Re-post
...:: How To Love ::...
Part 2
Story by @BieberLSIndo
***
Sabtu, 30 April 2011
Shara kini sudah membereskan baju terakhir dari dalam lemarinya dan juga
barang-barangnya yang baru saja selesai diapsusikan dalam sebuah koper
besar. Shara menghela nafas. Rumah yang sudah ditinggalinya selama
16 tahun, yang sudah menimbun ribuan cerita kini akan ditinggalkannya, hari
Ini.
"Shara udah selesai? Ayo cepet nanti ketinggalan pesawat" seru Tante Dian dari balik pintu kamar Shara yang terkunci.
"Iya tanteee" ucap Shara sambil menarik kopernya kepintu kamar.
Setelah menutup pintu kamarnya rapat-rapat dengan perlahan Shara
berjalan ke arah ruang tamu, tempat Tante Dian menunggu untuk
mengantarnya ke bandara. Muka cantiknya kini terlihat asam, tidak ada
senyum dan tawa dibaliknya.
"Shara? Kenapa? Ayo dong jangan ngelamun terus, ini kan pilihan kamu
untuk ikut ayahmu ke LA" ucap Tante Dian sambil berjalan ke arah Shar,
dia tau sebenarnya Shara tidak mau pergi meninggalkan Indonesia, tanah
kelahirannya.
"Engga ko, aku ga nyesel. Ayo tante berangkat" ucap Shara dengan
berbalas anggukan kecil, bertanda kalo dia sudah siap untuk pergi
menempuh hidup barunya di luar negeri sana.
Melihat Shara yang sudah tersenyum simpul, Tante Dian pun langsung
merangkul Shara berjalan menuju mobil yg sudah menunggu untuk mengantar
mereka.
***
Disepanjang jalan Shara hanya menghadap ruas-ruas jalanan kota
metropolitan melalui jendela mobilnya. Menatap keramaian Jakarta,
melihat gedung gedung tinggi Jakarta yg mungkin akan Shara rindukan.
***
Kini, Shara dan Tante Dian sudah menginjakan kaki mereka di Bandara
Soekarno Hatta Jakarta. Bandara yg selalu ramai didatangi para
wisatawan.
Tak terasa Shara kini sudah berada dipintu keberangkatan luar negeri, sontak tangis Shara langsung menetes kepipinya.
"Tanteeee!" seru Shara memeluk tante tercintanya.
"Hey, Shara jangan nangis doooong tante jadi sedih juga" ucap Tante Dia membalas pelukan Shara.
"Shar, Kamu harus jaga diri baik baik ya, turuti semua kata kata daddy
kamu, jangan ngebantah ya" ucap Tante Dian sambil mengelus lembut rambut
panjang Shara.
Tiba tiba seorang 3 orang gadis manis datang.
“SHARAAAAAAA”
Farah, Rani dan Anna sobat kental Shara datang, mengantar kepergian Shara dan langsung memeluk Shara.
Shara mengusap ke tiga punggung sahabatnya yang kini sesengukan.
“Lo bener mau pergi ke Los Angeles, Shar?” tanya Farah.
Shara mengangguk dan tersenyum.
“terus kita kapan ketemu lagi ?”
Shara tersenyum lemah lalu mengangkat bahu.
Farah menunduk lalu Shara menggenggam tangan Farah.
“Gue kan masih bisa nelfon lo far” ucap Shara.
"Rani, makasih banget udah mau jadi sahabat gue" ucap Shara.
"Iya Shar, gua pasti bakal kangen berat sama lu jaga diri lu baik baik ya di sana"
"Shara Syafira!! Selalu inget kita yg ada disini ya" ucap Anna.
"Pastilah na" jawab Shara tersenyum.
Shara melirik ke jam tangannya.
“Ran, Far, Na gue harus pergi sekarang.. Pesawatnya berangkat sebentar lagi..”
Mereka kembali menangis dan memeluk Shara llu mengangguk, sikapnya layak komandan yang diberi perintah oleh jenderal besar.
Shara langsung meredakan isak tangisnya, dan berjalan ke arah Tante
Dian, memeluk tante yang selalu tabah merawatnya untuk terakhir kali.
“kalau Los Angeles jahat sama kamu, jangan segan kembali kesini ya”
"Iya tante" ucap Shara tersenyum dan mengangguk.
"Bye guys! I love you so much" teriak Shara sambil berjalan menjauhi teman-temannya juga tante Dian yg terlihat sangat sedih.
"Take care! Have a safe flight" teriak Rani yg cukup keras kearah Shara yg lalu membalas senyuman kecil.
Mereka pun melepas kepergian Shilla.
***
Saturday, April 30th 2011 at 10am LAX International Airport.
Waktu yang diperuntukan tidaklah sebentar untuk memakan jarak
Indonesia-Los Angeles menggunakan pesawat terbang. Shara mengelap peluh
yang membasahi dahinya, untung saja banyak orang baik yang ditemuinya
sejak di Bandara Soetta hingga sekarang ia bisa sampai di depan pintu
kedatangan luar negeri Bandara LAX, bandara yg terletak di kawasana Los
Angeles, America Serikat.
"I just arrived LAX, itssss coooool" ucap hati Shara menggebu-gebu saat
melihat keramaian negeri yang dijuluki kota dari para malaikat.
Kini Shara sedang menunggu ayahnya, Mr. Wilson yang telah berjanji untuk menjemputnya saat Shara tiba di bandara.
Sudah menunggu cukup lama, ayahnya tak kunjung datang menemuinya, mana
Shara buta akan kota Los Angeles, jadi dia harus tetap menunggu hingga
ayahnya datang menjemput.
Shara dari tadi asik mendengarkan kumpulan lagu-lagu yang mengalun lewat headset yg menyantol di kedua telinganya.
Baru saja Shara akan mengambil handphonenya dari tas untuk menelfon
ayahnya yang belum kunjung datang menjemputnya, tapi Shara melihat
sebuah mobil Range Rover hitam berhenti didepannya, yang membuat Shara
berfikir kalo mobil itu adalah mobil ayah Shara, namun jawabannya
berbeda, ternyata seseorang yang turun dari kursi belakang itu bukanlah
postertubuh ayahanya, melainkan lelaki yang mengenakan jaket berhoodie
hitam yg menutupi kepalanya, berkacamata hitam dan sepatu supra merah yg
mengkilat lekat, mata Shara kini terpekat pada lelaki itu, lelaki yang
sudah dekat dengannya melalui sambungan telfon atau sms akibat konsernya
di Indonesia kemarin.
"Hai, do you remember me?" ucap pemuda yang kini berdiri dihadapan
Shara, kedua tangan lelaki itu dimasukkan kedalam saku celananya lalu
dia menurunkan sedikit kacamatanya untuk melihat Shara.
"Jus...Justin?! You said..."
Yap dia Justin, seketika Shara tau itu Justin, Shara langsung menunjukkan senyum terindah kepada Justin.
"Sssst! You know it's public places" ucap Justin sambil membekap mulu Shara.
"Yeaaah I know" ucap Shara sambil tertawa kecil.
"Let's get into the car" ucap Justin sambil membawakan koper Shara dan memasukannya ke bagasi.
Shara hanya mengangguk kecil lalu masuk ke dalam mobil dan duduk tepat di sebelah Justin di jok belakang.
***
"Why did you pick me up? Where's my dad?" ucap Shara ketika mobil yang dikendarai seorang supir sudah melaju.
"Oooh hehe I asked ur dad that I'll pick you cos I wanna meet you (oooh
hehe aku yang menyuruh ayahmu kalo aku akan menjemputmu soalnya aku
pengen bertemu kamu)" ucap Justin
"Emm hahaha So, where are we gonna go?" ucap Shara.
"Just follow me" ucap Justin tersenyum.
"Okey mr. Bieber haha" ucap Shara sambil tersenyum.
***
Akhirnya mobil Justin berhenti di sebuah kedai es krim yang masih asing untuk Shara.
"Wanna eat ice cream?"
"I wanaaaaa!!!" ucap Shara kegirangan.
"Hahaha you like a childish, cmoooon!" ucap Justin lalu menggengam tangan Shara saat mereka memasuki kedai es krim itu.
Pengunjung disini belum menyadari kalo pemuda disebelah Shara ini adalah
Justin Bieber, seorang superstar yang sangat sensasional tandanya
penyamaran Justin berhasil.
"Welcome, Can I help you?" Kata penjaga kedai es krim.
"I want 1 vanilla and What would you like to eat, Shar?" ucap Justin
"I want..."
"1 strawberry, am I right?" ucap Justin terkekeh.
"How do you know?" ucap Shara seraya ia kanget saat Justin memotong omongannya.
"Hahahah I know everything"
"Ha-ha-ha funny" ucap Shara.
***
Penjaga toko itu pun memberikan satu es krim vanilla untuk Justin dan
satu es krim strawberry untuk Shara, setelah es krim sudah ditangan,
Justin dan Shara pun memilih duduk di pojokan kedai yang sepi dan sangat
nyaman karena berhadapan langsung dengan sebuah kolam yang terdapat air
terjun mininya.
Selama makan es krim, Justin dan Shara selalu mengumbar canda dan tawa
yang menghidupkan suasana kedai yang sepi dan kadang saat kedua mata
Shara memokuskan kesesuatu barang dan berdiam diri, Justin selalu
menatap Shara dengan tajam dan tersenyum, yang membuat Shara jadi
melting sendiri. Justin ini sangat pintar membuat perempuan disekitarnya
nyaman, lihat saja Shara yang tadinya tidak menyukai sosok Justin
sekarang bisa tertarik untuk makan es krim berduaan.
Justin selalu bisa membuat perempuan tersenyum entah dari rayuan, canda
dan tingkahnya sehingga pipi Shara selalu memerah setiap Justin
memujinya.
"Shar" ucap Justin seketika tangannya menghampiri bibir atas Shara secara lembut.
"Sorry, there was an ice cream on your lips hehe" ucap Justin tertawa sedikit.
"Oo..oh..yeah, no problem" ucap Shara sambil malu-malu.
Ternyata ada sisa es krim toh di bibir Shara dan Justin membantu menghapusnya memakai tisu ditangannya.
"Justin... Look at that" ucap Shara sambil menunjuk ke arah kolam yang berada tidak jauh dari tempat duduk mereka.
Dengan tergesah-gesah Justin langsung menatap ke arah yang Shara tunjuk.
"What's happening?" ucap Justin dengan heran seraya mencari sesuatu yang aneh.
"Here! gotcha! Hahaha" seru Shara tertawa ketika berhasil mencolek
hidung Justin yang mancung dengan es krim strawberry miliknya.
"Shaaraaaaa" Justin langsung berteriak dan menghapus es krim yang ada di hidungnya.
"Hahahaha" suara tawa Shara yang renyah dan nyaring kini lepas.
Justin pun tak mau dikalahkan seorang wanita indonesia disampingnya, ia
langsung membalas perbuatan Shara, mencolek pipi Shara dengan es krim
Vanillanya.
"Ahahaha look at your face, your face as funny as clown wkwk (lihat
wajahmu, wajahmu sama lucunya seperti badut)" tawa Justin kini terpecah
puas.
"Aaa Justin!!!" ucap Shara seraya pipinya memerah merona.
Saat Shara hendak membalas perbuatan Justin lagi tapi Justin yang duduk
tepat di sampingnya kini telah berancang-ancang menggelitiki pinggang
Shara.
"Hahahahaha Enough Justin!" Seru Shara menahan geli diperutnya karna Justin menggelitikinya.
"Nooo, you have to pay it hahaha" seru Justin yang terus menggelitiki pinggang Shara.
"Hahahaha" tawa Justin dan Shara kini lepas saat tangan Justin berhenti menggelitiki Shara.
Setelah berjam-jam mereka di kedai es krim, berjam-jam bertukar cerita,
bercanda tawa, melepas penat, Justin mengajak Shara untuk pergi dari
kedia yang mereka tempati saat ini.
***
"Go home!" ucap Shara seraya memasuki mobil.
"Are you sure? it's saturday night. don't you want to go somewhere?" Tanya Justin.
"Go where? I haven't met my father and I just got at here (pergi kemana?
Aku belum bertemu ayahku dan aku juga baru sampai disini)" ucap Shara.
"It means you don't want to have fun with me to night?" ucap Justin dengan nada sedikit kecewa.
"Hm.. Okey, okey we go" Shara terima tawaran Justin.
Justin tersenyum sumbringah saat mendengar jawaban dari Shara.
Akhirnya mobil yang ditumpangi Justin dan Shara kini melaju dari kedai
es krim menuju suatu tempat sebagai tempat menghabiskan malam minggu
mereka dan tandanya malam minggu pertama di Los Angeles akan Shara
habiskan bersama Justin Bieber, mungkin ini akan menyenangkan.
***
"Justin, are you sure? It's the cinema and you know here's crowded
(ramai)" ucap Shara saat mobil berhenti di sebuah parkiran gedung
bioskop yang sudah ramai oleh manusia-manusia yang akan menghabiskan
malam minggu mereka dengan menonton disebuah layar bioskop.
"Hahahaha" Justin langsung tertawa mendengar ucapan Shara.
"Hey? What are you laughing at?" ucap Shara sambil merenyitkan kedua alisnya.
"We have been at here, cmooon. Don't worry about that" ucap Justin sambil menarik tangan Shara sedikit kasar.
Shara dengan perasaan yang tidak yakin turun perlahan dari dalam mobil,
dengan rasa penuh kebimbangan Shara mengikuti Justin yang berjalan
disampingnya memasuki gedung bioskop.
"Justin, why do you keep laughing? You know I'm afraid" ucap Shara
sambil melirik Justin yang sedari tadi hanya mengumbar senyumnya.
Justin memang menyamar, menutupi kepalanya dengan jaket hoodie hitamnya
dan memakai kaca mata hitam, namun tetap saja perasaan takut ini
menggergoti Shara.
"Don't be afraid, it is Nooot... Not a big problem"
"So easy you say that! Kenny isn't here" ucap Shara.
"Sssssh, Shara. Trust me, we'll be okay " katanya sambil tersenyum kearah Shara.
Shara hanya membuang muka lalu berjalan beriringan dengan Justin, berdoa
didalam hatinya semoga penyamaran Justin kali ini tidak terbongkar.
Shara berjalan sambil menunduk, dan tetap berharap semoga pengunjung tidak mengenal mereka.
"OMB JUSTIN BIEBER?!!" Saat sebuah teriakan terdengar keras semua orang
langsung melihat kearah Shara dan Justin, lalu mereka berjalan semakin
cepat, Justin meraih tangan Shara, menggengam erat tangan Shara.
"shit" katanya pelan.
"I told you..." ucap Shara dengan kesal. Entah asal mula dari mana penyamaran Justin bisa terbongkar.
Mereka tetap berjalan entah berjalan kemana. Orang-orang sangat histeris
meneriakkan nama Justin, dan yang lebih sial saat Justin dan Shara
telah dikepung oleh orang-orang, Justin hanya memberikan senyumannya
kepada fansa-fansnya. Para fans nya mulai mengambil foto Justin dan
membuat Justin melepaskan pegangan tangannya dengan Shara, dan sekarang
sisa Shara yang ikut terdesak-desak oleh orang-orang disini. Badannya
sangat sakit terasa seperti terinjak-injak oleh orang-orang, Shara
mencoba untuk keluar dari kerumunan tersebut.
Benar saja, ketakutan Shara terjadi, kalo penyamaran Justin sudah ketahuan pasti bakal repot mengatasinya.
Tak lama, akhirnya Shara berhasil keluar dari desakan manusia-manusia yang mengepung Justin.
Shara melihat kerumunan itu, kerumunan yang menghancurkan kencan malam minggu pertamanya bersama Justin.
***
-Justin POV-
Akhirnya Justin bisa menghela nafas ketika dirinya telah terbebas karna
bantuan beberapa satpam yang sedari tadi bekerja keras menenangkan
orang-orang yang terus histeris melihat Justin.
Setelah perasaan Justin tenang, ia melihat dan berjalan ke arah Shara yang sedang duduk menunduk dilobby gedung bioskop.
Seketika dirinya berdiri dihadapan Shara, Justin langsung menatap Shara
dengan penuh perasaan yang bersalah, coba tadi Justin mendengar ucapan
Shara pasti semuanya akan baik-baik saja.
Justin memegang kedua tangan Shara secara perlahan, namun Shara buru
buru melepaskan pegangannya dan Shara mengambil iphone di tasnya.
Shara bangkit dari tempat duduknya, beranjak meninggalkan Justin lobby bioskop.
"I'm really sorry, Shar" Kata Justin sambil menahan tangan Shara.
"You don't have to say sorry, I'm not mad" Kata Shara namun nadanya agak ketus.
"No. You mad. I can see it from your face" ucap Justin tetap melihat kearah Shara, menatapnya dalam-dalam.
Sekarang Justin beranjak berdiri dan menyamai hadapan Shara, kedua tangannya meraih kedua tangan Shara.
"I told you I'm not mad, I just tired, I wanna go home" ucap Shara
dengan nada datar sambil melepas genggaman tangan Justin, berjalan
beranjak keluar pintu gedung utama.
"Shaaaar" teriakan Justin masih terdengar di telinga Shara, namun Shara
pura-pura tidak mendengar, dia terus berjalan entah kemana, dia
membiarkan dirinya mengiringi langkah kakinya sampai titik lelah.
***
-Shara POV-
Shara sudah berjalan jauh, berjalan menjauhi Justin yang kini jauh di
balik punggungnya, Shara melangkah dengan perasaan campur aduk, bingung,
dan kekesalan yang memuncak.
"kenapa sih Justin ga nurut apa kata gue? Kenapa sikap Justin terlalu
besar kepala? Untung di masih bisa bebas, kalo dia diculik fansnya
gimana coba? Ga mikir apa?!" Gumam dalam hati Shara.
Pertanyaan itu kini menggerogoti otak Shara, yang dirinya kini sudah berada diluar gedung bioskop.
Jalanan yang sepi, langit yang semakin gelap namun tak mengurungkan
langkah kakinya untuk terus melangkah maju yang entah menuju kemana.
sesaat dirinya melirik kebelakang, berharap ada Justin yang mengejar dan
meneriakan namanya namun rasanya itu nihil, walaupun sudah menempuh
jarak yang jauh tapi Justin belum datang mengejarkan, memeluknya dari
belakang hal layak seperti film-film dilayar televisi.
***
Tibalah Shara di ujung jalan, ujung Jalan yang cukup sepi, dia mulai
merasa bingung harus pergi kemana, wajahnya memancarkan keresahan, Shara
kan baru pertama kali ke Los Angeles mana tau dia jalan-jalan disini.
Tak banyak fikir Shara langsung meraih handphone didalam tasnya.
"Shit!!!! Kenapa low sih! Aaaah! Udah koper gue di mobil si Justin lagi,
gua harus kemana dong nih aaah!" ucap Shara sambil menendang sebuah
tong sampah yang berada didekatnya, badannya menghempas ketrotoar jalan,
bertekuk lutut disebuah pinggiran jalan yang tidak terlalu dihalulalang
oleh banyak orang.
Tak lama saat dirinya memekik resah, Shara yang sedang menunduk kini
mengangkat kepalanya perlahan karena sebuah pancaran lampu mobil yang
menyeret dan keberisikan sebuah mesin mobil datang mendekat. Shara
langsung memalingkan mukanya lagi kejalan seketika yang dia lihat adalah
mobil Justin yang menjemputnya tadi dibandara kini datang menghampiri.
"Shara Syafira" ucap Justin dengan lantang ketika dirinya turun dari mobil.
Shara pura-pura tidak mendengar, dia tetap menunduk dan memainkan batu batu kerikil kecil dijalan.
“Shar?” ucap Justin dengan halus sambil memegang pundak Shara.
"Why are you here?" tanya Shara spontan saat Justin berdiri didekatnya.
"Cmon, wake up" ucap Justin dengan lembut sambil menarik pelan tangan Shara.
"I can wake up by myself! (Aku bisa bangun sendiri)" ucap Shara sambil
membangunkan tubuhnya dan berusaha menghangatkan tubuhnya yang sudah
menggigil tidak karuan.
"don't be angry anymore, please. I know I was wrong, I didn't listen
what you said, cmon return to ur home" ucap Justin sambil menatap
perempuan dihadapannya.
“I don't wanna go home.... With you!” ucap Shara sambil memicingkan kedua matanya ke Justin.
"SO WHERE DO YOU WANNA GO? YOU BLIND ALL ABOUT HERE! IT's LOS ANGELES
NOT INDONESIA!" ucap Justin dengan keras dan sangat menusuk gendang
telinga Shara.
Dekup jantung Shara kini berdentang keras, tak disangka ternyata sikap
Shara telah membuat darah Justin menjadi naik, ucapan Justin kini tidak
lagi halus, melainkan kembali ketus seperti saat pertama mereka bertemu.
Shara menghela nafas lagi, kepalanya terasa berat, rasa dinginnya udara
terasa menusuk nusuk tubuhnya, ditambah hantaman suara Justin yang ketus
dan keras membuat kepalanya semakin ingin meledak.
“I DON'T WANT TO BLAMING WITH YOUR FATHER! JUST BECAUSE UR FATHER's
GIVEN ME A CONFIDENCE! (aku gamau disalahin sama ayah kamu, soalnya ayah
kamu udah ngasih aku kepercayaan!)” kata Justin semakin lantang.
Tidak tau kah Justin, Shara sedang pusing? rasa pening bercampur marah menguasai otaknya saat ini.
Jujur, Shara sungguh malas untuk bertengkar tapi Justin yang memulai, Justin yang sudah membuat emosi Shara memuncak.
“OKE FINE! IF YOU CAME HERE COS YOU'RE JUST SCARED WITH MY FATHER, LEAVE
ME NOW AND TELL TO MY DAD, YOU'VE MET ME! (Oke baik! Kalo kamu datang
kesini cuma karna kamu takut sama ayah aku, tinggalin aku dan bilang
sama ayah kalo kamu udah ketemu aku!)” kata Shara berbalas ketus.
"why are you angry? you just bother me Shar! (Kenapa kamu yang marah?
Kan kamu yang merepotkan aku)” ucap Justin dengan nada sedikit ringan.
“I'VE TOLD YOU JUSTIN! IF I JUST BOTHER YOU OR WHATEVER, YOU CAN LEAVE
ME ALONE (aku sudah katakan ke kamu Justin! Kalo aku cuma ngerepotin
kamu atau apapun lah, kamu bisa tinggalin aku sendiri)” seru Shara yang
sudah diamang-amang kekacauan diotaknya.
Tubuhnya benar benar tidak kuat berjalan, rasa berat menggelayuti
kepalanya ditambah rasa dingin yang menusuk ulu hatinya. Shara
memutuskan kembali duduk diemperan jalan karna alasan keadaan fisiknya
yang sudah sedikit melemah.
“What will you do here? Wanna kidnap (mau diculik)?” kata Justin sambil
melayangkan pandangan matanya ke arah kegelapan langit malam yang tak
bercahaya.
Tiba tiba suara petir menggelegar di atas mereka membuat Shara menatap pasrah langit di atasnya.
“Not problem if someone wants kidnapping me, might be better (gapapa
kalo ada orang yang mau nyulik aku, mungkin lebih baik)” kata Shara,
cuek.
Justin memandang langit yang mulai menderu deru di atas kepalanya, kini
langit tak lagi bersahabat, mereka mulai menyerukan suara petir yang
menggelar.
“It's going to rain, please don't be spoiled Shara, cmon get into the
car (ini mau ujan, tolong jangan jadi manja Shara, cepet masuk mobil)”
ucap Justin.
"Nope!" ucap Shara sambil membuang pandangannya.
"Shar! Please! It's going to rain" ucap Jsutin sambil menarik tangan
Shara secara paksa yang masih duduk dipinggir jalan dan Justin pun mulai
merasakan tangan Shara yang ia genggam kini menghangat, merasa kan suhu
Shara yang tidak normal Justin menyentuh dahi Shara dengan punggung
tangannya.
“Are you sick? Your body is warm” ucap Justin gelisah.
Shara hanya menunduk. Bahkan untuk mengangguk pun, kepalanya terasa berat.
"Just leave me, it does not matter what I'm kidnapping (udah tinggalin aku aja, biarin aku diculik)" ucap Shara pelan.
"Oh goood, Shar I was just kidding" ucap Justin sambil menghela nafas.
"Cmon" ucap Justin sambil melinggari tangan Shara kepundaknya dan
membawa Shara masuk ke dalam mobil dan duduk tepat disampingnya.
***
- Justin POV-
Justin terlihat sangat panik saat melihat muka Shara yang sudah mulai pucat.
"Coooold" ucap Shara dengan lirih.
Mendengar ucapan Shara yang letih, Justin melepas jaketnya lalu
memakaikannya di tubuh Shara, menutupi sebagian tubuh Shara yang terasa
kedinginan dan menggigil.
Shara mengernyit sedikit saat harum parfum Justin tercium begitu kuat.
“I don't need” kata Shara pelan, hendak melepas jaket Justin.
“don't be fussy and don't be pretentious strong (jangan bawel dan jangan sok kuat)” kata Justin.
Shara tertegun. Ternyata Justin masih mempedulikannya.
***
Seraya rintikan hujan kini berbunyi di atap mobil Justin yang sedang
melaju diruas-ruas jalan kota Los Angeles yang sedang diselimuti hawa
yang dingin, tiba-tiba katup mata Shara terasa sangat berat, dia merasa
ngantuk sampai akhirnya perlahan dia tertidur di senderan bangku jok
mobil, belum lama Shara menutup matanya, tiba-tiba sebuah tangan membawa
kepalanya kepangkuan sebuah bahu, bahu milik seseorang tepat
disebelahnya, seketika Shara menyadari itu, perlahan Shara membuka
matanya, mengerjap matanya sedikit demi sedikit ternyata dan melihat
tangan Justin lah yg membawa kepalanya bersender ke bahu milik lelaki
yang berada disebelahnya, siapa lagi kalo bukan bahu Justin dan
membiarkan Shara tertidur di bahu Justin, membiarkan kepala Shara
menopang bahunya, membiarkan diri Shara merasakan wangi tubuh Justin
lebih dekat.
"Justin..." ucap Shara yang hendak menjauhkan kepalanya dari bahu Justin.
"Ssst... if you are sleepy, just sleep. I'm here" ucap Justin yang sedikit keras karna suara hujan kini tengah menimpalinya.
Justin membelai pipi halus Shara secara lembut dan Shara membalas senyum
manis simpulnya lalu kembali menyenderkan kepalanya ke bahu Justin lalu
meniduri matanya.
Sesekali Shara terbatuk pelan, Justin yang mendengarknya, merapatkan
tubuhnya kesebelah Shara, membelai rambut Shara yang sedang tertidur
dibahunya, Justin kini bisa merasakan suhu tubuh Shara semakin meninggi
dari suhu normal.
"Endure Shar, I don't want you to get sick. (Tahan ya Shar, aku gamau
kamu sakit)" ucap Justin rintih lalu mencium kening Shara secara lembut.
***
- Wilson POV-
Wilson dan Scooter kini tengah berdiri disebuah bilik jendela rumah yang
terletak di kawasan Beverly Hills. Wilson, ayahanda dari Shara kini
terus memandangi kilat dan air hujan yang sedang berkejar kejaran di
atas langit. Tatapannya cemas, wajahnya resah seketika dirinya menunggu
anak satu-satunya Shara, dan anak asuhnya Justin, yang sampai saat ini
belum juga menginjakan kaki mereka dirumah Wilson sejak kedatangan Shara
dari Indonesia. Dan di sebelahnya Wilson, terdapat Scooter sedang
berbincang serius dengan Kenny. Kabar bahwa ada dua anak yang kini
menghilang dari tadi pagi hingga malam datang di tengah amukan badai
seperti ini sempat membuat Scooter panik dan naik darah.
“There's nothing, we can do in weather like this (ga ada yang bisa
lakukan saat cuaca seperti ini)” seru Kenny berusaha meredakan emosi
Scooter dan menenangkan Wilson.
“But I can't let Shara and Justin (aku tidak bisa membiarkan Shara dan Justin)” sahut Wilson sambil duduk di samping Scooter.
Scooter menghela nafas sebentar lalu berkata “kenny's right. now, we
just can pray... (Kenny bennar, sekarang kita hanya bisa berdoa)” kata
Scooter.
Wilson, Scooter dan Kenny pun kini terpaku kembali menatapi opera alam,
hujan dan petir yang mengelegar sedang berlakon di hadapan mereka,
sambil berharap kedua anak mereka akan baik-baik saja.
***
- Justin POV-
Justin yang semula memejamkan matanya, kini perlahan ia buka saat mobil
dibawah kendali supir pribadinya memasuki sebuah gerbang rumah yang
cukup megah, rumah yang sedari tadi menjadi tempat tujuan, rumah siapa
lagi kalo bukan kediaman Mr. Wilson.
Tangan Justin membelai rambut Shara yang bergelayut di bahunya, karna
tak tega membangunkan Shara yang masih terlihat putih pucat, Justin
terpaksa memopong Shara yang masih tertidur dalam letih menggunakan
kedua tangannya. Berat beban yang dia angkut kini lumayan berat, Justin
tetap setia mengangkat tubuh Shara sampai Shara tergeletak diatas sebuah
kasur yang nyaman.
"Wilson, Scooter, Kenny" ucap Justin seraya memasuki ruang tamu sebuah rumah.
Ketiga lelaki yang sedang berbincang ditengah suasana ruang tamu yang
sepi kini berbalik badan, saat mendengar siluet mulai muncul dari pintu,
dan mereka mendapati Justin dan seorang perempuan yang ia topang diatas
kedua tangannya.
Dan diri Wilson kini langsung terbelangak memeluk kedua anak remaja itu.
"Why is she?" ucap Wilson saat mendapati Sharalah yang sedang Justin topang, tertidur lemas dan mukanya terlihat pucat.
"She is sick..."
"Quickly, bring her into the room" ucap Wilson yang langsung terlihat panik.
***
Justin langsung meletakkan Shara yang sedang menggigil hebat diatas
sebuah kasur empuk disebuah kamar. Shara yang merasa kedinginan pun
tiduran meringkuk, memeluk lututnya dengan kedua tangan untuk menghalau
rasa dingin yang menyergap badanya walaupun jaket Justin masih membalut
ditubuh Shara.
Seruan angin dan petir masih bersahut sahutan keras di luar, deruan
suara air hujan yang membasahi atap di atas mereka pun kini terdengar
agak menakutkan. Justin menghela nafas lega saat dirinya dan Shara sudah
ditempat yang aman, sudah dibawah naungan atap rumah yang akan
memberikan kenyamanan untuk mereka.
Justin kembali menyentuh dahi Shara yang semakin panas. Justin
menyelimuti Shara dengan selimut yang tebal, sambil berharap dalam hati
agar suhu tubuh Shara segera menurun. Jangan sampai terjadi apa apa pada
perempuan ini.
***
"I'm sorry Wilson.... I..." ucap Justin saat menemui Wilson, Scooter,
dan Kenny diruang tamu. Rasa bersalahnya kini datang menjemput dirinya,
andai saja saat menjemput Shara dibandara Justin langsung membawanya
pulang dan tidak mengajaknya berpergian, pasti semua ini akan terjadi,
pasti Shara tidak akan terikuk sakit.
"Don't worry Justin, it's okey" ucap Wilson sambil tersenyum. Perasaan
Wilson kini jauh lebih baik setelah melihat kedua remaja yang telah
menjadi bagiannya hidupnya kembali dari raungan cuaca yang menyeramkan.
"Justin... Cmon go home now, pattie is waiting for you" ucap Scooter.
"Now? Not rite now pleaseeee. Shara is sick" ucap Justin dengan sangat lirih.
"I'm here Justin, I'll be there for her" ucap Wilson sambil menepuk ringan bahu kanan Justin.
"I mean.... May I still be at here tonight (boleh aku tetap disini malam ini)? ucap Justin.
"Not.... Your mom's wait..!" ucap Scotter yang belum selesai berbicara.
"please scooter, just tonight!!" ucap Justin dengan puppy facenya.
Jika Justin sudah mengeluarkan jurus puppy facenya, otomatis semua orang
akan terbius untuk menuruti perintahnya, termasuk sang manager yang
akan luluh hatinya.
"Justin.... I said..."
"Scooter, I'll allow Justin to accompany Shara tonight (Scooter, aku
memperbolehkan Justin untuk menjaga Shara malam ini)" ucap Wilson
memotong kalimat yang akan Scooter lontarkan.
"ARE YOU SURE? YEEEEY!!!!!" ucap Justin dengan penuh kegirangan.
"I'm sure Justin" ucap Wilson sambil tersenyum.
Justin dengan rasa gembira kini melangkah meninggalkan dua lelaki yang
sangat berarti dalam hidupnya setelah mendapat persetujuan tak tertulis,
berniat kembali menemui Shara yang tersungkur lemas diatas kasur dan
akan menemaninya disepanjang malam ini.
***
Hujan mulai mereda, tidak seganas beberapa jam yang lalu, walau petir masih sibuk melolong lolong di luar.
Justin yang sedang tertidur duduk dibangku sebelah kasur Shara dan
menyenderkan kepalanya keatas kedua tangan yang berlipat, pelan-pelan
mengangkat kepalanya lalu memandang Shara yang tidur ditak jauh dari
tubuhnya.
Justin melihat jam di dinding, ternyata ia terbangun pukul 3 pagi.
Karna susah kembali ke dunia mimpinya, Justin menggeser bangkunya
sehingga merapat ke kasur yang Shara tiduri, ia menyentuh dahi Shara
lagi, ternyata sudah tidak sepanas tadi. Karena dorongan yang begitu
kuat dari hatinya, Justin memberanikan diri untuk mengelus kepala Shara
secara lembut.
“Shar, get really well soon... Don't make me worry about you (Shar,
cepet sembuh... Jangan membuat aku khawatir tentang kamu)” katanya pelan
lalu melepaskan tangannya, mencium kening Shara perlahan dan menatap
Shara sangat dalam.
***
- Shara POV-
Shara menggeliat kecil lalu mengerjap matanya pelan-pelan. Suara
rintikan hujan pun masih terdengar diluar, Shara melihat Justin tidak
jauh dari tubuhnya, ternyata lelaki yang mempunyai bola mata coklat ini
menemaninya malam ini.
“Shar? How are you? Feeling better?” tanya Justin berbisik pelan.
"I'm fine.. Just cold here" ucap Shara lirih sambil menuai senyum.
Justin pun beranjak sedikit dari tempatnya duduk dan merapatkan selimut yang dipakai Shara.
“Thank you Justin” kata Shara, tersenyum tipis.
“For?” tanya Justin heran.
"For anything you've done for me... Helping me (untuk semua yang sudah
kamu lakukan untuk aku... Membantu aku)" ucap Shara pelan.
Justin tersenyum miring, tapi kali ini bukan senyum meremehkan melainkan
senyum yang membuat jantung Shara berdegup semakin kencang.
“It's nothing” jawab Justin.
"Go sleep again Shar, it's still at 3am" Justin menambahkan.
“I can't sleep.... Really dizzy” ucap Shara sambil menggelengkan kepalanya.
"Just because you dizzy I told you to sleep (karna kamu pusing, aku suruh kamu tidur)" ucap Justin sambil menghella nafas.
“The dizzy is different, it's a headache that makes me can not sleep” kata Shara.
Justin menatap Shara lalu menghela nafas,
“You won't heal Shar.. (Nanti kamu ga sembuh Shar..)”
Shara tetap menggeleng.
"Okey, I will make you fall asleep" ucap Justin.
Akhirnya Justin Justin pun berdehem suaranya lalu menyanyi kecil dan sangat lembut ditelinga Shara.
You’ve got that smile,
That only heaven can make.
I pray to God everyday,
That you keep that smile.
Shara terpaku saat mendengar suara serak serak basah Justin menyanyikan
lagu miliknya dengan merdu. Next To You dari Justin ft Chris Brown. Lagu
yang terdengar sangat romantis jika dinyanyikan pada saat ini, saat
Justin hanya berdua dengan Shara dalam satu ruangan.
Yeah, you are my dream,
There’s not a thing I won’t do.
I’ll give my life up for you,
Cos you are my dream.
And baby, everything that I have is yours,
You will never go cold or hungry.
I’ll be there when you’re insecure,
Let you know that you’re always lovely.
Girl, cos you are the only thing that I got right now
Bola mata Justin dan Shara kini bertemu, bertatapan saling mencerna hal
apa yang mereka tangkap dari balik bola mata keduanya. Justin tersenyum
lalu membelai halus rambut Shara yang sedang berbaring, melanjutkan
syairan lagu yang tidak didesirkan oleh alat musik apapun.
One day when the sky is falling,
I’ll be standing right next to you,
Right next to you.
Nothing will ever come between us,
I’ll be standing right next to you,
Right next to you.
Justin berhenti menyanyikan bait-bait lirik lagunya dengan halus dan tetap membelai rambut Shara secara pelan dan halus.
“Your voice is amazing” puji Shara tulus.
Justin tersenyum. Shara baru menyadari ada senyum manis dari mulut Justin yang membuat jantungnya mulai berdegup lebih keras.
“Thanks" ucap Justin lalu mencium kening Shara tanpa permisi yang
membuat dekup jantung Shara kini semakin cepat, desiran darahnya kini
mengalir seperti air sungai, senyum simpul manis Justin kini membuatnya
tidak bisa berhenti tersenyum.
***
Petir dan hujan yang berlakon sangat menakutkan kini sudah berhenti
berperan dalam opera alam semalaman tadi, menyisakan beberapa sisa titik
air yang masih berjatuhan. Kini matahari sudah muncul di balik
arak-arak awan, kembali bertugas menyinari bumi untuk membantu
orang-orang kembali beraktivitas.
Sementara dua anak manusia sedang sibuk tidur meringkuk, menerjang
lautan mimpi dibawah alam sadar mereka. Masih dibawah atap rumah Wilson
tersebut, Shara kini sedang tidur lemas di atas kasur yang empuk,
sementara Justin yang duduk di sebelahnya juga sedang tidur dan
meletakkan kepalanya hdi atas kasur Shara sambil memegang jemari Shara.
Shara membuka mata lalu mengangkat kepalanya perlahan, melepas
pelan-pelan jemari yang bersentuhan dengan jemari Justin.
Justin sempat menggeliat sedikit saat jemari Shara tak lagi menyatu
dengan jemarinya, namun karna rasa lelah yang menghantam, Justin kembali
masuk ke alam tidurnya dengan nafas teratur.
Shara menyentuh dahinya sendiri. Sudah tidak panas dan sudah tidak sehangat kemarin malam tentunya.
Shara menolehkan kepalanya ke kiri, memandangi Justin, melihat Justin
tertidur sangat manis dan kini membuatnya tidak dapat berhenti
tersenyum, perasaan hangat menjalari hati dan tubuhnya. Shara membelai
sedikit rambut lembut Justin yang membuatnya tertawa geli.
Shara bangun dari kasurnya perlahan-lahan lalu menyelimuti tubuh Justin yang hanya berbalut kaos hitam polos dengan selimutnya.
“Makasih ya, lo udah baik bahkan mau jagain gue malem ini...” ucap Shara
seraya menyampirkan selimut bercorak bendera amerika ke punggung
Justin.
Shara beranjak jauh dari kasur yang menopang saat ia tertidur, melihat
kamar yang lapang, kamar yang belum pernah ia masuki, kamar siapa ini?
tanya hati Shara yang membuatnya bingung sendiri.
Lalu dia membuka pintu kamar yang berderit pelan dan keluar menuju beranda sebuah rumah.
***
"Good morning my beautiful daughter" seru seseorang dari balik punggung
Shara yang sedang menatap beberapa lukisan yang tertempel di dinding.
"DADDDDDDDY!" seru Shara sambil berlari memeluk ayahanda tercintanya.
"Oooouch Shar, calm down"
"Hahaha, is it ur house, dad?"
"Yes, it's our house" ucap Wilson.
"Cmon.." tambah Wilson sambil mengiringi Shara berjalan disampingnya.
Shara mengarungi sebuah rumah yg cukup luas, sebuah rumah yang memiliki
skat-skat ruangan, bertata sangat modern namun klasik. Semua furniture
tertata rapih dan terlihat simple.
Shara yang masih dirangkul ayahnya masuk ke sebuah ruanga, percisnya
ruang keluarga yang terdapat sebuah rolling door untuk melihat taman dan
sebuah kolam renang.
"Gimana perjalan kamu Shara?" ucap Wilson seraya menduduki sebuah sofa.
"Emm seru sih, tapi capeeeeek banget" ucap Shara kecil sambil duduk disamping ayahandanya.
"Keadaan kamu udah gapapa? Apa perlu ke dokter?"
"Daddddddy!! suka berlebihan deh ah, aku gapapa ko dad" ucap Shara sambil tersenyum geli.
"Ooh Syukurlah, oh iya kemaren kamu kemana aja sama Justin? Ko pulangnya
malem?" ucap Wilson sambil memutar tubuhnya sehingga berhadapan dengan
Shara.
"Emm... Cuma beli es krim trus ke bioskop ko" jawab Shara sambil mengingat-ngingat kerlingan memori di otaknya.
"Kalian pacaran?" tanya Wilson seraya mengerutkan kedua alisnya.
"Em..m...ya...engga lah dad!" ucap Shara ragu-ragu.
"Hahahaha jujur aja, kalo pacaran juga gapapa ko" ucap Wilson sambil terkekeh.
"Ih daddy!!!!! Apaan sih hahaha udah ah aku mau ke taman dulu" ucap
Shara sambil beranjak dari sofa yang ia duduki menuju sebuah rolling
door.
***
- Justin POV-
Justin yang sedang terlelap dalam tidurnya kini menggeliat kecil,
menggerjap kedua matanya, menerawang bayang-bayang yang ada di
hadapannya. Justin kembali terbangun dari alam sadarnya, lalu mengangkat
kedua tanganya ke atas.
"Hoooooooaaaaam" ucap Justin.
"Morning Shar...." seru ucapan Justin terpotong dan mata coklatnya kini
melotot saat mendapati Shara, wanita di bawah tanggung jawabnya kini
tidak lagi dihadapannya, tidak lagi dikasur sebagaimana asalnya, Justin
langsung bangkit dari kursinya dan keluar kamar yang kosong secara
tergesah-gesah.
***
"Justin?" ucap seseorang dari balik raungan suara tv.
"Hai...wilson" ucap Justin sambil menggaruk kepalanya kecil.
"Morning..."
"Morning too, where's Shara?" ucap Justin sambil berjalan mendekat kearah Wilson.
"Shara? Hahahahaha" Wilson hanya membalas tawa saat mendengar pertanyaan
Justin. Sepenting apakan Shara dihidup Justin? sampai-sampai hal yg
Justin tanyakan dipagi hari adalah Shara.
"Hey? Wilson? Why do you laugh?" ucap Justin sambil mengerutkan alisnya.
"Hospital" ucap Wilson singkat.
"HA? HOSPITAL?" suara Justin kini menggempar ruangan yang sepi.
"Hahaha nope, I'm just kidding, she's in the garden" ucap Wilson sambil menunjuk ke arah halaman.
"Oooh yeah, I know you're kidding me" ucap Justin sambil melangkah menuju kearah halaman rumah.
***
- Shara POV-
Shara menoleh sedikit saat mendengar suara agak gaduh dari dalam rumah,
suara siluet pintu menghadirkan sosok Justin di belakang Shara.
“Oh my goood Shara!” kata Justin sambil menghela nafas lega.
“Why?” tanya Shara, polos.
“I'm afraid, As soon as I wake up, I didn't see you, you know it makes
me worry (aku takut, pas aku bangun aku ga ngeliat kamu, kamu tau itu
membuat aku khawatir)" kata Justin sambil berjalan ke arah Shara.
"Sorry hehe" ucap Shara sambil tertawa kecil.
“shouldn't do like that again, okey (ga boleh kaya gitu lagi, okey)?” ucap Justin mendekati Shara lalu merangkul pundak Shara.
Shara mengangguk lalu menunjuk sebuah benda alam yang sedari tadi membuatnya terkesiap tak berhenti memandang langit.
“Look at, Justin. It's beautiful, isn't it?" kata Shara sambil mendesah
kagum menunjuk sebuah pelangi yang sedang memancarkan 7warna yang
berbeda dengan indah diatas awan.
Justin menatap benda langit dari anak alam yang ditunjuk Shara, yang kini sedang Shara tatap dengan kagum.
"Yes, it is. But it isn't as beautiful as you (iya, tapi itu ga secantik kamu)" ucap Justin tersenyum sambil melirik muka Shara.
Shara menatap Justin, tersenyum kecil karena seuntai ucapan yang Justin lontarkan membuat dirinya tersipu malu.
“And the rainbow...” Justin menunjuk pelangi yang memiliki tujuh warna dihadapannya.
“I Can't hug like this... (Ga bisa aku peluk kaya gini...)” Justin memeluk pinggang Shara dari belakang sangat erat.
Shara melirik muka Justin dari samping, menatap lebih dekat wajah Justin yang kini bertopang di bahu Shara dari belakang.
“And the rainbow...”kata Justin.
“also can not I kiss like this because it makes me worry... (Juga ga
bisa aku cium kaya gini karna membuat aku khawatir...)” ucap Justin
terkekeh lalu melepas rangkulannya dan mencium pipi Shara.
"JUSTIIIIIN!" ucap Shara dengan pipi yang memerah sambil memegang pipi
kanan yang baru saja dicium Justin, sedangkan Justin hanya menjulurkan
lidah lalu bergegas lari ke dalam rumah sambil tertawa lepas.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar