Senin, 28 Januari 2013

How To Love - Part 12

Re-post 
...:: How To Love ::... 
Part 12

Story by @BieberLSIndo



***


- Justin's POV -

Kelabut sosok baru nampaknya sudah merubah, merubah sikap dan tatan perilakunya, namun dampaknya kini belum signifikan terutama untuk Justin sendiri.
"Hahahaha we're rocked" ujar Justin sambil tetap merangkul pinggang seorang wanita disampingnya.
"Yeah... Thanks for inviting me" jawab Selena lembut sambil melepas rangkulan Justin lalu menghalap botol penambah energi yang diberikan asisten peribadinya setelah melangkah dari undakan tangga backstage terakhir.
"welcome Sel.." ujar Justin tersenyum.
"Wohoo you guys were amazing!! Best duet ever hahahaha" sambut Alfredo memasuki pembicaraan.
Justin dan Selena tersenyum lalu bergidik tertawa bersamaan, tak lama kru yang lain pun ikut memasuki percakapan.

***

- Shara's POV -

Sedangkan disisi lain seorang gadis meratapi tubuh lemasnya, etah hantaman apa yang dirasakannya saat ini benar benar terasa cukup bahkan lebih dari cukup mengisakan hatinya.
Shara sedari tadi menyandarkan dirinya dikursi penonton yang berada tepat disisi depan kanan bersama crew yang lain namun sekarang tinggal segelintir manusia yang menemaninya, bahkan Scooter, Wilson, Pattie, Chaz, Christian dan Ryan sendiri sudah turut pergi ke belakang panggung untuk menemui sang objek bersama teman duetnya, sedangkan Shara teruntuk sendiri sungguh tak berhasrat untuk berjumpai dengan kekasihnya sendiri, ia lebih memilih menjauh dari pada bertemu dengan dongak wajah yang tidak mengenakkan hatinya.
Shara mendengar sayup sayup lagu Stuck In The Moment sambil menatap layar stage yang sedari tadi dihiasi wajah wajah Justin sedari umurnya beranjak balita,
Shara beberapa kali tertawa kecil lalu tersenyum simpul karna terlihat sungguh menggemaskan yang sangat membuat para wanita ingin sekali menjawilnya disetiap senyum, tawa, gerak, gerik dan gestur yang lucu.
"Watch outtttttt!!!!!"
"Oh my! Chazzzzz! Berenti bikin gue kaget dong yah!" Ujar Shara sambil mencubit pergelangan tangan Chaz yang sekarang duduk disampingnya.
"A a a aaaw!" Ringgis Chaz kesakitan sambil memasang wajah jutek kaya bebek.
"Are you talking moonish? I don't understand" Ujar Chaz sambil mencolek dagu Shara.
"What?! Moonish? What is it?" Tanya Shara
"Hemm... Moon-Language.... (Bahasa bulan)"
"Oh you think I'm an ET? (Oh jadi kamu pikir aku seorang alien?)"
"You admit it! Bweeeek" ujar Chaz sambil menjulurkan lidahnya.
"Iiiish!" Shara mencibir sambil mendorong muka konyol Chaz dengan telapak tanganya, tiba tiba dentingan lagu berakhir lalu decak suara serak serak basah yang menggoda kini kembali menyambut dari belakang stage dengan penampilan yang berubah menjadi nuansa hitam-merah, bersamaan itu pula beberapa orang sudah kembali datang untuk melihat penampilan Justin lagi ke sisi panggung.
"Okey guys! How's about our special guess star? She is so beautiful and amazing, eh?" Ujar Justin yang dibalas teriakan dari berjuta umat didalam gedung.
"how if me and Selena make a duet?" Ujarnya lagi.
Shara menghela nafas mencoba menguatkan raganya, ia mencoba membuka matanya, ia merasa perempuan itu sungguh lebih cantik darinya, anggun, dan memikat para lelaki, Selena juga seorang yang bertalenta bahkan ia adalah sosok artis yang dikagumi kalangan luas di dunia, lagi lagi Shara meraba, mencoba melihat kalau suatu saat nanti terjadi analogi yang sangat ditakutkan oleh orang-orang yang berpacaran, yaitu 'orang ketiga'.

***

Next Morning...

- Justin's POV -

Justin bangun pagi-pagi buta, Pemuda itu melirik jam di sebelah tempat tidurnya. Masih jam 5.00am. Walau gimbrah mengantuk tapi ia berjalan membuka pintu kamarnya yang diketuk oleh seseorang dibalik daun pintu.
Justin menuruni undakan tak sabar, lalu membuka pintu dan tersenyum saat melihat Kenny disana.
"What's up dude?"
"This... I forgot giving you last night" ujar Kenny mengangsurkan sebuah kotak berpita ke tangan Justin.
"What is it?"
"I don't know"
"From?"
"Selena" jawab singkat Kenny.
"Okey, thank you" ucap Justin berbunga-bunga, tak lama berlalu untuk menutup pintu lalu tiba-tiba membukanya lagi. Ia lupa memberi pesan penting.
"Kenny, don't talk to Shara about this" pinta Justin, menunggu anggukan bodyguardnya yang sudah hampir berbalik badan tadi.
"Oke"
Justin menutup pintu, memandangi kotak itu sambil melangkah gontai. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, mengernyit memandangi kotak imut itu.
Justin mengurai ikatan putih di permukaan kotak lalu menahan nafas sekilas saat Justin membuka kotak itu dan mengerutkan dahi mendapati sebuah topi 'LA KING' berwarna ungu.
Tiba tiba dengan waktu yang bersamaan Justin merogoh kasar iphone di kasurnya, ternyata sebuah pesan datang berselip.

From: +9194528066

Have you received the gift? I don't know you will like it but I hope :p
- Selena -

Justin menyunggingkan senyum girang dan langsung ia balas pesan itu.

To: +9194528066

I have. Thank you, Sel...
I love it :)

Tiba tiba saat pesan itu mengantarkan terkirim senyum lumrah dibibirnya meresat terarus hilang seketika. Menyadari ada yang salah. Tanpa sadar, ia baru saja mengingkari cinta satu-satunya gadis yang sementara sudah menjadi miliknya.
Pemuda itu terdiam, merasa bimbang karena sebelumnya tak pernah dihadapkan pada hal bernama dilemma. Dilemma soal kisah cinta pula. Tak pernah menjebaknya dalam situasi dimana ia harus memilih antara dua sosok yang menempati hatinya. Sosok mana yang berpijar paling kuat disana. Justin tak mampu merabanya.
Justin menghela nafas. Sebetulnya ia merasa bersalah merahasiakan hal ini dari gadisnya. Tapi entahlah, ia merasa bingkisan ini pun bukanlah sesuatu yang tepat untuk diceritakan pada Shara.
Justin mendesah pelan lagi, lalu membanting tubuhnya ke belakang, Mungkin beginilah rasanya ‘selingkuh’. Debaran bernada pengkhianatan yang mematikan sekaligus terkadang dapat membuat seseorang kecanduan.
Pemuda itu bangun dari posisinya, memasukkan topi tersebut ke kotak tadi dan mulai bergerak untuk menyimpan kotak itu terdampir disebuah meja lalu kembali membenamkan diri ke kamar mandi sambil diam-diam ikut mengubur kebenaran bahwa hatinya sudah terbagi.

***

Matahari tersenyum, awan meriba, embun menyapa, keangkuhan kota mulai menyelami saat pagi pun tiba.
Shara menggeliat kecil sambil mencoba meraba iphone yang berada di meja samping tempat tidurnya, saat sudah digapainya ia mengerjap pelan kedua matanya, mencoba mengilhami jarum jam dari bilik layar handphonenya, jam sembilan pagi rupanya.
Dengan sesekali menguapan, mengeliat dan rasa malas, Shara mencoba bangun dari tidurnya bergegas membasuh diri.
Tak memakan waktu yang lama ia sudah kembali dengan pakaian yang santai dan wangi yang merebak, sambil merefleksikan diri di cermin yang hampir setinggi pinggangnya, ia mulai menyisir setiap helai rambutnya panjang ikalnya.
Setelah semuanya selesai, Shara beranjak dari kamarnya kesebuah ruangan tepat di sebelah kamarnya.
Shara mengetok beberapa kali pintu itu namun tak ada jawaban dari baliknya, dengan keadaan koridor hotel yang sepi Shara melirik kekanan kekiri nampaknya orang orang tak ada disini, dengan pelan-pelan Shara membuka pintu kamar hotel Justin dan berjingket pelan. Ia mengedarkan pandangannya, sosok yang ia cari nampaknya tidak ada saat ini, namun Shara berhenti dan mengernyit di samping kasur berukuran king Justin. Shara heran mendapati benda yang sedang bertengger di meja kasur Justin. Sebuah kotak jingga berpita?
Gadis itu berjalan selangkah lebih dekat. Menunduk dan memperhatikan kotak cantik itu lekat-lekat.
Baru saja tangan Shara hendak terulur untuk menyentuh kotak itu, saat tiba-tiba si empunya melesat merenggut kotak ‘kepunyannnya’.
Shara mengangkat wajah, bingung melihat Justin dari belakang punggungnya lalu memeluk kotak yang tadi diperhatikannya. Shara memicingkan mata, menyelidik, membuat pemuda rupawan itu salah tingkah.
Shara belum pernah sekalipun melihat Justin salah tingkah. Justin tak pernah tampil dalam wujud se’imut’ itu, menggaruk-garuk kepala sambil tersenyum tipis. Pasti ada yang tidak beres, Shara berani bersumpah demi... Demi lovato (?)
Tiba-tiba saja semua pikiran kesal di otak Shara berebutan menyembur keluar.
"Oh" ia tersenyum sesinis mungkin
"From your mistresses ha? (Dari selingkuhan kamu ha?)" Gadis itu mendengus keras, berbalik melangkah pergi, namun seketika tubuhnya menghempas ke kasur saat jemari Justin menariknya.
Shara membuang muka membenamkan wajah disana sambil menahan amarahnya. Ia serasa ingin menjerit. Ah, Shara pun tak mengerti kenapa ia menjadi begitu emosional? Cemburukah? Lagipula, apa sih maksudnya Justin main rahasia-rahasiaan kotak begitu? Jangan-jangan benar Justin itu punya WIL? Wanita Idaman lain? Terus dia ini apa dong? Kekasih yang tak dianggap? Kok kayak lagunya Pinkan Mambo? Loh, kok pikiran Shara jadi menjayus sendiri begini? Eh, jayus bukannya yang korupsi itu ya? Jayus Tambunan? Halah, kenapa pikirannya melantur makin jauh sih, Tadi Shara lagi mikirin apa ya? Tampaknya cemburu membuat otak jadi kacau siaga satu nih.
Shara sontak mengangkat wajah saat merasakan colekan di punggung lengannya. Karena memikirkan si jayus tambunan, gadis itu jadi lupa bahwa dirinya sedang menahan kesal sedari tadi.
"Shar.." Justin menduduki kursi yang berada tepat di depan gadisnya, lalu menggerakkan tangannya dan menyergap jemari Shara walaupun gadis itu memberontak pelan, berusaha menarik tangan dari kurungan jemari besar pemuda di hadapannya.
Shara menggeram rendah, membuang muka dan memutuskan berhenti memberontak karena kekuatan tangan itu makin menyakiti jemarinya.
"Shar.."
"...."
"Shar..."
"...."
"Honeeey" Justin mengeluarkan amunisi terakhirnya, Benar saja, Justin tersenyum tipis saat Shara menatapnya dengan pandangan amarah.
"What? Want to say you're going to hang out with your mistresses?" tukas Shara kesal, mencibir ketus.
Justin terkesiap pelan lalu tersenyum lagi.
"You know, you're more beautiful when you're jealous" ucap Justin menaik-turunkan alisnya iseng.
"Honey..." tambahnya lagi, membuat Shara mengerang tak senang.
"You know I have too many fans..." Ujar Justin, dalam hati memohon maaf pada Tuhan karena berencana berbohong.
"Its from my fans..." Justin tersenyum miring.
Shara memutar bola mata, mencibir pelan namun diam-diam merasa senang karena inilah Justin yang dikenalnya, senyum angkuhnya nampak seperti biasa. Mungkin memang benar selama ini ia sendiri yang berfikir terlalu jauh.
"Today is the last day in paris, I want to hang out with you" Justin tesenyum
Shara mengiyakan saja perkataan Justin, merasa mungkin saja pemuda itu mendiami Shara sedemikian lama demi wangsit tempat kencan mereka.
Justin mencubit pipi Shara dengan gemas,
"Do you know?" Justin tak tersenyum saat mengatakan ini, tapi kebenaran terpancar dari raut mukanya,
"I love you so much" ucap Justin lalu mencium pipi kanan Shara. Shara berbunga. Tak dinyangkaa kata romantis macam begitu yang dikeluarkan Justin setelah membuatnya keki setengah mati.
Sedangkan Justin pun berbunga. Tapi ada satu yang berbeda, Karena pemuda itu menyadari yang baru membuat hatinya membunga bukan gadis didepannya ini, tapi kehadiran sang kotak jingga. Kotak yang tadi pagi mendarat di rumahnya. Namun kecemasannya benda itu diketahui oleh Shara sekejap sirna saat mengingat sosok perempuan dilain tempat, sekarang dua nama itu bergaung lagi dipikirannya, Shara & Selena.

***

Shara merasakan sesuatu yang teganjal yang sedang mengerogoti pikiran pemuda tampan disebelahnya, seperti asap tebal yg cepat atau lambat akan menghantam dirinya sendiri. Hanya saja gadis itu belum berani menerka apa dampak yang akan ditimbulkannya. menata kerikil kah atau malah memporak-porandakan segalanya?
Shara menghela nafas entah untuk keberapa kali, kembali melirik pelan pemuda yang sedang memandangi jalanan dari balik kaca film mobil mereka tanpa ekspresi. Gadis itu mendesah lagi.
"What's wrong with you?" ucap Shara.
Justin melirik Shara dengan ekor matanya, tersenyum kecil dan meraih punggung tangan Shara untuk dijelajahi yang membuat Shara tersedip saat menyadari ternyata telapak tangan Justin baru mendarat disana, mengusapnya pelan.
Gadis itu mengangkat wajah, memandangi senyuman pemuda di sampingnya dan lagi-lagi menarik udara memasuki penciumannya. Itu bukan senyum Justin yang biasa. Bukan senyum yang berasal dari Justin yang ia kenal, Senyum itu menyembunyikan sejuta kecemasan yang tak terbaca.
"Me? Why?" Tanya Justin.
Shara mengerutkan kening saat Justin melempar pertanyaan sarkatis tadi ke arahnya. Ia menarik tangannya dari tumpuan telapak Justin lalu bersedekap.
"Yes you..."
"Me? Why?" pemuda itu balik bertanya sambil memandang gadisnya heran.
Shara menghela nafas pelan, membuang pandangan menembus kaca kendaraan lain di luar jendela.
"Hhhhh you don't have to answer" ucap Shara mematikan yang berhasil membuahkan beberapa menit terlewat tanpa suara. Membuat gadis itu mencebik dan mendengus kecewa, betul-betul tak habis pikir hal apa yang baru saja meracuni benak pemuda di sampingnya.
Sekarang pemuda itu diam saja seakan di sebelahnya tak ada siapa-siapa. Shara melengos tak percaya.

***

Shara mengunyah pelan roti Paris Cream Puff. Mengecap rasa gurih dan lembut di bagian luar dalam adonan kue asing yang belum pernah dijumpainya.
Shara menggertakan giginya lalu menghirup bubble drinknya. Ia tersenyum senang-senang norak saat menelan bulatan hitam kenyal yang terasa licin di lidahnya.
Shara baru mau mulai menyuap rotinya lagi, tiba-tiba nafsu makannya hilang saat Shara mengedarkan pandangan jauh ke arah toilet yg berada diujung food center. Mencari-cari Justin yang sedari tadi pergi ke toilet. Kenapa lama sekali?
Shara mengangkat bahu sendiri lalu melahap lagi makanannya.
Hingga rotinya habis, Justin belum muncul juga. Shara mulai bergerak cemas di bangkunya. Masa iya Justin sejahat itu sambil meninggalkannya disini? Mana Shara tidak tahu apa apa tentang tempat ini.
Mata Shara menjelajahi tiap jejak pantulan kaca dari gerai lain di sekitarnya. Ia mulai mengedarkan tangannya ke meja untuk mengambil bubble drink sambil terus celingak-celinguk.
Tiba-tiba sepotong tangan menyambar melewati wajahnya dari atas, merebut gelas plastik minuman miliknya tanpa ijin.
Shara menengadah ke atas, melihat rahang Justin bergerak gerak menyesap minuman tadi sambil berdiri di belakang bangkunya. Justin menurunkan pandangan, menyentil pelan ujung hidung Shara yang sedang mendongak. Ia masih menelan bubble tanpa tampang berdosa, lalu mendorong puncak kepala gadis di depannya ke posisi normal lagi.
Shara menggaruk ujung hidungnya yang disentil Justin.
"Justin?" Shara mencolek Justin yang kini sudah duduk disampingnya.
"Hemm..." Justin terkesiap pelan, lalu menoleh ke arah Shara yang sedang memandanginya cemas.
"No..."
"Wanna go to cinema?" Ujar Justin sambil memainkan rambut Shara dengan jari jari gagahnya.
"Emm..."Belum sempat berbicara, pemuda itu sudah menarik tangan Shara agak kasar, berjalan agak cepat ke arah bioskop di samping food center seraya menghiraukan teriakan teriakan nama Justin oleh beberapa wanita hingga memasuki sebuah ruangan coklat berpintu kaca di dekat situ. Spontan Shara mengendus begitu menjejak kakinya. Wangi popcorn yg sudah sangat terkenal.
"We watch... In Time, oke?" Justin menunjuk sebuah reklame kecil yang menempel mesra di salah satu dinding beledu merah. Tangannya masih menggenggam tangan Shara.
"Cmon" Justin tersenyum singkat, entah kenapa tampak seperti orang linglung. Ia melangkah ke depan sambil memasang wajah datar.
Shara menunduk, mencermati ujung sepatunya yang mengekori langkah Justin, menghayati genggaman tangan pemuda itu di jari-jarinya.

***

Mungkin karena sel-sel otaknya dikacaukan kejadian tadi pagi itu yg membuat Justin sekilas menjadi tak peduli akan gadis di sebelahnya. Lekukan benaknya hanya diracuni oleh... Yup Selena.
Justin sudah berbohong dua kali hari ini. Keduanya karena kotak jingga yang sama.
Sambil memperhatikan lampu bioskop yang mulai meredup, Justin memejamkan mata dan memanjatkan doa. Sekali itu saja (lagi) Tuhan, katanya sadar bahwa sudah berdosa.
Justin melirik sekilas ke arah Shara yang nampak serius memperhatikan layar lebar di depan mereka. Dalam keadaan normal, harusnya Justin bercanda, tertawa, mengejeki gadisnya, menjahili tapi tampaknya, benaknya memang sudah mulai tak waras.
Shara sendiri masih melongo pelan memandangi layar raksasa di hadapannya.
Gadis itu mengerjap sekali lalu menoleh ke arah Justin dan bertanya sepintas,
"Justin... Popcorn" pintanya.
Karena tidak ada respon, Shara memicingkan mata ke arah Justin. Dalam keremangan, Shara masih bisa menangkap siluet tampan di sebelahnya menjadi makin mempesona. Terlebih tulang pipi dan rahangnya yang tegas itu.
Tak lama, ia menghela nafas, kecewa saat menangkap gambar gambar yang terpantul di mata Justin mengindikasikan tatapan pemuda itu sedang mengembara entah kemana. Entah pada siapa. Kenapa sih pemuda ini? Tadi pagi begini, tadi siang begitu, sekarang begini lagi.
Shara mendesah pelan, berusaha tidak mengaitkan pandangan kosong Justin dengan hal yang macam-macam. Bisa saja kan Justin sedang mengantuk. Ya, sedang mengantuk. Gadis itu tak sadar, ia terdengar seperti berusaha meyakinkan diri sendiri.
Shara memutuskan tersenyum saja lalu mencoba mengulur tangan melewati tubuh Justin untuk mengambil popcorn yang diingininya. Gadis itu berjingkat susah payah hingga tak sadar wajahnya semakin mendekati sisi kiri wajah Justin.
Dan Justin yang tidak sadar bahwa lengan Shara tanpa sengaja mengurungnya, menoleh sekilas dan entah kenapa membuang muka saat merasakan nafas gadis itu di telinganya. Nafas itu membuyarkan pikirannya.
Menyadari pemuda itu baru saja membuang muka darinya. Shara mengerutkan dahi, kembali ke posisi duduknya setelah meraup kardus popcorn.
"What's wrong, Justin?" tanya Shara menyelidik.
"Can you stop asking me what's wrong with me?! I'm fine, should I tell you thousand times?!"
Shara terperanjat saat mendengar ucapan ketus Justin tadi. Belum pernah Justin membentaknya dalam konteks seserius itu.
"I..." Shara memutuskan membatalkan sanggahannya. Ada hal aneh yang menahannya untuk tidak terpancing.
Gadis itu menunduk, tiba-tiba tak berselera menonton adegan-adegan di hadapannya. Otaknya seperti berkedip-kedip memperingati bahwa ada yang salah disini. Dan jelas itu bukan dirinya.
Shara menatap Justin yang sudah membuang mukanya lagi dan malah tersenyum ganjil. Gadis itu kini malah merasa iba melihat Justin menjelma menjadi abg labil yang kehilangan jati diri.
Shara menyadari cemburu buta pun takkan menghasilkan apa-apa. Berhakkah dia menuntut apa-apa? Tidak.
Dan disisi lain, Entah kenapa, Justin merasa tak bersalah sudah membentak Shara. Tapi bukankah sudah dikatakan? Sel otaknya sedang diporak-porandakan hingga ia tak bisa memilah. Fokusnya hanya mengacu pada satu hal. Konsentrasi Justin mulai terpecah pada rapalan dan potongan adegan film yang sedang ditontonnya. Campuran pikiran ini melayang-layang seperti asap. Membuat benaknya berdengung tak jelas dan mulai berkabut.

***

Keheningan terus mengambil alih kekuasaaan hingga dari kejadian di bioskop, hingga sekarang mobil yang berhenti di pelataran parkir hotel naungan mereka. Kenny dan supir sudah terlebih dahulu meninggalkan mobil karna dipinta Shara, yang kini menyisakan pasangan di bawah atap mobil yg sama.
Shara menoleh sekali lagi. Mendapati Justin masih menjelma jadi patung. Shara menghela nafas, menggeleng-gelengkan kepala kesal dan menatapi Justin dengan serius.
"Mmm may I tell?” tanya Shara segan.
Justin yang masih merasakan kepenatan di kepalanya hanya menghela nafas.
Shara menganggap itu jawaban mengiyakan. Entah kenapa, ia menunduk, berkata lirih.
“I've decided something. I won't ask you anything, either about you or your mind, what or who is disturb you, but I knew there was something behind that box right? (Aku sudah memutuskan sesuatu. Aku ga akan nanya lagi soal kamu atau pikiranmu, Apa atau siapa yang mengganggumu. Tapi aku tahu ada sesuatu dibalik kotak itu kan?)” Shara tersenyum pelan.
"You shouldn't argue then, fans or not still have something there (ga perlu repot-repot membantah. Fans atau bukan, tetap saja ada sesuatu)”
Shara menarik nafas sebelum meneruskan kata-katanya, ia mengangkat wajah.
"If you have a secret and don't want tell me that's fine, I'm not your mom, so its all up to you (Kamu punya rahasia dan gamau cerita ke aku, yaudah. Toh aku bukan ibumu)”
Shara tersenyum, ada binar tegar terpancar disana entah karena apa.
“Sometime, for me if you're here that's enough, more than enough. should this morning and so I did not sue for anything more. Even for attention (Terkadang buatku, kamu ada disini saja sudah cukup. Cukuuuup sekali. Hingga harusnya tadi pagi dan untuk seterusnya aku tak menuntut apa-apa lagi. Bahkan untuk perhatian)"
“But you need to know, here...” Gadis itu menunjuk hatinya.
"There's only you, Justin" ujar Shara lalu memutuskan turun terlebih dulu meninggalkan mobil berlari kecil memasuki lobby.

***

Gadis itu mengambil langkah-langkah panjang. Bersikap masa bodo demgan pemudaNYA yang tak memedulikanNYA.
Ia merasa tak punya pacar sejak hari kemarin.
Shara berdecak. Ia mengetuk-ngetuk dahi sambil menempelkan jari ditombol lift. Setelah terdengar bunyi pintu lift terbuka, gadis itu memasuki elevator sambil tenggelam dalam pikiran yang berkecamuk di batok kepalanya.
Entah dia yang terlalu peka atau apa, Shara merindukan ketukan iseng tak jelas di pintu kamarnya yang dilakukan Justin hanya untuk membuatnya keluar dan marah-marah. Ia pun jadi kepingin sekali mendengar berbagai ejekan kreatif menyakitkan hati dari Justin yang dieksklusifkan untuknya.
Semua itu seolah menguap, tidak tahu karena apa. Shara jadi gemas sendiri, ingin bertanya sekaligus menggucang bahu tegap pemuda yang kerap ditemukannya melamun tak tentu. Shara rindu kejahilan Justin.
Apa yang sebenarnya sedang disembunyikan Justin?
Mata Shara masih menerawang, hingga gadis itu tak sadar elevator sudah membawanya ke lantai tiga.
"Shara!" Dua orang teman Justin, Chaz dan Christian muncul dihadapannya.
Shara mengerjap pelan lalu memandangi dua orang tak asing yang sedang menatapinya dengan pandangan heran.
"Hai" ujar Shara sambil melangkah keluar elevator sambil tersenyum pada dua orang dihadapannya.
"Where's Justin?" celetuk Chaz iseng.
Shara tersenyum kecil melihat tingkah lucu dua orang di depannya
"Downstairs" Diam-diam Shara menghela nafas lagi.
"Wanna come with us?" Ujar Chaz tersenyum.
Shara tersenyum sekilas, lalu menggeleng kepalanya pelan.
"Oke.. Bye" ujar mereka berbarengan lalu meninggalkan Shara yang bertolak belakang dengannya.
Shara kembali mulai berjalan, Harusnya, saat ini Justin sedang melangkah sambil terus menggenggam dan meledekinya macam-macam sepanjang jalan. Harusnya, saat ini Justin sedang melakukan gerakan kecil nan spontan seperti usapan kecil di puncak kepala, Harusnya, saat ini dirinya sedang melele ditatapi bola mata pencair tembaga milik sosok tampan itu. Harusnya.....
Tiba tiba ada yang mendorong hatinya untuk menoleh ke arah pintu yg sedikit terbuka dan mendapati pembicaraan orang orang dewasa.
Ia menelengkan kepalanya, Ia tergoda untuk menguping beberapa aliran suara tersebut.
"Ya... If Selena has a duet with Justin in this tour It will be awesome!"
"Yeah She is a great singer"
"Yeah amazing guys"
"Justin told me he likes Selena"
Dweeeeng...
Selena-akan-ikut-tour-Justin-menyukai-Selena. Shara mengutuki hatinya sendiri Bukan apa-apa yang didengar. Tak apa apa. Hanya-teman-duet. Sambil mengusap dadanya yang menyesak, ia berjingkat pelan menjauhi pintu itu. Gadis itu tahu seharusnya dia tak berada di tempat ini.
Shara baru saja membohongi dirinya lagi.

***

Shara terus melangkah gontai ke arah ruangan hotel yang dimana menjadi persinggahan peristirahatannya beberapa hari ini.
Setelah memasuki kamar, Shara berjalan ke bibir kasur ia meronggoh kantongnya dan membuka kunci di hpnya yang secara otomatis menyalakan binar-binar cahaya screen dan matanya kini menyorot tajam kesebuah foto dimana dirinya dan Justin lah yang bertumpu kaku menjadi wallpapernya.
"Hai Justin... Apa kamu ga kangen kita? Kita yang selalu jail-jailan, kita yang selalu ketawa padahal ga ada hal yang lucu banget... Kita... Aku sama kamu, apa kamu ga kangen?!" Ucap Shara akhirnya sambil menatap dan membelai wajah pemuda yang mendiang di wallpapernya handphonenya.
"Kamu tau ga disini aku ketakutan? Aku takut kamu berubah karena ada sosok lain yang ngisi hati kamu... Aku takut..." ucapan itu seakan menjadi teman akrab air dari pelupuk mata Shara yang kini bergulir bersamaan setiap ucapan dari mulut gadis mungil itu.
"...kamu bakal pergi sama perempuan yang lebih sempurna dari aku... Aku takut... Sayang kamu bakal cuma sampai disini...." Ujar Shara yang terhenti saat bunyi siluet kamarnya berbunyi.
"Shar?" suara bulat milik ayahnya kini memanggil diri Shara dari balik daun pintu kamar hotel yang sudah setengah terbuka. Shara menegak ke arah pintu, dia menghela nafas lega untunglah suara itu milik ayahnya. Seraya suara dentaman sepatu yang bersentuhan dengan lantai itu semakin mendekat, Shara menghapus bulir bulir air matanya, mencoba mengubur rasa yang tak pernah ingin disombongkannya.
"Daddy? What's going on?" Ujar Shara.
Wilson hanya membalas senyum lalu duduk disamping anak gadisnya membelai lembut panjang rambut hitam milik Shara berkali kali.
"Gapapa... Daddy cuma mau mastiin, barang barang kamu udah siap karena pagi pagi besok kita akan kembali pulang" ujar Wilson.
Shara tersenyum lalu berbincang,
"Semua udah siap ko dad..." Ujar Shara.
"Bagus lah, yaudah kamu tidur sekarang ya ini juga udah malem" ucap Wilson sambil beranjak dari tempatnya.
"Dad..." ucap Shara ragu yang membuat langkah sosok laki laki yang memunggunginya kini berbalik dan mengangkat sebelah alisnya.
"ada apa?" Ujarnya pelan.
Shara terdiam, membiarkan udara kecil mengisi kekosongan diantara ayahnya dan dirinya beberapa saat sampai akhirnya ia memutuskan untuk menanyakan hal yang mungkin sangat 'penting' bagi dirinya.
"Hemm... Engga cuma mau nanya aja... Emang Selena bener ikut tour sama... Kita?" Tanya Shara penuh keraguan.
Wilson yang mendengarnya aga merasa terjanggal dengan pertanyaan itu, dia kembali mendekati Shara.
"Kamu cemburu ya?"
"Ha? Emm engga dad.. I just ask" ujar Shara.
"Yakin? Iya dia bakal ikut tour hari hari mendatang, kamu bisa punya temen baru, dia anak yang baik loh" ujar Wilson.
"Oh iya temen yah dad? Yaudah deh aku mau tidur... Night dad!" Ujar Shara yang bernada sedikit mengusir ayahnya lalu menumpukan tubuhnya ke kasur sambil menatap langit langit kamar hotel yang sepi hanya dihujani sekelebat wajah Justin yang berterbangan hingga membawa kelopak mata Shara memberat seiring racauan tak jelas yang bergulat makin hebat dalam batok kepalanya, Lalu cahaya tak menyapa retina Shara lagi. Karena gadis itu tampaknya sudah mulai mendengkur tertidur malam itu dengan keadan risau.

***

- Justin's POV -

Malam ini, langit masih hitam, angin malam masih menemani pemuda yang satu ini sambil memainkan macbook kesayangannya disandaran tepi kasur berukuran king disalah satu ruangan hotel berbintang. Suara canda tawa juga masih terdengar dari 3 pemuda lain yang masih sibuk dengan permainan xbox mereka.
Sesaat pemuda mendesah, merasakan mual yang mengepaki perutnya. Disana ada yang berputar saat mengingat kearoganannya pada Shara kemarin dan bagaimana gadis itu menanggapinya.
Justin mendesah, mengalihkan pandangan ke arah layar monitornya yang baru saja menampilkan taskbar bernuansa hijau. Seseorang ingin menambah daftar kontak pada Skypenya, gomez69@hotmail.com namanya, tunggu... Gomez?
Justin menekan mouse tak acuh untuk mengonfirmasi lalu menutup taskbar itu lagi.
Baru saja beberapa menit, Justin yang sedang mengakses situs jejaring sosial, dikagetkan kemunculan taskbar bernuansa sama.

Gomez69 : Hello Justin :)
Gomez69 : remember me?

Justin merasalkan jantungnya memburu saat jemarinya berloncatan di atas keyboard.

kidrauhl94 : selena, isn't it?
kidrauhl94 : Oh my …
Gomez69 : I bet you’re look like an idiotic dumb now LOL kidding. Back to t'topic.
Gomez69 : how's ur relationship eh? :p
kidrauhl94 : how do u know ?
Gomez69 : r u kidding? world already known that you have a gf ;)
kidrauhl94 : ok.. stop talking about my gf.. when will u meet me ? I miss u :p
Kidrauhl94 : badly ..
Gomez69 : r u sure? U have a girl
Kidrauhl94 : please, just don’t ... mention her again, ok? this chat supposed to be about both of us.. Just me and you :)

Sekilas saja, Justin merasa perutnya agak mual. Sudah jadi penganggukah dirinya ? Tanpa sadar, mengambil bagian dalam lakon kecil berjudul ‘Cinta Terlarang’.
Pemuda itu meletakkan siku kanannya di atas meja lalu bertopang dagu. Memperhatikan kilasan di layar PC-nya sambil berfikir sebentar. Apa yang dilakukannya ini salah ya? Hingga otaknya sendiri menklasifikasikan apa yang dilakukannya sebagai hal tak pantas. Sesungguhnya ia merasa sedikit jahat, karena sosok lain itu pernah dan sesungguhnya masih ia anggap sebagai kerabat. Tapi ... Tak ada yang salah dari orang yang jatuh cinta kedua kali kan?

***

- Selen's POV -

Sementara gadis diujung sana menghela nafas lagi. Kata kata itu mengusiknya. ‘About both of us’ Masa bodohlah, putusnya sementara, jadi egois sebentar tidak apa-apa kan? Sekilas saja, ia merasa menjadi perusak hubungan seseorang?

***

- Justin's POV -

Ia kembali mengetukkan jari tangannya. Lalu melirik cepat ke arah taskbar yang berkedip sekali.

Gomez69 : Justin? why don’t u type something? r u day dreaming about me? :p
Kidrauhl49 : u know what ? I won’t mind that f’in clue. I prefer mind about u.
Gomez69 : God. Did you just flirt me ? helloooooo u’ve got ur girl
Kidrauhl49 : noprob. I can share myself
Gomez69 : Don’t !
Kidrauhl49 : kidding then .. but here’s the truth.. I really miss you ..
Gomez69 : I feel same way :) u know what? im not only missing you.. How about I love you, eh? :p

Justin ternganga mendapat pengakuan semacam itu dari Selena, Mau tak mau Justin tergugah sekaligus bingung mau mengetik balasan apa.

Gomez69 has signed off ..

Sial. Justin membanting mousenya. Kenapa gadis itu malah off setelah membuat hatinya panas-dingin begini. Tanpa sadar, Justin tersenyum.

***

- Shara's POV -

Shara membuka matanya suatu pagi lalu entah kenapa menghela nafas panjang. Masih dalam posisi berbaring, gadis itu memejamkan mata lagi. Seperti berusaha menguatkan diri. Karena ia tahu hari ini akan terlewat seperti hari-hari kemarin.
Shara merasa hari-harinya hanya seperti hembusan nafas saja. Tertelan tanpa rasa. Semakin lama ia mencoba berpura-pura tak ada apa-apa, Sambil menggerakkan diri untuk bangkit dari tempat tidur, Shara berfikir sendiri. Kala ada frasa cinta tak harus memiliki, mungkin kini ia sedang menjalani kebalikannya. Memiliki tanpa cinta. Bukan berarti ia sedemikian pesimisnya, hingga berfikir Justin sudah tidak menyayanginya. Tapi, entahlah mungkin Shara begitu mengasihani dirinya sendiri, lantas merasa Justin masih mau disisinya saja sudah anugerah. Rasa sayangnya untuk Justin, mungkin sudah cukup banyak untuk mereka berdua.

***

Pagi ini, di NICE Airport. Pikiran Justin mengawang sepanjang pagi, hingga mobilnya kini sudah mendarat di parkiran airport.
Begitu riuhnya otak pemuda itu hingga ia tidak menyadari bahwa Shara lagi lagi turun terlebih dulu dari mobil tanpa berkata sepatah kata saja. Justin terkesiap sekilas saat mendengar bunyi pintu mobil yang ditutup dengan bantingan pelan.
Belakangan Justin memang menangkap bahwa sikap gadis itu agak berubah. Jauh lebih pendiam dan tak pernah pula menanyainya apa-apa lagi. Ia memandangi punggung gadisnya yang menjauh dalam diam. Dari segala perubahan yang terjadi, anehnya, Justin tidak begitu peduli tapi kali ini dia meronggoh kantong jaketnya dan mendapati sebuah kalung berlian berinisial 'J' dengan sigap Justin langsung mengejar Shara.
Tepat beberapa langkah dibelakang Shara yang kini sedang berdiri bersama Chaz, Ryan dan Christian, Justin tersenyum lalu melangkah maju dan meraih pungggung Shara dari belakang, entah kenapa Justin merindunkan wangi parfum gadisnya.
"Just...in" ujar Shara yang sontak terkaget karena ulah Justin dan ia segera melepaskan pelukan Justin.
"Hey? What happens?" Ujar Justin sambil meraih tangan Shara yang beranjak pergi.
"Its a public place, its crowded" ujar Shara yang sebenarnya merasa sudah canggung dengan sikap Justin yang sering berubah layak bunglon.
"Oke oke Shar, I just wanna give you this" Justin menunjukan kalung 'J'-nya sambil tersenyum.
"Here..." Justin membalikan tubuh Shara terpaksa dan menyampirkan rambut-rambut Shara menjadi satu pesisir dan memasangkan kalung yang melingkar di tekuk leher Shara.
"Its beautiful, isn't it? I promise I'll never let you go" ujar Justin sambil mencium pipi Shara dari belakang.
"I hope so.. I hope you keep ur promise" ujar Shara tanpa membalikan tubuhnya ke arah Justin sambil memainkan huruf 'J' yang menggantung dilehernya.
"Justin! Justin!" Tiba tiba suara riuk pikuk segerombol gadis remaja menghampiri.
"Can we take a picture?" Ujar salah satu dari mereka
"Absolutely..." Jawab Justin lalu mengambil beberapa shoot bersama fansnya.
Dari sisi tak jauh Shara hanya tersenyum memandangi gerombolan fans-fansnya hingga tak sadar seorang dari mereka menghampiri Shara.
"Hey mrs. Bieber, can we take a picture too?" Ujar seorang remaja sambil meraih tangan Shara.
"Ha.. Emm.." Shara ragu, dirinya menatap Justin yg memandangnya sambil tersenyum.
"Okey..." Ujar Shara, akhirnya.
Beberapa kilasan kamera handphone itu mengambil foto dirinya, Justin dan beberapa fans yang tak lama sudah pergi menjauh.
"Ehem... My girl has fans..." Ujar Justin menggoda lalu mencium pipi Shara sambil terkekeh geli.
Shara melirik Justin dengan ekor matanya, sejujurnya ia geram ingin membalas Justin dengan kelebatan canda dan tawa lagi namun rasanya perasaan itu sudah porakporanda perlahan memudar.

***

- Justin's POV -

Ia mengalihkan pandangan ke arah layar macbook yang telah siap lalu meraih mouse, menekan tomnbol kanannya dan memilih option ‘refresh’ beberapa kali. Ia tersenyum saat sebuah taskbar tiba-tiba menyambar dan menandak-nandak penuh semangat.

Gomez69 : Rise & shine ! Morning :) how's ur dream? Dreamed me, eh? :p

Justin tersenyum simpul lagi, menyerapi kata per kata yang terketik tadi dalam hati. Berusaha menikmati debaran hangat yang kini menjalar disana.

Kidrauhl49 : dreamed u? Mmm... :p

Ia hanya berpura-pura tentu saja, bagaimana bisa ia tak memimpikan penawan ini setiap hari? Tiba tiba Justin tersadar perempuan yang kini tengah bersandar di bahunya, sedari tadi saat pesawat dikabarkan delay, Justin menumpukan kepala Shara terpaksa ke bahunya walau sepertinya Shara tidak ingin.
Justin menengok kesamping, tepat dirinya mendapati lekuk pesona wajah Shara. Rasanya ia tak ingin kehilangan gadis disampingnya namun ingin meraih gadis dibalik chat Skype ini, egois bukan?
"Shar... I'm sorry but you know... I love you too" batin Justin berseruak lalu bibirnya meraih kening Shara untuk dicium lembut.
Sudah dibilang, jatuh cinta untuk kedua kali tak ada salah kan?

***

- Shara's POV -

Jangan kira Shara tidak pernah berasumsi soal kehadiran sosok lain yang dikonversi dalam bentuk kotak jingga dan potongan chatting yang kini dilihatnya didepan mata yang dalam arti 'tertutup' sedari tadi Shara mencuri pandangan ke arah layar macbotak seng berhadapan dari sisinya, walaupun ia harus berakting seperti figuran disini. Bahkan berjuta pertanyaan tambahan langsung menyambar benaknya tanpa jeda. Darimana Justin mengenal sosok lain itu? Sejak kapan mereka menjadi begitu dekat? Seberapa kuatnya arti sosok itu hingga Justin berubah sedemikian parah? Lantas, kapan ia akan mematenkan supremasinya dan membuat Shara tersingkir selamanya?
Tapi berhubung pilihannya sendiri untuk bersikap segalanya baik-baik saja, pertanyaan itu langsung menghilang tanpa bekas. Shara akhirnya dengan kadar kepercayaan diri yang sudah menyusut sebesar biji durian memutuskan untuk menikmati apa yang disebutnya sebagai ‘Hari hari terakhir’. Ia memaksimalkan waktunya untuk memandangi wajah Justin. Hatinya sudah patuh setiap diperintah untuk mengebalkan rasa sakit dengan tiga kata klise yang selalu diulanginya. Tidak. Apa. Apa.

***

- Justin's POV -

4 hari berlalu...

Diam-diam Justin mulai terobsesi. Dengan sosok yang 2 hari ini sudah menjadi teman duetnya di beberapa konser yang selalu dikantonginya setiap hari dan segala hal tentang Selena. Entah sihir macam apa yang diselipkan gadis misterius itu disana, hingga Justin menjadi begitu tergila.
Maka pemuda itu pun mulai frustasi saat dua hari terakhir ini tak ada gadis itu lagi sebagai teman duetnya, dua hari ini Selena sudah tak muncul dibeberapa konser bahkan gadis itu pun tak nampak aktif dalam skype. Saat ini sel otaknya hanya di lingkupi satu pertanyaan : Kemanakah Selena?
Justin menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya dengan kalut, lalu membanting diri kembali ke tempat tidur. Ia merogoh kantongnya. Mengeluarkan iphonenya.
Justin menerawang hpnya itu ke arah sinar lampu. Seperti orang gila, yang sedang berlagak jadi detektif, ia berharap ada jawaban tersembunyi yang tersamar dalam iphonenya yang sedari tadi tidak berbunyi apa apa. Tidak ada. Jelas saja. Justin mulai frustasi lagi.


***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar