang besar.
"hey Wilson and Shara, cmon!" ucap Scooter mendekati Shara dan Wilson.
Shara seperti baru di sadarkan dari tidur panjang. Ia menatap Scooter yang mulai menuntunnya masuk kedalam sebuah rumah.
Shara masih terbengong bengong ketika Scooter membawanya masuk melewati pintu masuk rumah. Ketika Shara melemparkan pandangannya ke depan, dia berada dalam sebuah rumah besar bertingkat 3 menjulang kokoh di hadapannya. Beranda depan rumah itu sangat luas, ditopang oleh pilar2 besar yang terbuat dari marmer. Begitu pula lantainya. Lampu kristal menggantung
angkuh di langit langit beranda, menyempurnakan segalanya.
Scooter menyuruh Shara dan Wilson duduk disebuah sofa dan dihadapannya sebuah penghargaan berderet sangat banyak, platinum perak emas, sebernarnya ini rumah siapa? Pertanyaan itu lewat diotak Shara.
"Where's Justin?" ucap ayahnya yg tengah duduk disampingnya.
Shara tercengang dengan pernyataan ayahnya, jadi ini rumah Justin? Scooter? Atau emang rumah team Justin? tak pernah terbayangkan sedikit pun dibenaknya kalo Shara akan pergi kerumah seorang artis fenomenal seperti Justin.
"He's going to mall with Ryan, Kenny and Pattie" ucap Scooter.

***

"Hahahaha kill it? Hahahaha" suara renyah tawa beberapa orang kini mengalihkan fokus pandangan mata dan jemari Shara dari iphone miliknya yang sedang tersambung dengan situs Twitter.
“Justin..” ucap Scooter yang membuat Justin berhenti mengalihkan tawa canda sedari tadi ia masuk kedalam rumah.
Shara langsung melihat ke arah kanannya, Justin, Pattie, Kenny dan seorang lelaki sebaya dengan Justin tengah datang dari pintu utama.
"Scooter! Oh hai Wilson and..... Shara" ucap Justin, namun volume suaranya kini agak sedikit menurun ketika berucap nama 'Shara'.
Shara tersenyum manis dan lebar kearah Justin, namun bukan sebuah senyuman sebagai balasan dari Justin melainkan tatapan matanya ke Shara yang ia buang dari ke sisi lain, seakan dia sangat membenci Shara.
Gondok. Sangat gondok setelah mendapati sikap Justin berubah 180derajat kepada Shara.
Justin yang masih dengan setelan kaos poloh biru dan celana jins panjangnya berdiri bersama teman sebayanya.
“Cmon play xbox” ucap Justin beranjak meninggalkan kerlingan manusia yang ada diruang tamu rumahnya, yang langsung diikuti seorang lelaki yang tinggi dan umurnya mungkin sebaya dengan Justin.
"Justin, don't forget about tonight!" teriak Scooter.
"Okey!" ucap Justin dari kejauhan.
Shara yang masih belum tau apa-apa kenapa Justin berubah sikap terhadapnya, dengan terbata bata mengikuti gerakan badan Justin dengan matanya.
“Hai Shara, do you remember me?” kata Pattie.
"Absolutely, I do" ucap Shara sambil membalas pelukan Pattie.
Merasakan pelukan hangat Pattie, Shara mengingat dengan ibundannya, ibunda yang sudah berbeda alam dengannya. Pelukan itu tidak berangsur lama.
“Shar, go playing with Justin dan Ryan” ucap Pattie.
"Ha...emm.. No I don't.." tolak Shara terbata-bata.
"Just go, his room on the 2nd floor" ucap Pattie.
"Yeah, Pattie's right. Go into Justin's room, join playing with Ryan. Cos here we'll discuss about affairs of the adult hahaha (ya Pattie benar. Pergi ke kamar Justin, ikut bermain bersama Ryan karna kita disini akan berdiskusi masalah orang dewasa)" ucap Scooter sambil terkekeh kecil.
Shara menghela nafas berat lalu mengangguk kecil sambil melangkah kesebuah tangga ditengah-tengah rumah yang mewah, menelusuri lingkup sampai ke kamar Justin.
“Don't be scared Shar, they won't do anything” ucap Kenny menyemangati.
Bergegas, Shara menuju lantai 2 dan mengetuk sebuah pintu kamar dan pemiliknya adalah Justin Bieber.
Tidak terdengar jawaban, Shara memutuskan untuk membuka gagang pintu dan mendorong pintu itu masuk.
Sebuah kamar yang sangat lapang dilengkapi dengan ruang tamu kecil dengan sofa dan tv plasma 42” yang menempel di dinding menyambutnya saat memasuki pintu.
“Excuse...” kata Shara.
Sebuah suara menjawabnya “yes?”
Tapi suara ini suara yang asing bahkan belum pernah didengar Shara.
Shara menyibak dan mendapati punggung gagah seorang cowok sedang duduk menatapi layar tv yang memainkan permainan bola. Bukan Justin sepertinya. Cowok itu membalikan badannya. Benar saja pikir Shara, lelaki itu, lelaki yang Justin tuntun sedari tadi masuk rumah, ternyata dia teman Justin, dia memiliki Wajah yang ramah dan lumayan tampan. Tapi ada yang membuat Shara berpikir bahwa cowok ini tidak lebih tampan dibanding Justin.
"Hai, are you shara? I'm Ryan, Justin's friend. Are you looking for Justin?" Tanya Ryan sambil tersenyum ramah.
"No... Pattie asked me to play with you and Justin, cos they'll discuss about something, yes I'm Shara (tidak... Pattie menyuruhku untuk bermain dengan kamu dan Justin disini soalnya mereka akan membicarakan sesuatu, ya aku Shara)" ucap Shara dengan lantang.
“Oooh, let's sit, I'm playing xbox, wanna join?” tanyanya.
"No thanks hehe" ucap Shara sambil duduk satu sofa dengan Ryan dan tepat di sebelahnya.
"Justin?"
"In the bathroom" potong Ryan sambil memainkan jari distik xbox dengan lincah.
Shara mengangguk sopan.
Tak lama siluet pintu berbunyi menderit, Shara langsung menengokan kepalanya kebelakang dan benar saja ia mendapati Justin keluar dari pintu kamar mandi yang sudah mengganti bajunya dan bergaya sedikit santai. Celana pendek, kaos putih polos dan sebuah sendal. Kini mata Justin dan Shara kembali bertatapan seperti kejadian dikamar Shara saat Shara terjangkit sakit satu minggu yang lalu. Namun tatapan keempat bola mata yang bertubrukan itu tak berangsur lama, Justin lagi-lagi langsung mengalihkan pandangnya dari arah Shara lalu pergi keluar kamarnya dengan cepat dan meninggalkan Ryan dan Shara tersisa berdua di kamar.
"Shar?" ucap Ryan sambil mematikan xboxnya.
"Ya?" ucap Shara tergesah-gesah yang langsung mengembalikan posisi duduknya seperti semula.
“Don't think about it, this week he does look weird, he does because a girl ignored him haha (jangan pikirin itu, minggu ini dia terlihat aneh, dia begitu karna seorang permpuan nolak dia haha)” kata Ryan sambil tertawa pelan.
Shara mengangguk lagi sambil menyinggung senyum kecil.
"1 minggu? Nolak? Apa maksud Ryan itu gue? Masa sih Justin frustasi gara-gara ditolak gue?" gumam hati Shara.
"But now he's having another girl, the girl is Jasmine Villegas" ucap Ryan.

***

Shara tertegun. Sambil menekan dadanya yang bergemuruh keras setiap ucapan Ryan berputar mengelilingi pikirnya. Entah kenapa, Shara tidak bisa tersenyum bahkan ceria kembali setiap mengingat semua ucapan Agatha mau pun Ryan tentang Justin dan Jasmine.
Ayahnya menyadari lamunan Shara yang tidak biasa. Ia mendekati Shara.
“kenapa melamun, Shar?” ucap Ayahnya sambil menyentuh bahu Shara pelan.
“eh, engga daddy.. gapapa ko hehe” ucap Shara sambil terkekeh ringan. Ayahnya hanya tersenyum menyadari kebohongan kecil Shara.
“Oke, let's go inside” ucap Ayahnya sambil berjalan mengiringi Shara.
Shara mengangguk, lalu mengikuti ayahnya berjalan ke arah sebuah cafe.
Tadi saat di rumah Justin, ayahnya mengajak Shara untuk pulang bersiap lalu pergi lagi untuk menghadiri sebuah acaranya yang menurut Wilson itu sangat penting dihadiri.

***

Shara dan ayahnya kini sudah sampai di sebuah halaman belakang cafe mewah di pusat kota LA, yang ternyata diiisi oleh beberapa lampu taman, pondok barbecue, meja-meja yang dilapis taplak putih yang bersih, beberapa hidangan masakan telah tersaji dan sebuah perlengkapan DJ telah tersedia.
“ada acara apa sih, Dad?” tanya Shara sambil melihat beberapa orang sudah datang dengan pakaian yang formal.
“It's Island Def Jam Party” ucap ayahnya berbisik pelan.
"Ohehe" Shara tertawa pelan, padahal dia tidak tau apa arti yg sebenarnya.
“Nanti bakal banyak orang penting yang dateng, so you have to be a polite girl” ucap ayahnya.
Lalu Shara mengangguk kecil, tanda ia mengerti.

***

- Justin POV -

Sebuah mobil limosin hitam kini berhenti disebuah lobby cafe dimana tempat yang mereka tuju. Beberapa jepretan lampu flash kamera menyambut kedatangannya, paparazi telah mengerubungi mobilnya hingga memetuk beberapa kali jendela mobilnya. Dengan pelan-pelan Justin, Pattie, Ryan turun dari dalam mobil, sedangkan Kenny dan beberapa bodyguard lainnya telah berjaga dan menghalau beberapa paparazi yang berusaha menutupi jalan mereka.
Selesai juga melewati rintangan itu, Justin yang berbalut kemeja lengan panjang hitam yang dilipat setengah lengan dan celana panjang hitam membuatnya tampil sempurna, dengan santai dirinya berjalan disebuah karpet merah.
Justin yang sedari tadi berjalan bersama Ryan disampingnya kini telah menghadiri sebuah acara pesta kebun.
Justin tersenyum waktu beberapa orang memanggil namanya sambil terus melangkah sehingga dirinya terpisah dengan Pattie, Kenny dan Scooter.
Malam ini pesta Island Def Jam lebih terlihat ramai, banyak orang penting yang datang menghampiri, dan Tak disengaja ditengah ramainya orang diarena pesta, Justin melihat ke arah Shara, kedua bola matanya bertumbuk pada sesosok perempuan yang memakai baju dress animal print bercorak zebra dan sebuah kardigan hitam lalu rambutnya terjepit setengah, manis dan cantik. Tak disangka wanita itu akan datang ke acara ini, malam ini, tapi Justin tetap enggan untuk menyapa gadis itu sekarang.

***

- Shara POV -

Shara yang tengah berdiri memegang segelas orange juice membalikan badannya perlahan setelah mendengar seseorang memanggil namanya, dan benar saja matanya kini mengasat kepada dua orang pemuda yang tengah berjalan ke arahnya, Ryan dan Justin.
Dag dig dug.. Suara jantungnya bergetar saat melihat Justin yang terlihat sangat rupawan.
"Hei Shar" ucap Ryan sambil tersenyum.
Shara tersenyum, tersenyum ke arah Ryan yang kini berhenti didepannya, namun Justin, Justin terus melaju melewatinya, tidak memberi senyuman bahkan sebuah sapaan. Mata Shara mengikuti badan Justin yang berlalu disampingnya, berjalan tanpa menghalau dirinya, Shara seperti patung liberty yang tidak bernafas bagi Justin, sedikit rasa sesak terbaret di hatinya yang entah mengapa membuatnya susah untuk kembali tersenyum.
"Hai Ryan" ucap Shara ringan sambil kembali menghadap Ryan.
"Since when have you been here?" tanya Ryan.
"For 30 minutes" ucap Shara.
"Oooh, wanna eat barbecue?"
"Okey" ucap Shara lalu berlalu mengikuti Ryan yang sudah duluan berjalan didepannya.
Belum saja sampai di barbecue set, Shara melihat pemandangan yang sepatutnya tidak dilihat karna bisa membuat hatinya berlirih sakit, lagi. Kini, dihadapan matanya untuk pertama kali ia melihat Justin dan Jasmine bersama seperti apa yang Agatha dan Ryan ucapkan.
“Babyyyyyyy!” teriak seorang cewek mungil berkulit hitam manis eksotis yang mengenakan gaun cantik berwarna milenium, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Jasmine sambil merangkul tangan kiri Justin.
"Hai Jasmine" ucap Ryan yang berjalan ke arah Justin dan Jasmine berpijak. Kenapa juga Ryan harus nyamperin kedua sejoli itu?
"Hai Ryan!" Balas Jasmine.
"You...emm You're my classmate, aren't you?" tambah Jasmine yang kini malah melihat Shara sambil mengerutkan alisnya.
Shara hanya mengangguk kecil.
"What are you doing?" sergap lagi lagi dari mulut Jasmine.
Belum sempat Shara menjawab, Justin kini berganti menatap Shara dengan tatapan cukup rinci.
"I wanna go there" ucap Justin sambil menepis tangan Jasmine yang sedari tadi memegangi tangan Justin.
"Justin, I'm with yooooou" Justin dan Jasmine lalu beranjak pergi memunggungi Shara dan Ryan.
"Haha funny couple" ucap Ryan sambil memutar bola matanya.
Shara hanya menyungging senyum kecil lalu kembali berjalan menuju pondok barbecue set yang sudah mulai ramai.

***

- Justin POV-

Justin menghela nafas, lalu mulai beranjak diam diam menjauhi Jasmine yang asik mengobrol dengan Kenny, dirinya beranjak ke pondok barbecue yang mulai terlihat sepi. Bau daging bakar agak menarik perhatiannya saat mulai dirinya mendekat, pondok barbecue agak gelap, cahaya hanya dihasilkan oleh empat lampu lolipop yang ada di pojok pojok pondok jadi tidak dikenali siapa yang sedang didalam pondok tersebut.
Justin memasuki pondok yang beraroma sangat lezat.
Terenggah Justin saat mendapati Barbecue set di tengah halaman itu kini hanya dihadapi sendiri oleh perempuan itu, perempuan yang sudah tak ia sapa selama satu minggu. Ia sedang berdiri sendiri memakan beberapa buah daging tusuk ke arah timur, membelakangi Justin, mungkin dia tidak tahu keberadaan Justin yang satu tempat dengannya.
Justin mendekat ke arah meja yang sudah menyajikan barbecue yang sudah matang.
Shara agak kaget mendapati Justin yang sedang berdiri di dekat meja barbecue yang tak jauh darinya lalu menutupi jalannya untuk keluar dari pondok.
“Excuse me...” kata Shara mencoba melalui Justin.
Justin dengan acuh tidak menghiraukan Shara, ia tetap berdiri di tempatnya, menutupi pintu pondok.
“Excuse me, Justin" kata Shara lagi sambil menahan kesal.
Justin mengambil salah satu daging tusuk yang ada di piring panjang diatas meja tanpa beranjak. Shara mulai mengernyit sedikit.
“Justin, I said excuse...” katanya lagi.
Justin akhirnya menggeser tubuhnya, sehingga Shara bisa lewat dan keluar dari pondok tersebut.
Lucu juga mengerjai Shara, terlihat sekali Shara menutupi kekesalannya pada Justin, Justin tersenyum kecil setelah Shara pergi menjauh darinya.

***

“hah? Shara goes home with me?” tanya Justin tak percaya pada Scooter, yang disambut anggukan managernya.
“You know I don't bring car.. And ryan?” kata Justin yang mencoba untuk menyela.
“You can bring my car, and Ryan will go home with Dan and Alfredo” ucap Scooter tersenyum.
“Why do I...” tanya Justin terpotong.
“Do you wanna Shara strayed away? (Kamu mau Shara kesasar?)” tanya Scooter.
"Wilson? Why shara doesn't go with wilson?” ucap justin.
"I've told you.. Me, Wilson, Kenny, Pattie have some arrangements (aku udah bilang.. Aku, Wilson, Kenny, Pattie punya masalah)"
Justin melengos, menuruti saja apa yang Scooter katakan.

***

-Shara POV-

Sebuah sedan hitam mengkilat yang sama menanti Shara dilobby cafe. Setelah acara selesai, Shara akan kembali pulang, karna kasur empuknya sudah menanti untuk dihinggapi dan terlrlap dalam dunia mimpi.
"Shar? Kamu pulang sama Justin ya? Daddy ada urusan dulu" ucap Wilson.
Justin? Ga salah? Bisa terjadi 'awkward moment' kalo Shara dan Justin dalam satu atap mobil, padahal hubungan pertemanan mereka sudah renggang.
Namun, Shara hanya menganguk menerima saja apa yang ayahnya katakan dari pada dia tidak pulang.
Justin sudah duduk manis di kursi pengemudi. Wajah tampannya terlihat tak sabar dan mungkin agak marah.
Shara meneguk ludah, melihat tampang Justin yang sinis melihat kearah Shara.
“Take care guys” kata Pattie.
Shara baru saja akan membuka pintu mobil belakang saat Justin menghardiknya.
“Don't sit behind! I'm not your driver! (Jangan duduk dibelakang! Aku bukan supir kamu!)”
Sambil menghela nafas agak dongkol, ia membuka pintu penumpang di bagian depan. Duduk tepat di samping Justin, yang kini memandangnya agak sinis.
“Wearing ur seat belt, can you wear that? (Pake sabuk pengaman kamu, bisa kan makenya?)” tanya Justin yang bermaksud mengejek.
Shara menghela nafas pelan dan memakai seat belt nya.
"Bisa! Emangnya gue kampung!" sela Shara cukup keras.
"Ha?" ucap Justin.
Shara pura-pura acuh dan langsung mengalihkan pandangannya ke jendela mobil.
"Untung lo ga ngerti bahasa indonesia!" gumam hati Shara, kesal sendiri.
Justin menglakson mobilnya lalu berlalu dari cafe yang bernama 'La Coste'.
Ya Tuhan .. cobaan apa lagi yang akan dihadapinya setelah ini ? pikir Shara.

***

Justin menghentak hentakan kepalanya mengikuti irama alunan lagu 'Party Rock Anthem' dari LMFAO. Stereo turbo yang dipasang di bagian depan dan belakang sedan hitam ini mendukung beat demi beat asik lagu khas clubbing itu. Shara menghela nafas sambil sesekali melirik ke arah Justin yang sedang asik dengan dunianya sendiri. Justin melajukan sedannya dengan kecepatan tinggi, seakan akan jalanan sudah dibeli olehnya. Justin menggerakan setir sambil mengecek ponselnya, lalu menyimpan ditelingnya.
"Yes? Baby"
"Miss you.."
"Oke, bye babe" ucap Justin dalam saluran telfonnya.
Paling lagi telfonan sama Jasmine, pikir Shara. Shara cuma bisa mengurut dada dalam hati, Kenapa sih harus pacaran pas ada Shara? Bikin Shara enek sendiri saja.
Tak berapa lama, sedan Justin memasuki sebuah jalan perumahan yang sudah cukup sepi, yap rumah Shara hanya tinggal beberapa belokan lagi, syukurlah Shara bisa terbebas dari lelaki yang berubah menjadi angkuh ini.
Justin memandang Shara tajam, lalu mengerem mobilnya mendadak, Sementara Shara agak sedikit ketakutan,
“Go down...” kata Justin
“hah ?” tanya Shara spontan lagi.
“down here! your home just a few blocks again! Go down here! (Turun! Rumah kamu kan tinggal beberapa blok lagi dari rumah, udah cepet turun!)” ujan Justin.
Shara tidak percaya Justin melakukan ini, menurunkannya ditepi jalan, ya walaupun rumahnya memang tak jauh dari sini, namun untuk kesekian kalinya ia hanya bisa pasrah dan melangkah turun sambil menatap Justin dengan tatapan sinis juga emosi yang membara.
“And..” tambah Justin
“Don't talk to everyone, okey?” ucap Justin sambil tersenyum miring mengejek.
Shara tak menjawab, tanpa sepatah kata lagi ia turun dan membanting keras pintu mobil yang dikendarai Justin. Rasa kesal kini sudah memuncak diubun-ubunnya dan itu semua karna Justin!

***

"Sumpahnya gue kesel banget sama Justin!! Emang dia siapa nurunin gue dipinggir jalan? Lagi gue mau aja sih dianter balik sama cowo itu! Ah! Bokap gue aja ga pernah merlakuin gue kaya gitu! Liat aja si Justin! Gue bales!" ucap suara Shara yang menggema dilorong rumahnya yang sepi dan tenang lalu menggebrak pintu kamarnya dengan keras. Perasaan kesal, cemburu, sakit, emosi semua dimix jadi satu dalam pikirnya, coba dia ga dateng ke pesta itu, ini semua mungkin ga akan pernah terjadi.

***

Tuesday, May 10th 2011

Seperti biasa, pelajaran kimia kini sudah berakhir tandanya waktu istirahat pun dimulai.
Agatha dan Shara beranjak dari kursi mereka untuk menikmati waktu istirahat, hingga sampailah mereka berdua mendarat di cafeteria sekolah yang terletak di lantai dasar sekolah. Berbagai counter-counter makanan, dan macam macam fastfood terkenal berjejaran dan sudah siap menunggu untuk disantap.
“What do you want to eat, Shar?” kata Agatha yang sudah duduk menduduki sebuah meja.
"Emm I want to order zuppa soup there" ucap Shara tersenyum kecil sambil menunjuk sebuah counter makanan.
"Okey"
Shara beranjak ke arah counter zuppa suop yang letaknya tak jauh dari meja yang tengah ditempati Agatha.
“One zuppa soup, please” katanya pada sang penjual
“Wait a minutes” jawab seorang penjual.
Shara mengangguk sambil merasakan perutnya bernyanyi meminta sesuap makanan, dan cuma meringis menunggu lamanya zuppa soup yang ia pesan. Shara membalikan badan dan benar saja dia melihat gerombolan popular itu, lagi. Jasmine dan kawan kawannya tengah berlenggak-lenggok layaknya sang model tengah berjalan diatas catwalk. Shara masih menatapi gerombolan populer itu yang gayanya sudah seperti yang punya sekolah. Shara mencibir, paling malas melihat adegan sok dramatis yang mereka ciptakan. Emang ini sinetron apa?
“This is ur order“ sapaan si penjual mengangetkan Shara.
“Okey, this. Thank you” jawab Shara seadanya lalu mengangsurkan uangnya yang segera dikembalikan oleh si penjual.
Shara berjalan pelan pelan membawa semangkok zuppa soup yang masih panas, tercium begitu menggoda, sehingga membuat perutnya bernyanyi semakin keras.
“Praaang" wajah poloh Shara tak sengaja menjatuhkan mangkuk zuppa soup miliknya, karena tiba tiba Jasmine muncul di depannya, mangkok itu terjatuh tepat ke bawah kakinya. Enggak mungkin banget, makanan yang sudah ia pesan kini tergeletak tak berdaya di bawah, bersatu padu dengan debu, kuman, bakteri, semut dan kawan kawannya. Shara ternganga lalu memandangi Jasmine dengan tatapan super membunuh. Jasmine cuma bergidik sebentar lalu beranjak pergi.
“You!” kata Shara sambil mencekal tangan Jasmine.
“What?” kata Jasmine setengah marah.
“That's my food!” kata Shara sambil menunjuk zuppa soup di bawah kakinya.
“so what? You want me to buy ur food again? I buy it with the seller! (Terus kenapa? Kamu mau aku beliin makanan kamu lagi? Aku beliin sama penjualnya!)” kata Jasmine dengan sombong.
Hentakan suara Shara dan Jasmine yang keras membuat orang-orang bahkan semut semut kecil mempertontonkan adegan Shara dan Jasmine bah seperti bawang putih dan bawang merah.
“I don't need your money and act arrogantly of you! I just need you to say sorry! (Aku ga butuh uang kamu dan kesombongan-sombongan kamu! yang aku butuh kamu bilang maaf!)” kata Shara.
Jasmine memelototi Shara, yang balas memelototinya.
“Who are you?!” jawab Jasmine
“you don't know? I am...”
“Yes, I know!” kata Shara sambil memutarkan bola matanya memotong ucapan apa yang akan Jasmine katakan.
“You are... Ups I mean ur dad has some contribution in this school, I know you're beautiful, famous and an artist! (Kamu adalah... Ups maksud aku ayah yang kamu yang punya saham disekolah ini, aku tau kamu cantik, terkenal dan seorang artis!)" kata Shara.
“And I don't care about that! Now, I just need you to apologize!” kata Shara keras.
Tanpa sadar, adegan itu kembali menjadi tontonan seluruh warga HIGHLAND SENIOR HIGH UNIVERSITY yang sedang berada di cefetarian sekolah. Semua mata tertuju ke arah dua perempuan yang menghalau aktivitas cafetaria sebagaimana mestinya.
“You, want me, Jazmine Villegas to apologize? Huahahahahaha (kamu, minta aku, Jasmine Villegas untuk minta maaf? Huahahahaha)” kata Jasmine meremehkan.
“Yes..“kata Shara enteng.
“YOU ARE CRAZY!" sentak Jasmine begitu keras sambil menunjuk wajah Shara dengan telunjuknya.
“I don't care you think I'm crazy, I'm poor, I'm ugly, yes I confess I'm not as perfect as you, I'm only an ordinary human but I'm thankful and I know how I respect another people! (Aku ga peduli kamu pikir aku gila, miskin, jelek yah aku akui aku tidak sesempurna kamu, aku hanya manusia biasa tapi aku bersyukur dan aku tau cara bagaimana hormat kepada orang lain!)” kata Shara sejujur jujurnya karena emosinya sudah mencapai ubun ubun.
Jasmine kehilangan kata kata, dan ia tiba tiba memutuskan pergi dari cafeteria bersama teman temannya.
“this is not the end, you started it , so you have to finish it! (Ini belum berakhir, kamu yang memulai jadi kamu yang harus mengaakhirinya!)” kata Jasmine dengan tajam lalu benar benar beranjak meninggalkan Shara.
Shara mengangkat sebelah alisnya. Kepergian Jasmine menghipnotis semua isi cafeteria untuk menatapinya. Shara menghela nafas pelan, lalu membereskan seprihan beling mangkok zuppa soup yang baru saja ia beli.
“That's cool” tiba tiba si penjual sudah ada di sebelahnya, membawa sapu dan pengki untuk menyapu pecahan mangkoknya.
“I'm sorry...” kata Shara merasa bersalah.
Si penjual hanya menggeleng geleng takjub sambil menyapu pecahan mangkoknya,
“not problem, you can go I'll clean up this” ucap si penjual.
“Serious?” kata Shara.
Si penjual mengangguk.
"Thank you" jawab Shara lalu kembali ke meja Agatha yang kini menatapinya dengan cengo.
“Why?” Tanya Shara sambil duduk dihadapan Agatha.
“you are awesome, you know you are the one who braves gazing directly at Jasmine! (Kamu mengagumkan, kamu tau kamu adalah satu-satunya yang berani menentang Jasmin!)” kata Agatha tiba tiba masih dengan ekspresi yang tidak percaya.
Shara tersenyum kecil lalu mengangkat bahu cuek. Dia sudah terbiasa hidup keras. Cewek manja macam Jasmine itu bukan masalah besar baginya.

***

Shara merebahkan badannya di kasur kamarnya, merasakan heningnya kamar dan rumah yang begitu sepi, tiba-tiba matanya jatuh pada sebuah bingkai foto, foto perempuan berambut pendek sedang didepan menara Eiffel tersenyum amat cantik.
"Maaaaaaah! Shara kangeeeeen!" ucap Shara sambil mengelus foto yang tak bernafas itu.
Shara merindukan haus kasih sayang sang ibunda yang kini tengah duduk disamping Tuhan memonitori Shara dari surga.
Shara memeluk bingkai foto itu keras-keras didadanya hingga handphonenya bergetar halus yang langsung ia ambil secara tergesah-gesah.
Nama 'Justin' muncul dilayar Iphone Shara yang mewallpaperi fotonya. Untuk apa Justin menelfon? Entah kenapa Shara langsung menerima telfon yang tersambung.
“Halo” kata Justin.
"What?!" kata Shara ketus.
“What did you do to Jasmine?” tanya Justin.
Shara mengernyitkan dahi, darimana ini mahluk bisa tau? Ooooh tuan putri mengadu rupanya, pikir Shara.
"I didn't do anymore" jawab Shara ringan.
“Serious? You fight with Jasmine? (Serius? Kamu berantem sama Jasmine?)” Tanya Justin dari ujung line yang berbeda.
“I didn't do anymore to ur girlfriend, I just told her how to behave and learn to respect people (aku ga ngapa-ngapain pacar km, aku cuma kasih tau dia gimana caranya bersikap dan belajar menghargai orang)” jawab Shara mendengus dan jujur.
"Who said Jasmine is my girlfriend?"
"If Jasmine isn't your girlfriend why do you call and ask me about it? (Kalo Jasmine bukan pacar kamu, kenapa kamu nelfon dan menanyakan aku tentang ini?)"
"I.. Emm..whatever" jawab Justin yang langsung menutup telfonnya.
Shara cuma diam, mendengar unconnected dari saluran telefonnya. Cape hati kalo lama-lama ngeladenin orang sejenis Jasmine dan Justin, pantas saja kalo mereka jadi sepasangan kekasih.

***

- Justin POV -

Justin tertawa sangat puas setelah mematikan telfonnya, tak henti tertawa dan tersenyum setelah menelfon seorang wanita bernama Shara.
"Dude, whatca doing?" kata Ryan.
"Nope.. Ahhahahaah" ucap Justin.
"What are you laughing at?"
"Emm... You still remember about the girl who ignored me? (Emm... Kamu masih ingat tentang wanita yang menolakku?)"
"Yes, why?" ucap Ryan penasaran.
"Do you want to know who she is?“
Ryan langsung mengangguk. Justin yang sedari tadi mematungkan pandangannya ke arah macbooknya langsung ia alihkan ke arah Ryan.
"She is.... Shara, and honest.... I miss her" ucap Justin.

***

- Shara POV -

"kamu lagi berantem ya sama Justin?” tanya ayahnya yang masuk dari balik pintu kamar tanpa permisi.
Shara yang sedang belajar, tertegun dan memberhentikan pekerjaannya.
"Ha? Engga ko dad..."
Ayahnya tertawa pelan lalu menepuk puncak kepala anaknya pelan-pelan.
“Kamu baik-baik ya disini” kata Ayahnya.
"Emang daddy mau kemana?" ucap Shara mengerutkan kening.
"Daddy ada urusan buat tour Justin ke beberapa negara sama Scooter dan Pettie, Carin" ucap ayahnya tersenyum kecil
“Aku? Sendiri?” tanya Shara.
"Engga ko, kamu akan tinggal dirumah Justin selama ayah pergi" ucap Wilson tersenyum, sambil menatap Shara.
Hah? Tinggal? Dirumah Justin? ga salah nih ayahnya? Gak gak gak!
“Dad, aku dirumah aja deh” kata Shara.
"Ga, kamu tetep tinggal sama Justin biar kamu ada temen" ucap Wilson menatapnya.
Shara tidak bisa berbuat apa-apa, ayahnya akan meninggalkannya beberapa lama, dan Shara disini dipercayakan kepada Justin? Apa jadinya? Hanya waktu yang bisa menjawab.

***

Wednesday, May 11th 2011

Tidak berapa lama, mobil yang ditumpangi Shara memasuki lapangan parkir kawasan terminal bandara LAX. Terminal untuk penerbangan internasional sudah didepan matanya. Shara mengikuti ayahnya menuju pintu keberangkatan penerbangan luar negeri.
Setelah sampai, ternyata Scooter, Pattie, Carin, Kenny, Ryan, bahkan Justin sudah menunggu kedatangan mereka. Tidak berapa lama lagi mereka harus masuk untuk check in.
Ayahnya langsung memeluk Shara, Anak semata wayangnya erat erat. Shara langsung membalas pelukan ayahnya.
“Jaga diri baik baik ya, daddy ga lama ko” pesan ayahnya.
“Pasti Daddy” kata Shara.
Shara pun memeluk Scooter, Carin, Pattie bergantian lalu ia beranjak ke arah Ryan.
"Ryan? Will you go back to canada?"
"Yes I will" kata Ryan tersenyum.
"Why did you tell me?"
"I won't be long time, Shar" ucap Ryan sambil menepuk pelupuk ujung rambut Shara secara perlahan.
Shara tersenyum lalu Shara beranjak menjauh, mPpembiarkan Justin yang sekarang sudah berdiri didekat Ryan,
“You and Shara will be together soon, dude” kata Ryan.
"Haha it never happens" jawab Justin sambil merenyitkan dahi.
"It will, dude. Trust me!" ucap Ryan.
Justin menggeleng kepalanya, sahabatnya ini sudah gila rupanya.
Rombongan itu pun menjauhkan diri dari Justin, Kenny dan Shara.
“Take care you both, Don't fight again, I have to go now, see ya later..” Ryan melambaikan tangannya begitupun dengan Scooter, Wilson, Carin, dan Pattie yang meninggalkan kedua orang disini.
Justin menatap gadis di sebelahnya yang terlihat hampir menangis.
“Don't be sad, they will comeback” kata Justin acuh lalu beranjak pergi.
"You go home with me, Kenny will bring ur father's car" tambah Justin.
Shara pun menghapus air yang mengalir sedikit dari pelupuh matanya dan beranjak mengikuti Justin perlahan menuju mobil ranger rover hitam, dan masuk ke kursi penumpang sambil bengong. Justin menatap Shara yang kini hanya terdiam, tidak seru banget kalo Shara harus bersedih terus.
“hmm do you want to go to Dinseyland?” ajak Justin ragu.
Hah? Shara ga salah denger?
"Just... Both of us without Kenny" ucap Justin lagi.
“Disneyland?” Tanya Shara mengulang ucapan Justin.
Justin yang duduk disampingnya mengangguk acuh dan mengangkat sebelah alisnya.
“might make you happy (mungkin membuat kamu senang)”
“Want?” Tanya Justin lagi.
“Is it serious?” Tanya Shara masih tidak percaya, mimpi apa dia tahu tahu Justin tiba-tiba ngajak dia ke taman bermain kayak gitu.
"Fussy, just go...(Cerewet, udah pergi...)” tukas Justin sambil menstarter mobilnya. Ranger Rover hitam itu mulai keluar dari pelantaran parkir bandara LAX dengan kecepatan normal.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar